Bab 17

257 35 0
                                    

Mobil Haiman berhenti disebuah butik gaun pengantin, butik milik Amira yang sekarang di kelola oleh Sarah.

Karena Amira menyerahkan tanggung jawab itu pada Sarah sebelum meninggal.

"Wahh anak pak Sean emang gak bisa diragukan lagi." Ucap Sarah yang baru turun dari ruang kerjannya.

Butik peninggalan Amira kini semakin berkembang, bahkan memiliki beberapa cabang.

"Tante." Haiman pun menyalami Sarah.

"Salma, kenalin ini tante Sarah."

"Salma."

"Sarah."

"Cantik sekali calon mu Man."

"Hehe Tante bisa saja."

"Ya sudah ayo, Tante udah siapain pakaian yang kamu pesen dan sesuai dengan Calon Istrimu." Salma dan Haiman pun membuntuti Sarah keruangan nya untuk menunjukkan baju pengantin khusus untuk Haiman dan Salma.

Ball gown, pilihan Haiman jatuh pada gaun ball gown, karena gaun ini sangat cocok untuk Salma yang ingin tampil stunning, bahkan tampilan gaun ini seperti putih kerajaan dengan dihiasi detail laces cantik. Tak ketinggalan, tampilan yang satu ini sangat klasik dengan padanan tiara dan dan long laces veil yang berkelas.

Setelah fitting baju pun mereka pun mengecek tempat yang akan mereka pakai untuk melangsungkan ijab kabul dan pesta.

***

Didalam kamar bernuansa abu, dengan kamar kedap suara.
Haidar sedang membanting semua barang-barang hingga hancur, seperti hatinya yang hancur mengetahui semua ini.

"Arggggggghhhh" Tubuh Haidar melemas dia menekuk lututnya dengan tangan meremas kepalanya.

Haidar kembali beranjak, dia menyapu habis botol botol parfumnya sampai pecah berserakan. Bahkan kamar itu sudah tidak berbentuk, seperti hati Haidar yang hancur mengetahui semuanya.

"Kenapa!!" Teriak Haidar kencang, bahkan lelehan air matanya terus saja mengalir.

"Kenapa, harus lu Bang!!' Lirih Haidar, mengacak frustasi.

"Kenapa gue, harus bersaing sama lu. Kenapa gue harus mencintai orang yang sama!!"

"Bodoh-bodoh, harusnya gue sadar diri. Gue yang ngusik hidup Salma hingga gue sendiri terjebak didalamnya."

"Bodoh-bodoh, harusnya gue gak nikung Abang gue sendiri." Haidar terus saja memukuli kepalanya.

Tok..

tokk

"Kak, dipanggil Bunda tuh." Teriak Hanna diluar kamar Haidar, membuat laki-laki yang sedang frustasi itu pun menoleh.

Dia enggan keluar, tapi Bundanya memanggil. Haidar pun kekamar mandi untuk membersihkan wajahnya dan merapihkan penampilannya.

Krekkk...

"Lama banget sih Ka," dengus Hanna.

"Ada apa emang?" Tanya Haidar lirih.

"Ada calonnya bang Haiman, mungkin mau ngenalin ke kakak." Ucap Hanna sambil pergi meninggalkan Haidar.

Haidar mematung didepan pintu kamarnya, kenapa? Kenapa harus sekarang, oh astaga. Haidar belum siap bertemu dengan Salma yang akan menjadi kaka Iparnya.

"Ehh, Kak buru Bunda dari tadi udah manggil." Ucap Hanna yang keluar dari kamarnya dan melihat Haidar masih saja diam.

Haidar pun berjalan dibelakang Hanna dengan menahan sesak di dadanya.
Dia harus siap, ya. Siap menerima kenyataan kalau Salma akan menjadi Kakak Iparnya, bukan Ibu dari Anak-anaknya

"Akhirnya mereka turun juga." Ucap Ira, membuat Salma ikut menoleh.

Deg..

Apakah Salma tak salah liat dengan laki-laki yang berada di belakang wanita cantik yang Salma kenal sebagai adik iparnya.

"Salma kenalkan, Ini Haidar anak kedua Bunda. Waktu lamaran dia gak ikut." Ucap Ira memperkenalkan Haidar pada Salma saat bocah laki-laki itu sudah berdiri tepat di sebrang tempat duduknya.

"Dia itu sok sibuk sekali, jadi tidak heran kalau kamu baru pertama kali bertemu Haidar." Lanjut Ira sambil terkekeh memperkenalkan Haidar.

"Haidar." Ucapnya mengenalkan diri, bahkan Haidar menyodorkan tangannya seperti orang yang baru pertama kali kenal, bahkan wajah usil Haidar tidak lagi terlihat. Hanya wajah dingin yang memancar dari Haidar.

Haidar pun kembali menarik tangannya saat Salma tak meresponnya dan malah menatapnya, membuat orang yang berada di sana terbingung-bingung.
Salma pun mengerjap, dia melihat sekeliling yang sedang menatapnya.

Dia masih tak percaya dengan yang terjadi didepan matanya itu.
Salma melihat wajah Haiman, lalu kembali menatap Haidar.

"Salma, Kamu gapapa?" Tanya Haiman Khawatir.

"Ahh, nggak ko Mas. Aku baik-baik saja." Sahut Salma sambil tersenyum masam.

"Ini Adek aku yang kedua, tampan kan. Kaya aku." Ucap Haiman langsung merangkul bahu Haidar, Bahkan Haiman yang selalu tersenyum pun tidak menyadari raut wajah Haidar yang sedikit berubah.

"Iya Mas."

Seperti Salma, Haidar pun sedang menatapnya dengan tatapan sendu.

drrttt.drttttt...

Hp di atas meja pun berdering, Haiman pun melihat siapa yang menelponnya.

"Siapa Bang?" Tanya Ira.

"Ayah."

"Bentar ya, Abang angkat telpon dulu" Haiman pun pergi meninggalkan ruang tamu untuk mengangkat telpon dari Ayahnya.

Setelah kepergian Haiman, Ira pun pergi ke kamarnya begitu pun dengan Hanna yang sudah ngacir tak tau kemana.

Salma dan Haidar pun duduk berhadapan, tidak dari pembicaraan yang keluar dari mulut mereka.
Bingung, ya mereka bingung harus bertanya mulai dari mana.

Bahkan Haidar yang selalu pecicilan pada Salma pun kini hanya diam membisu. Mulut yang selalu mengoceh dan memanggilnya jodohku kini tertutup rapat.

"Maaf." Salma pun mendongak menatap Haidar yang membuka suara.

"Maaf, Saya sudah menganggu hidup Ibu. Soal setiap ucapan Saya__" Haidar menjeda ucapannya " Saya Harap Ibu tidak memasukannya dalam hati, ucapan Saya yang menyukai Ibu, dan akan menikung kekasih Ibu sebelum janur kuning melengkung."

Sakit..!!

Kenapa hati Salma begitu sakit mendengar ucapan Haidar ini, apakah benar kalau dia sudah jatuh cinta pada bocah laki-laki ini.

"Saya minta maaf atas semuanya, anggap saja Saya dan Ibu tidak pernah saling sapa sebelumnya."

Air mata Salma lolos begitu saja mendengar ucapan Haidar, kenapa hatinya begitu sakit.
Buru-buru Salma menghapus air matanya, yang lolos begitu saja.
Benar, sekarang Haidar adalah adik iparnya. Tapi kenapa hatinya sakit, seakan tak rela.

"Dar, Abang minta tolong dong, tolong anterin pacar Abang pulang ya. Soalnya Ayah nyuruh ke kantor." Ucap Haiman yang baru saja datang.

"Iya Bang."

"Salma, kamu gapapakan pulang di anterin Haidar."

"Iya, Gapapa Mas."

"Aku pamit dulu ya." Haiman pun pergi meninggalkan Haidar dan Salma.

Setelah kepergian Haiman, Haidar pun pamit pada bundanya untuk mengantarkan Salma pulang.
Sedangkan wanita yang berada dibalik tembok pembatas ruang tamu dan ruang keluarga pun membekap mulutnya agar isakannya tidak terdengar.

Hanna yang akan menghampiri Haidar pun dibuat tak percaya oleh ucapan yang keluar dari mulut Haidar, Hanna tak mau ada pertengkaran antara kedua kakaknya jika Haiman tahu semuanya.
Kalau Haidar juga menyukai Salma.

"Kenapa ini semua terjadi!!"

_____TBC____

Taburkan vote untuk Haidarnya dong.... 🥰🥰🥰
Aku sudah kembali, jadi kalian harus ramaikan lagi oke....

See you...
Love banyak buat kalian🥰🥰🥰

Hai, Jodoh!! (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang