39

2.1K 81 8
                                    

"Setiap malem atau kalo lagi ngelamun, Awan suka teriak-teriak, atau suka nangis tiba-tiba. Walaupun gak tau perasaan yang pasti, tapi udah nangkep kalo semua ini akibat Leo." Cerita Ibu Awan, matanya sendu dan menjaga agar tidak menitihkan airmata. "Kadang Awan minta maaf, dan bilang gak mau putus sama kamu. Dan yang buat Tante marah... Awan teriak-teriak dan nyebut kalo Leo sudah melecehkannya."

Deg!

Irvan tidak tahu kalau masalah ini berakibat serius dan membuat Awan menjadi sangat frustasi. Ia yakin jika perbuatan yang dilakukan Leo terngiang-ngiang di otak Awan.

"Awan juga ngalamin patah hidung akibat perbuatan Leo." Ujar Ibu Awan dan ia sudah tidak tahan menahan tangis setelah mengungkapkan isi hatinya. "T-tante selalu bertanya-tanya, apa salah Tante dan Suami Tante sampai Awan bisa bernasib seperti ini? Kami sayang, sangat sayang sama Awan. Kalau pun bisa pilih, biar Tante yang rasain apa yang di rasakan Awan."

Irvan termenung mendengar penuturan menyedihkan itu sedangkan Ella menunduk ikut menangis. Mereka sangat tahu isi hati Ibu Awan dan tentu apa yang telah terjadi membuatnya sangat terpukul. Mereka pun tak habis pikir mengapa hal semacam ini terjadi pada Awan.

"Tante mau laporin masalah ini, tapi Tante gak banyak bukti. Bukti satu-satunya ada di Awan, tapi dengan keadaannya seperti ini...." Ibu Awan hanya bisa menggeleng lemah.

Irvan yang mendengar itu seperti tersadar dengan tujuan awalnya. Ia merogoh saku celananya dan mengambil ponsel itu. "Tan, kalo Tante perlu bantuan, aku bisa bantu Tante. Mengenai masalah bukti, aku punya bukti kuat atas perbuatan Leo."

Ella mengangguk. "T-tapi Tan, kami mohon kalo memang Tante gak kuat Tante bisa skip."

Ibu Awan menatap mereka heran. "Gak kuat? Emang sekejam apa sampai Leo lakukan ke Awan?"

Ella menatap Irvan dan ia mengangguk, lalu mereka berjalan mendekati Ibu Awan dan mereka duduk disampingnya.

"Mohon maaf yang sebesar-besarnya Tan, Leo memang melecehkan Awan, saat Awan gak sadarkan diri. Soal kejadian itu, Leo membuat video dan dia kirim ke aku dengan nomor tidak di kenal."

Ibu Awan menutup mulutnya merasa syok dengan apa yang ia dengar.

"Dan... Kami juga barusan ketemu sama dia di Cafe. Dia sekongkol dengan salah satu teman sekelas aku." Ia menunjukkan sebuah video percakapan antara Leo dan Tan yang mana perbuatan Tan diberi hadiah sejumlah uang.

"Astaga..." Ibu Awan menutup wajahnya dan menangis tersedu-sedu. "Kenapa mereka jahat sekali? Apa salah anakku?" Keluhnya dengan suara amat memilukan membuat Ella tak kuasa menahan rasa tangis. Ia dengan perlahan mengelus pundak Ibu Awan hingga wanita itu memeluk Ella.

Irvan hanya bisa menahan sedihnya saat ini, ia tidak mau menambah suasana menjadi sedih.

"Tante, aku bakal bantu Tante buat masalah ini. Aku janji Tante, demi Awan."

*****

Apa yang telah kita tanam maka itulah yang kita tuai. Kebaikan akan di beri balasan, juga kejahatan akan di beri balasan pula. Semua akan sepadan jika kita melakukan dengan benar.

Irvan dengan sigap membantu apapun yang di butuhkan oleh kedua orang tua Awan untuk mengumpulkan bukti dan membuat laporan atas tindakan yang telah dilakukan oleh Leo.

Di fakta yang diketahui, tindakan asusila dan menyebarkan video asusila dapat melanggar hukum di beberapa yurisdiksi. Jika ada dugaan tindakan pidana, pihak berwenang dan kepolisian dapat terlibat dan melakukan penyelidikan lebih lanjut. Siswa yang melakukan pelanggaran serius bisa di hadapkan pada tindakan hukum, seperti denda atau penahanan.

Singkat cerita, Leo tentu mendapat balasan dengan apa yang ia lakukan. Dengan rasa yang amat bersalah ia hanya bisa pasrah saat mendapatkan laporan atas tindakan asusila dan perbuatan yang tidak mengenakkan lainnya. Begitu halnya dengan Tan yang sudah menyebarkan video tak senonoh, bahkan Video itu di sebarnya dengan hanya menampilkan wajah Awan saja, sedangkan memblur wajah Leo.

Irvan sedikit bernafas lega saat semua sudah berlalu dan semua tindakan yang dilakukan oleh Leo telah mendapat ganjaran yang setimpal.

Dua minggu berlalu setelah kejadian itu...

Irvan mencoba untuk berkunjung kerumah Awan dan tak lupa membawa parsel Buah untuk mantan pacarnya. Sudah sebulan lebih dan ia masih belum bisa bertemu dengan Awan, namun Irvan hanya bisa bersabar. Irvan akan tetap menunggu Awan dengan keadaan sebaik-baiknya.

Namun setelah sampai tujuan, dahinya mengerut mendapati beberapa Mobil yang membawa sebuah koper yang cukup banyak. lalu ia menoleh dan memanggil penjaga rumah.

"Pak, bisa bukain?"

Penjaga rumah itu menoleh dan mendekat. "Baik Mas." Lalu penjaga rumah membuka gerbang.

Irvan berjalan mendekati rumah depan, lalu matanya bisa melihat Ibu Awan keluar bersama suaminya. Mereka menoleh menatap Irvan dan tersenyum.

"Nak Irvan, kamu ada di sini?"

Irvan mengangguk. "Iya Tan, aku mau kasih ini buat Awan." Lalu ia memberi parsel Buah itu.

Melihat itu membuat air mata Ibu Awan menetes, ia merasa sangat sedih saat ini. "Terima kasih, Van."

Irvan mengangguk lagi dan terheran saat orang di depannya menangis. "Kalo boleh tau, Tante sama Om mau kemana?"

Ibu Awan menoleh menatap suaminya, merasa susah untuk menjelaskan dan ia tak mampu berbicara. Melihat itu membuat Ayah Awan mengangguk paham.

"Kami mau anter Awan pindah keluar negeri. Demi kesehatannya, kami mau Awan pulih dan mendapatkan perawatan yang lebih baik lagi."

Apa yang Irvan dengar tentu membuatnya kaget. Tanpa di duga Awan akan pergi?

"Maaf kami baru kasih tau soal ini, Om ngerasa kalo kamu gak perlu tau. Tapi... Bagaimanapun Awan juga pernah sama kamu, Van. Jadi, Om mohon relakan Awan, demi kebaikannya."

Ibu Awan mengangguk. "Terimakasih sudah bantu Tante menyelesaikan masalah kemarin dan mau membela Awan. Dan maafkan tante, Awan harus pergi dan Tante gak bisa pastiin kapan dia bisa kembali kesini lagi. Demi kebaikannya, nak."

Mendengar itu tentu membuat hati Irvan hancur sehancur hancurnya. Orang yang ia sayangi, orang yang ia cintai akan pergi meninggalkannya. Bahkan dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

"Ini, Tante mau kasih sesuatu sama kamu." Ujar Ibu Awan memberi selembar kertas kecil. "Itu tulisan Awan saat dia masih sehat, kalo dari tulisan itu kayaknya saat awal hubungan kalian."

Irvan menatap kertas itu dan mendapati sebuah tulisan singkat dimana itu tentang dirinya.

'Sekarang aku jadi milik Irvan, semoga pacar baruku itu bisa membuatku tersenyum selalu.'

Tak bisa membendung air matanya, Irvan pun menangis sembari menatap sedih kertas itu. Ini tulisan Awan yang sangat ia rindukan. Pada akhirnya Irvan harus di pisahkan oleh seseorang yang sangat ia sayangi dan ia cintai.

Irvan mendongak dan menatap kedua orangtua Irvan dengan airmata yang masih mengalir. "Tante, Om. Ijinkan aku buat nunggu Awan. Aku mohon." Pintanya.

Kedua orangtua Awan saling tatap, namun dalam hatinya merasa sedih karena melihat Irvan sekarang.

"Aku akan nunggu Awan sembuh dan pulih, setelah itu aku akan terus menjaganya."

Awan akan mengikhlaskan kepergian Awan demi kesehatannya. Setelah semua berakhir, Irvan berjanji akan kembali mengejar Awan. Karena ia tahu, Awan masih sama sepertinya. Saling mencintai.

END

































Gimana END aja yaaa🙂🙂🙂🙂

































































Eh, gak jadi deh. Ada satu chapter 1 lagi jadi....

TBC...

VICTIM (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang