Bab 15

275 29 0
                                    

Salma sudah dihias secantik mungkin, wajahnya yang memang cantik bertambah cantik. Namun tidak ada raut bahagia sedikit pun dari wajah cantiknya.

"Ya Allah cantik bener ini anakku." Ucap Budhe Salma yang baru masuk ke kamar Salma.

"Bude bisa saja."

"Ayo Sayang, Calon suami sudah datang."
Salma pun beranjak dari duduknya di tuntun oleh Budenya.

"Ya Allah, aku percaya takdirmu lebih indah dari pada yang aku inginkan.

Kuatkan hatiku untuk bisa menerima semua ini sebagai anugerahmu" Salma berjalan dengan pelan di samping Budenya yang menuntun.
Benar saja, kalau Haiman dan keluarga sudah duduk di kursi yang sudah di siapkan.
Haiman tidak bisa mengalihkan tatapan pada Salma yang sangat cantik dan anggun hari ini.

"Ekhem.' Dehem Sean, membuat Haiman menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Bang, kaka Ipar gue capek banget." Bisik Hanna pelan.

"Siapa dulu dong, Abang gitu loh."
Hanna pun meninju bahu Haiman membuat laki-laki itu sedikit meringis.

"Ekhem, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Maksud kedatangan kami sekeluarga, Saya Sebagai orang tua Haiman ingin melamar putri bapak yang bernama Defina Salma. Silahkan Haiman untuk bicara selaku yang bersangkutan."
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Seperti yang sudah Ayah saya beritahukan. Saya Haiman Muhammad Yusuf, ingin melamar Defina Salma untuk menjadi istri saya mengantikan tugas bapak menjaga Salma, membimbing Salma serta membahagiakan Salma."

"Saya harap bapak menerima lamaran Saya." Lanjut Haiman.

"Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, Saya sebagai Ayah Defina Salma menyerahkan semua ini pada Salma. Bagaimana Salma, kamu menerima lamaran Haiman?"

"Iya, Saya Defina Salma menerima lamaran Mas Yusuf."

Semua orang memanjatkan doa syukur karena lamaran yang berjalan lancar.

"Sekarang tuker cincin."

Haiman dan Salma pun disuruh untuk bertukar cincin, Cincin taburan berlian itu tersemat dijari manis Salma. Salma pun memasangkan cincin untuk Haiman.

Prok prokkk prokk

Suara tepuk tangan bahagia kini mengakhiri sesi tukar cincin serta memberitahu kalau mereka sudah resmi bertunangan sebelum acara pernikahan berlangsung.

Setelah acara tukar cincin pun mereka langsung membicarakan acara pernikahan yang akan dilangsungkan dua minggu dari sekarang.

"Mas bahagia banget, akhirnya bisa lamar kamu buat jadi istri Mas." Ucap Haiman senang, Salma hanya membalas dengan senyuman masam.
Dia terus saja memikirkan hal yang kebetulan apa memang betul, bagaimana Haiman bisa membawa barang-barang yang Haidar dan dirinya beli.
Bahkan motif dan warnanya pun sama.

"Kamu juga seneng kan?" Tanya Haiman.

"Salma."

Haiman pun mengikuti arah pandang Salma, dia pun melambai-lambaikan tangannya didepan wajah wanita itu.

"Hah, Iya Mas."

"Sedari tadi Mas ngomong, Kamu melamun gak dengerin Mas?" Ucap Haiman sedikit kesal.

"Maaf Mas."

"Kamu mikirin apa sih?" Tanyanya dengan sedikit sebal.

"Ahh Nggak mikirin apa-apa ko Mas."

"Kamu gak seneng ya sama lamaran aku," Ucap Haiman dengan suara yang lebih lemah.

"Ahh nggak gitu Mas, aku cuman sedikit lelah aja. Soalnya kamu tau sendiri nyiapin semua ini tuh cape meskipun cuman liatin aja." Kekeh Salma mencairkan suasana.

"Kamu tuh bisa saja, ya sudah Mas pamit pulang ya. Kamu juga harus banyak istirahat karena dua minggu lagi Mas, gak bakalan bikin kamu bebas istirahat." Ucap Haiman diakhiri dengan berbisik membuat mata Salma membulat sempurna.

"MAS YUSUF." teriak Salma sambil melemparkan sendalnya, Haiman yang sudah lari pun meledek Salma dari jauh.

Haiman menghampiri keluarga untuk berpamitan pulang pada ayah Salma.
Hati Haiman hambar, apalagi melihat Salma. Dari sorot mata wanita itu seperti tidak ada lagi namanya.

"Ayah, Bun. Kita pulang." Ajak Haiman pada orang tuanya.

"Oh iya, Besan kita pulang dulu. Nanti dua minggu lagi kami kesini menjemput anakmu." Ucap Sean pada Gunawan.

"Kami tunggu kedatangan besan." Sahut Gunawan.
Haiman dan keluarganya pun pamit pulang.

***

Sepanjang perjalanan Haiman hanya diam tak banyak bicara, padahal dia baru saja melamar kekasihnya.

"Abang ada apa, kenapa melamun begitu. Inikan hari bahagia Abang." Ucap Ira membuat Hanna yang di samping Haiman pun menoleh melihat wajah Abangnya.

"Bun, Iman gak yakin sama pernikahan ini." Ucap Haiman, membuat Ira yang duduk di kursi depan pun langsung menoleh.

"Astaghfirullah Bang, kamu itu ngomong apa sih. Kamu itu baru lamaran. Orang mau nikah itu banyak godaannya, iman kamu harus lebih kuat lagi jangan kalah sama syaiton."

"Tapi Hati Iman hambar Bun, Iman gak liat ada cinta lagi di mata Salma. Tatapan Salma pada Iman tadi itu seperti keterpaksaan."

"Abang dengerin Bunda, menjelang pernikahan itu pasti ada godaannya, Tiba-tiba kita tau sikap buruk calon kita, atau mantan yang tiba-tiba datang bahkan keraguan dalam hati seperti Abang ini, berdoa terus Nak sama Allah, biar niat baik kamu dilancarkan sama Allah, Jodoh memang di tangan Allah tapi kita bisa memintanya dalam doa."

Haiman mengangguk paham mendengar penjelasan Bundanya itu, hatinya sedikit tenang.
Bismilah, menjelang pernikahan.

****

Sudah beberapa hari setelah ujian Haidar uring-uringan karena tak bisa bertemu dengan wanita yang selalu dia sebut Ibu anak-anaknya.
Bahkan pagi ini Haidar sudah dua kali memarahi temannya tanpa alasan yang jelas.

"Lo Pms ya Dar, dari tadi gak jelas banget sih." Ucap Jono.

"Kesel gue, kapan sih ujiannya beres. Gue tuh jadi gak bolehen kemana-mana sama nyokap gue, gara-gara harus belajar terus." Kesal Haidar mengeluarkan unek-uneknya.

"Emang lo mau kemana sih keluar? Ini juga kita kan udah diluar."

Haidar pun langsung menoyor kepala Jono.

"Gue jadi gak bisa ketemu sama Jodoh gue tau, rasanya Vitamin semangat gue ilang."

"Maksud lo Bu Salma." Timpal Hanan bicara.

"Iyalah, emang siapa lagi."

"Lo gak usah banyak berharap deh sekarang."

"Lohh, lohh ko gitu sih."

"Iya, Bu Salma udah dilamar pacarnya." Ucap Hanan santai.

"Hah, serius lo?" Tanya Jono tak percaya.

"Iya, gue kan deket rumahnya jadi gue tau meskipun cuman denger dari Emak gue, tapi Bu Salma udah dilamar."

"Dar, dar." Panik Jono melihat Haidar yang langsung lemas mendengar Salma sudah dilamar, pupus sudah harapannya untuk menjadikan bu Salma jodohnya.

"Ehh tunggu dulu, lo bilang Bu Salma dilamar."

"Hemm."

"Ya elah, baru juga dilamar, masih bisa di tikung itu."
Hanan dan Jono pun melotot tak percaya mendengar ucapan Haidar, padahal laki-laki itu sudah mau pingsan tadi tapi Bisa-bisa dia bicara seperti itu.

_______TBC_____

Hai, Jodoh!! (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang