Bab 16

259 34 1
                                    

Pagi-pagi sekali Haidar sudah menggedor-gedor rumah Salma.

Gunawan yang sedang menonton berita pagi pun langsung terjungkel karena kaget. Gunawan pun berdiri sambil membenarkan sarungnya.

"Siapa sih pagi-pagi berisik." Gunawan pun membukakan pintu dengan sangat kesal.

Haidar sudah nyengir kuda melihat Ayah dari jodohnya itu membukakan pintu.

"Dasar bocah semprul, ngapain kamu kesini. Mau minta sarapan." Ucap Gunawan garang, karena kesal.

"Hehe, tenang Pak. Saya bawa nasi uduk sama goreng pisang." Sahut Haidar sambil mengangkat jinjingannya.

"Wihh tau aja Bapak belum sarapan, bentar tunggu disitu. Bapak ambil teh hangat sama catur dulu." Gunawan pun kembali masuk kedalam untuk mengambil catur dan teh hangat.

"Siapa Pak?" Tanya Salma yang sedang masak.

"Si Dadar, Sal tuangin teh hangat dua gelas, bawa piring juga. Bapak mau sarapan sama si Dadar didepan." Ucap Gunawan sambil masuk kedalam kamarnya.

"Dadar siapa sih pak?" Tanya Salma Bingung. Namun Gunawan sudah masuk kedalam kamarnya membuat Salma jadi kepo.

Salma pun berjalan menuju teras, melihat siapa yang datang.

"Haidar?"

"Selamat pagi Jodohku, Ibu anak-anakku." Sapa Haidar dengan senyuman usilnya.

"Kamu ngapain pagi-pagi kesini?"

"Mau ngajak bapak sarapan bareng, terus maen catur mumpung sekarang hari minggu." Jelas.

"Oh iya, ini sarapan buat Bu Salma. Ibu belum makan kan." Haidar pun menyodorkan satu bungkus nasi uduk untuk Salma, Salma pun menerima nasi uduk itu.

"Sal, udah bawa belum teh hangatnya. Bapak mau sarapan bareng sama tanding catur sama si Dadar." Ucap Gunawan yang baru saja datang.

"Iya Pak." Salma pun kembali masuk untuk mengambil minum dan piring.

"Sarapan dulu, setelah sarapan baru kita tanding. Saya masih penasaran kenapa kalah terus kalau main dengan kau."

Salma pun membawa teh hangat dan dua piring kosong. Salma juga menyiapkan nasi uduk itu diatas piring, seperti seorang istri yang sedang menyiapkan sarapan untuk suaminya.

"Terimakasih Ibu Anak-anak." Ucap Haidar membuat wajah Salma sedikit memanas, bocah laki-laki itu seperti tidak punya urat malu. Padahal ada Ayahnya tapi bisa-bisanya menggoda anaknya.

"Cepat makan, Saya tidak sabar untuk mengalahkanmu."

Salma pun pamit masuk kedalam rumahnya meninggalkan dua laki-laki beda generasi itu sarapan diluar, Salma membuka nasi uduk itu dengan senyuman.

Dia mulai menyuapi nasi uduk itu yang terasa sangat nikmat, padahal hanya nasi uduk biasa.

***

Haidar dan Gunawan seperti sepasang anak yang begitu asik bermain catur.

Apalagi Haidar terus saja mengoleskan tepung di wajah Gunawan, hingga Gunawan tidak bisa lagi dikenali saking sudah putih.

"Kau curang, pasti kau curang." Ucap Gunawan tak Terima, karena wajahnya jadi cemong.

Salma yang mengambil kursi menonton pun terus saja tertawa melihat kekalahan Ayahnya.

"Curang apaan, kan ada wasitnya ini duduk." Bela Haidar sambil menunjuk Salma.

"Apa, Aku cuman penonton." Bantah Salma tak mau ikut-ikutan.

"Sekali lagi, Saya pasti bisa mengalahkan kamu." Ucap Gunawan tak terima dikalahkan oleh bocah ingusan.

Hai, Jodoh!! (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang