3

6.3K 300 5
                                    

Semakin hari, semakin kuat perasaan itu muncul. Semakin ia menghindar, semakin nekad perasaan itu kembali datang.

Kedekatan mereka memang makin dekat, namun tidak bagi Awan. Semua kedekatan itu di salah artikan baginya, bahwa sosok Leo merupakan orang yang ia cintai.

Di dalam Rumah, Awan hanya terdiam di kamar. Menyaksikan sebuah foto-foto di dalam laptop, yang ia ambil secara diam-diam di dalam ponselnya.

Tok tok tok...

"Aden, di luar ada temen." Ujar salah satu Bibi di dalam Rumah.

"Iya Bi." Lalu ia berjalan menuju ruang tamu.

Itu Leo, membawa makanan kesukaan Awan. Pisang Coklat.

"Lo kenapa gak bales chat gue sih? Gue khawatir sumpah."

Bagaimana Awan tidak bisa menyukai jika sosok di hadapannya ini begitu peduli, bahkan tidak pernah ia lakukan kepada teman Cowok lainnya.

"Oh, gue gak megang HP sih." Lalu Awan duduk di samping Leo, mengambil Pisang Coklat yang masih panas. "Thanks, btw."

Awan melahap Pisang Coklat tersebut, rasa panas, coklat yang lumer menjadi satu dan itu merupakan kenikmatan yang begitu Awan sukai.

"Lo kayak bocah, makan pelan napa."

Hingga sapuan jari yang sibuk membersihkan sisa Coklat di sudut bibir Awan. Ia terdiam membisu, menatap tak percaya jika Leo yang sedang melakukan ini.

Leo menghela nafasnya. "Elo kenapa gak pacaran aja sih? Gak kasian Cewek ngantri minta elo jadiin pacar."

Terakan sadar, Awan sedikit menggeser hingga jari itu terlepas dari sudut bibirnya. "Y-ya, gue gak mau aja sih."

"Kenapa? Elo gak pernah cerita ama gue siapa orang yang elo sukai, sedangkan gue selalu cerita ke lo. Huuu... ini katanya temen?"

Awan menoleh, menatap Leo yang tengah memasang tampang mengejek.

Ingin rasanya Awan berseru, mengatakan bahwa orang di depannya inilah yang ia sukai, orang yang selalu mengganggu pikirannya.

"Gue suka sama seseorang, tapi gue gak yakin kalo dia bakal sama gue."

Leo merubah ekspresi wajahnya menjadi serius. "Kenapa? Kok elo pesimis gini. Ya di coba lah!" Seru Leo hingga ia merangkul. "Emang orang itu siapa? Gue kenal?"

'Ya, orang itu elo sendiri.' Batin Awan.

"Nggak kenal."

"Yah gak seru gini mah. Eh tapi nih ya, gue ama si Bunga udah makin deket aja nih, gue bener-bener pengen nembak dia."

Hal yang Awan ingin hindari,  ia harus mendengarkan curahan hati temannya dan mencoba memasang ekspresi bahwa ia tidak apa-apa. Walaupun dalam hati ia begitu remuk, mendengar sosok yang di sukai namun menyukai orang lain.

Cinta bisa di bilang rumit dan tidak rumit, tergantung orang yang bisa melalui semua itu.

TBC...

VICTIM (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang