33

1.9K 72 0
                                    

Awan baru masuk sekolah setelah absen satu hari karena demamnya dan kini ia sudah masuk sekolah kembali.

Seperti janji Irvan kemarin, Cowok itu benar-benar datang menjenguk di sela waktu menjaga sang Adik, Juju. Beruntung Juju sudah bisa pulang hari ini. Anak kecil itu demam tinggi dan membuatnya tidak mau makan apapun, terpaksa Mamanya membawa ke rumah sakit.

Setelah masuk kelas, ia disuguhi pemandangan yang seperti sebelum-sebelumnya. Raut kesal Ella dan si jahil Tian, tiada hari tanpa drama mereka.

"Oh my gosh, finally lo masuk juga." Seru Ella senang. "Sini ayo, duduk sini."

Awan menatap aneh teman sebangkunya, begitupun dengan Tian.

"Wan, gimana caranya biar jadi lo? Ni Cewek jinak banget kalo deket lo." Ujar Tian yang sedang memegang buku yang di jadikannya kipas.

"Sorry? Jinak? Gak liat tampang Bundadari kayak gue gini? Elo kali Beruk berseragam." Ketus Ella.

"Sorry? Beruk berseragam? Apa I tidak salah dengar? Dan apa tadi, Bundadari? Ups, lebih ke Budhe-Budhe kali ah, hahaha." Balas Tian berlagak seperti Cewek-Cewek centil manja slay.

Ella mendengus melihat pemandangan ajaib di depannya. "Dasar bencong! Jauh-jauh napa?! Ganggu mulu lo. Sekali lagi ganggu, gue lempar pake botol air gue."

"Yuhuuu, eike takut cyinn! Ya udin dech eike pergi begindang dari pudin I kenes botol gedong. Aw takyut." Lalu Tian berlari ala-ala banci yang di kejar satpol PP. Hingga seluruh yang ada di dalam kelas tertawa melihat tingkah Cowok itu.

"Amit-amit banget punya temen satu kelas kayak dia, banyak-banyak do'a deh gue biar gak cepet mati muda." Eluh Ella memijat dahinya, ia sungguh lelah.

Awan terkekeh? "Jadi gimana? Udah terpikat sama bencong tadi belum?"

"Awannnnnn!!" Rengek Ella.

*****

"Ayang akhirnya udah sekolah kembali." Irvan berjalan sambil merentangkan tangan.

"Goblok! Gak usah malu-maluin kenapa?" Keluh Awan, karena Cowok itu jadi pusat perhatian orang.

"Hehe, buat ayang mah aku rela jadi bahan lolucon." Balas Irvan.

"Aku gak minta gitu juga."

"Iya deh."

Irvan mengangkat tangannya dan melihat jam. Sepertinya mampir ke toko bakery sebentar tidak masalah, selain Irvan lagi ingin makan kue, ia juga mau membelikannya untuk Juju.

Ah ya, Irvan mau ajak pacarnya itu untuk mampir ke Rumah. Katanya mau jenguk Juju.

"Nanti kita ke toko bakery dulu ya, mau beliin Juju."

"Oh... oke, aku juga mau---"

"Irvan!"

Belum sempat Awan menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba Tan datang menghampiri mereka. Haduh, baru saja ingin tenang tiba-tiba datang Pak Lampir.

"Van, tugas kemarin gimana jadinya? Kayaknya kita harus kerja kelompok deh."

Alis Irvan mengeruk. Ia ada tugas Bahasa Inggris dan memang satu meja satu kelompok. Tugasnya juga tidak sulit-sulit amat.

"Emang harus kerja kelompok?" Tanya Irvan heran.

"Iya lah, tugasnya juga 'kan tanya jawab. Harus melibatkan dua orang dong. Besok lho harus selesai."

Irvan terdiam dan sedikit mengerti maksud tujuan Tan. Cowok itu ingin kerjasama dengan dirinya, entah di Rumah Irvan, atau di Rumah Tan, atau juga bisa di luar Rumah. Yang penting bisa berduaan.

Huh, Irvan sebangku dengan Cowok itu dan Irvan paham betul maksud dan tujuannya. Bukan Irvan geer tapi sangat nampak jika Cowok itu ingin  mendekatinya.

Well, demi menjaga hati sang pacar ia harus melakukan sesuatu. Yaitu menolak secara halus.

"Kayaknya gak harus kerja kelompok deh. Temen yang lain juga gak ada niatan kerja kelompok kayak kita." Kata Irvan. "Jaman canggih ngapain di buat repot sih, Tan? Lo bisa WhatsApp gue apa-apa yang bakal di buat. Tenang, gue bakal yang kerjain."

"Ya tapi 'kan---"

"Stttt, jangan raguin otak gue. Cuma bahasa Inggris 'kan? Kecil itu mah." Balas Irvan enteng.

Sedangkan Awan hanya memutar matanya malas. Sombong sekali pacarnya ini. Tapi tak apalah, depan Tan memang harus sombong sih.

"Kalo gitu gue duluan ya, ada urusan mendadak nih. Bye." Lalu Irvan menepuk pundak Awan dan berlalu dari hadapan Tan.

Awan menatap Tan sambil mengangkat satu alisnya, menantang. Lalu ia mengikuti Irvan dari belakang.

"Anjir, sok banget lo." Gerutu Tan kesal.

Setelah tubuh mereka hilang dari pandangannya, Tan tersenyum culas penuh makna. Ah, tunggu saja pembalasan. Tan yakin hubungan mereka akan cepat kandas, ingatkan itu.

*****

Setelah mampir dari bakery dan membeli beberapa roti dan kue, akhirnya mereka sampai di Rumah Irvan.

"Juju, sekarang udah baikan belom?" Tanya Awan yang sedang duduk di samping kasur Juju.

"Juju anak Cowok jadi bakal jawab iya, Juju udah baikan dan Juju udah kuat kayak Abang." Balas Juju dengan suara lemahnya, ia sebisa mungkin memamerkan gigi-gigi kecilnya.

Irvan melihat itu hanya tertawa, lalu menggusak rambut Juju sayang. "Nih, Abang bawa roti kesukaan kamu, kalo Abang kasih ini kamu harus cepet sembuh. Oke?"

Juju mengangguk mantap. "Siap kapten!"

Awan gemas sekali dan ingin mencubit pipi Juju rasanya. Tapi urung karena takut Juju kesakitan. Awan cubit pipi anak kecil kadang tidak kira-kira saking gemasnya.

Setelah meninggalkan Juju di kamarnya, Irvan mengajak Awan ke kamarnya.

"Hmm, aku kangen banget sama kamu." Ujar Irvan kini mengajak Awan duduk di samping kasur.

"Lebay, kemarin juga ketemu. Tadi di sekolah juga ketemu." Balas Awan dan mencubit hidung mancung Irvan.

"Tapi kangennya yang lain tau!" Rajuknya dan menggesek-gesek kepalanya di pundak Awan. Kelakuan mirip Kucing minta di manja.

"Kangen apanya nih?"

Irvan tersenyum miring, lalu matanya menatap wajah Awan. Tangannya terangkat dan mengelus pipi Awan, lalu berakhir di bibir merah kesukaannya.

Heran, Cowok kok bisa semerah itu bibirnya?

"Aku kangen ini." Bisik Irvan.

Lalu bibir itu meluncur dengan ringannya, melahap bibir Awan seolah-olah bibir itu permen yang amat manis.

Awan yang sedikit terperanjat pelan-pelan membalas ciuman itu. Ciumannya sangat menuntut dan Awan paham apa tujuannya setelah ini.

Irvan menyudahi ciumannya dan menatap Awan memohon. "Sayang, boleh ya."

Awan terdiam sejenak, hingga salah satu tangan Awan meremas kepunyaan Irvan dan tersenyum menggoda.

"Ayo."

Dan kalian tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Kalian bisa bayangkan sendiri.

TBC...

VICTIM (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang