22

3.1K 160 8
                                    

Dering telepon terus berbunyi hingga sang pemilik mengernyit karena merasa terganggu. Melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah lima sore. Wah, sudah sore sekali.

Irvan menoleh ke nakas dan mengulurkan tangannya untuk mengambil benda persegi yang sedari tadi berisik. Tertera nama Evan di sana.

"Oi anjing baru di angkat, kemana lu hah?" Seru sepupunya itu di balik telepon.

"Gila, gak ada sweet-sweetnya nih anak. Baru juga sampe udah dapet julukan kebun binatang aja."

"Bacot. Di kamar lu 'kan? Main kunci-kunci kamar aja. Gue di ruang tengah ama Juju."

Irvan menoleh mendapati kekasihnya yang masih terlelap dan memeluknya erat. Terlihat sangat lelah akibat permainan yang mereka buat tadi.

Gila, barusan itu enak banget sih!

"Gue tidur. Bentar lagi gue keluar." Lalu Irvan menutup teleponnya itu.

Pelan-pelan ia melepas pelukan Awan di tubuhnya, agar tidak mengganggu tidur pacarnya. Sejenak ia menatap sang kekasih dan tersenyum kecil. Saat tidur Awan sangat manis dan menggemaskan.

Ia memungut celana boksernya di lantai dan memakainya, baru sadar kalau ia tidur tidak mengenakan pakaian. Ah, 'kan dirinya abis main kuda-kudaan jadi wajar tidak pakai baju.

Lalu ia keluar menuju ruang tengah, bisa ia lihat sepupunya yang asyik bercengkrama dan bermain dengan sang adik. Irvan terlebih dahulu ke dapur untuk minum, lalu berjalan mendekati mereka.

Evan menoleh, mendapati Irvan tidak menggunakan baju dan hanya menggunakan bokser membuat wajahnya menjadi sinis. "Hebat, abis ngapain lu telanjang dada gitu?"

Juju menoleh dan berjalan mendekati Irvan. Lalu ia menepuk-nepuk pelan perut Abangnya yang terasa keras dan berkotak-kotak itu. "Nanti kalo Juju udah gede, Juju mau kayak perut Abang juga!" Serunya.

"Boleh aja, Ju. Jangan sampe sifatnya kamu ikut-ikutan. Si brengsek suka batang." Sahut Evan.

Irvan menggerutu. "Lu nodai otak adek gue, gue iket pohon Rambutan."

"Ampun, dedek takut Bang..." Jawab Evan berlagak lebay.

Irvan mendengus, lalu menatap adiknya itu. "Adek Juju ke dalem dulu ya, ikut Mama ke belakang."

Juju nampak berpikir, lalu ia tersenyum riang. "Kalo gitu Juju ke kamar Kak Awan aja ah!"

Irvan melotot mendengar itu. "Jangan!"

"Hmmm, mencurigakan..." Lirih Evan menatap curiga Irvan. (sus)picious...

"Yah, kenapa?"

"I-itu, Kak Awan lagi mandi. Ntar bentar lagi juga keluar. Nanti Abang suruh nemuin kamu deh."

"Hmmm, ya udah deh." Lalu Junior berjalan ke belakang Rumah.

Fyuh... Untung saja. Tidak terbayang kalau Junior masuk kamar dan mendapati pacarnya itu terlelap tanpa menggunakan baju. Bugil.

"So... Sejak kapan?" Tanya Evan.

Irvan duduk di sofa dan mengambil cemilan di atas meja. "Lumayan lama, eh? Gue udah berapa bulan ya?" Irvan mencoba menghitung dengan jarinya, sungguh ia lupa sudah bulan ke berapa ia pacaran dengan dengan Awan.

"Oke, gak penting soal itu. Gue mau tanya, sejak kapan elo belok?"

Irvan diam sejenak nampak berpikir, sebenarnya ia pernah suka sama seseorang, Cewek pastinya. Namun tidak ke tahap serius seperti pacaran. Karena ia berpikir dirinya masih terlalu labil dan belum saatnya untuk pacaran.

VICTIM (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang