Bab 3

497 51 0
                                    

Suasana pagi kini terasa berbeda karena seseorang yang sudah duduk dengan tampannya.
Ira melirik Suaminya, menatap satu persatu anaknya yang sedang menatapnya juga.

"Bang, gak kuliah?" Tanya Haidar yang sudah rapih dengan seragam sekolahnya, membuat penghuni rumah saling lirik.

"Nanti siang."

"Ohh gitu, eh Dek, lu mau berangkat bareng kaka, apa sama Abang." Tanya Haidar pada Hanna.

"Abang kan berangkat siang, sama kaka aja deh."

"Bun, Kaka berangkat dulu. Ayo Han." Ucapnya pamit, Haidar pun menyalami kedua orang tuanya dan Abangnya yang masih menganga.

"Kenapa tuh anak?' Tanya Sean bingung.

" Bunda juga gak tau, Yah." Sahutnya masih menatap kepergian Haidar.

***

Sean melajukan motornya dengan Hanna di boncengnya, Haidar sengaja tak memakai motor Ninjanya. Dia memakai motor metic keluaran terbaru dengan body yang besar dan nyaman.

srrrrrrttttt...

Haidar langsung mengerem motornya, dia menepuk-nepuk Hanna.

"Apaan sih Ka?" Tanyanya.

"Turun!!"

"Hah?"

"Turun buruan!!'

"Kan belum nyampe?'

Haidar mengambil uang di sakunya, tanpa mengalihkan penglihatan pada wanita yang sedang menunggu angkutan.

" Nih, naek taxi aja. Buruan ihh!!"

Hanna mendengus kesal saat turun dari motor Kakaknya, setelah Hanna turun Haidar langsung meninggalkan Hanna.

"Lahh Kak." Teriak Hanna.

Haidar memberhentikan motornya di depan Salma, dia tak memperdulikan adiknya yang dia tinggalkan di tengah jalan.

"Pagi, Bu guru cantik."

Salma mengerutkan keningnya, dia menatap Haidar lalu ke motornya. Bukan dia matre, tapi muridnya ini hari ini ganti motor.

"Mau berangkat bareng, Bu?"

"Tidak usah, sebentar lagi juga datang ko angkotnya." Jawab Salma.

Haidar pun ikut duduk menunggu angkot, tak lama angkot pun datang.

"Saya duluan." Pamit Salma masuk kedalam angkot, setelah melihat kepergian Salma. Haidar mengikuti angkot itu dengan motornya, senyuman mengembang melihat Salma yang ternyata duduk di kursi belakang hingga wajahnya nampak di jendela angkot.

Sepanjang perjalanan Haidar mengikuti Salma, tak mau kenapa-napa dengan calon ibu anak-anaknya.
Ya begitulah katanya.
Setelah melihat Salma sampai dengan selamat, Haidar pun membelokan motornya ke warung belakang sekolahnya, kemana lagi kalau bukan ke warung mang Odang.
Jono menatap tak percaya pada Haidar yang sudah berangkat sepagi ini, padahal laki-laki itu selalu berangkat telat.

"Mang, kopi 1." Ucap Haidar sambil menyomot gorengan dan memakannya.

"Tumben lu, udah berangkat?"

"Gabut gue dirumah, jadi berangkat pagi deh." Sahutnya santai.

Hanan menggeleng-gelengkan kepalanya, tak percaya dengan temannya ini. Dia berangkat pagi karena gabut.

Ya ampun, dia ini berteman dengan manusia jenis apa sih.
Haidar mengambil sebatang rokok di sakunya, lalu menyalakannya.
Menyesapnya perlahan di temani secangkir kopi, nikmat yang hakiki.

***

Beberapa kali Haidar menguap mengikuti pelajaran, berkali-kali dia membentur meja karena saking ngantuknya.
Semalam dia tertidur jam 2 pagi karena bermain Game, dan karena ingin berangkat bareng Guru cantik calon ibu anak-anaknya, dia bangun pagi dan sekarang dia sangat ngantukkk..

Huawww

"Pak, udah belum?" Tanya Haidar pada guru yang sedang menjelaskan pelajaran.

"Oke, anak-anak sampai di sini, kita ketemu lagi minggu depan."
Setelah kepergian guru itu, Jono merebahkan kepalanya.

"Anjirrr, ngantuk banget gue." Ujar Jono.
Haidar berjalan keluar, tujuannya adalah UKS.
Dia akan tidur disana, tapi baru saja sampai pintu UkS Haidar melihat Salma yang baru keluar dari kelas.

"Siang Calon Ibu anak-anakku."
Salma langsung menoleh mendapati Haidar yang sedang nyengir kuda.
Tak menangapi ucapan Haidar, Salma berjalan keruang guru.

"Baru selesai ngajar Bu?"

"Hmm."

"Bu, tau gak bedanya Ibu sama Matahari."
Salma menghentikan langkahnya, dia menaikan sebelah alisnya.

"Apa?"

"Kalau Matahari untuk dunia, kalau Ibu hanya untuk Saya."

Blusshh, wajah Salma langsung memerah.

"Gak jelas kamu." Salma langsung masuk keruanganya meninggalkan Haidar.

"Ya elah, si Ibu malu-malu."

"BEBEP."

Haidar langsung menoleh, dan dia langsung lari secepat mungkin meninggalkan Seli.
Ya ampun, baru saja ketemu bidadari . Dia juga harus ketemu kunti, sepertinya Haidar harus memutuskan pacar-pacarnya itu.
Dengan nafas yang tersengal-sengal Haidar sampai di kantin, dia pun memesan makan dan minuman padahal ini belum waktu istirahat.

"Baso sama es teh, Mang." Ujarnya sambil duduk di kursi kantin.
Sambil menunggu pesanannya Haidar memainkan hpnya.

"Awww awww" Pekik Haidar saat telinganya di jewer seseorang, dia pun menoleh ternyata pak Agus.

"Bagus, Teman-teman kamu masih belajar. Kamu sudah nangkring di kantin."

"Aduu pak, Lepasin dulu sakit ini." bukannya di lepas Agus malah semakin menarik telinga Haidar bahkan langsung membawa bocah tengik itu ke ruangannya.

"Awww" Haidar pun terpaksa mengikuti jalan Pak Agus karena telinganya masih di jewer.

"Lohhh, Jang Haidar gimana ini basonya."

"ENTAR ISTIRAHAT HAIDAR BAYAR MANG." Teriak Haidar yang mulai sudah jauh.

"Oh ya sudah ath."
Haidar pun di bawa ke ruangan Bk, setelah jewerannya lepas Haidar mengusap-usap telinganya yang terasa panas.

"Ngapain kamu duduk di kantin, di saat teman-teman kamu belajar!!"

"Saya laper pak." Jawabnya santai.

"Kalau saya laper, saya gak fokus belajar." Pak Agus menggelengkan kepalanya, bagaimana dari beberapa angkatan dia mendapatkan murid yang kelewatan bandel seperti Haidar.

"Sekarang kamu bersihin toilet."

***

Jam pelajaran sudah berakhir, hari ini Salma sudah menunggu di depan gerbang sekolah karena kekasihnya itu akan menjemput.
Tak lama sebuah mobil terparkir tepat di depan Salma.

"Maaf, tapi ada kelas tambahan. Udah nunggu lama?" Ucap seseorang keluar dari mobil lalu membukakan pintu mobil untuk Salma.

"Ngak ko, Mas. Aku juga baru keluar."

"Oh ya udah Ayo!!"

Salma pun masuk ke mobil kekasihnya, mobil itu pun melesat meninggalkan sekolahan.
Haidar yang baru keluar pun mencari guru cantik incarannya, namun bukannya bertemu dengan Salma Haidar malah di suguhkan dengan dua wanita yang berebut ingin menghampirinya dan dengan lari jurus seribu bayangan Haidar ngacir ke parkiran dan pulang.

Hai, Jodoh!! (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang