35

1.8K 92 7
                                    

Tok... Tok... Tok...

Seseorang yang tengah bersantai itu sedikit terusik mendengar sebuah ketukan dari luar rumah.

Tok! Tok! Tok!!!

Ketukan itu semakin membabi buta, mau tak mau ia bangkit dari rebahannya dan berjalan menuju pintu.

"Ya kena---"

Bugh!

Belum sempat seseorang itu berbicara ia sudah tersungkur dan mendapati bogem mentah tepat di sudut bibir kirinya.

"Bangsat lo ya, Leo! Kenapa lo tega ngelakuin ini ke gue?! Apa salah gue sampe lo tega!!" Orang itu Awan, sembari menarik kerah baju Leo dan berteriak marah.

"Lo emang brengsek!"

Bugh!

Satu pukulan kembali mendarat di wajah Leo. Leo tidak tinggal diam dan ia mendorong kuat tubuh Awan yang kini tersungkur.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Leo dengan amarahnya yang tidak terkendali pun membabi buta Awan yang kini tidak berdaya.

"Gue tega ngelakuin ini? Jelas gue tega karena gue JIJIK sama hubungan kalian!" Amuknya yang kembali memukul wajah Awan. "Setelah lo bogem gue, gue bakal terima? ENGGAK!! Dan gue semakin jijik ngeliat lo yang sok jual mahal karena gak mau temenan sama gue!"

Leo berdiri dengan mengangkat tubuh Awan melalui kerah bajunya.

"Gue udah rela buat jadi homo demi baikan sama lo dan lo malah berhubungan dengan Cowok dungu itu?! Harga diri gue rasanya keinjek-injek asal lo tau."

Awan merasa tidak berdaya lagi, ia merasakan sakit yang amat sakit. Sakit diluar maupun di dalam.

"Lo udah tau soal video itu? Baguslah, ternyata mudah juga ngebodohin orang kayak elo!" Leo mendorong tubuh Awan hingga terjatuh lalu ia berjalan masuk dan menggebrak pintu itu dengan kasar.

"K-kenapa... Kenapa?" Lirih Awan yang menunduk menghadap tanah dan ia menangis tersedu-sedu. Hatinya sangat lelah dan juga perih.

Mengapa ada orang yang tega melakukan hal jahat seperti ini? Apa salah dirinya hingga ia bisa dilakukan semena-mena. Rasanya membuat Awan Gila.

Awan berdiri dengan susah payah, wajahnya sudah tidak karuan akibat memar yang lumayan cukup parah akibat pukulan Leo dan darah yang mengalir segar.

Ia harus pulang dengan hati yang hancur lebur.

*****

"Awan! Awan! Sayang kamu gak tidur 'kan?"

Sang Ibu dari luar mengetuk pintu kamar sang anak. Tentu ia cemas setelah mendengar cerita Bibi mengatakan bahwa Awan pulang dengan kondisi babak belur dan terlihat sangat menyedihkan.

Ibu Awan mencoba memegang gagang pintu dan ternyata tidak di kunci. Ia masuk dan betapa kagetnya melihat kondisi sang anak yang sedang tertidur dengan wajah penuh lebam.

"Sayang! Kamu kenapa?!" Sang Ibu berlari dan berjalan menuju ranjang.

Awan membuka matanya dan mendapati wajah sang Ibu begitu khawatir dan juga menangis.

"A-aku gak papa, Bu. Udah pulang?"

Mendengar itu Ibunya menarik tubuh Awan dan memeluk sang anak. Hatinya sangat hancur melihat wajah sang anak dan terlihat sangat rapuh.

"Kamu kenapa, nak? Cerita ke Ibu, kenapaa?" Ibu Awan semakin terisak.

"Masalah Cowok, Bu. Ntar juga sembuh kok." Balas Awan menenangkan.

Sang Ibu melepas pelukannya dan mengusap wajahnya yang basah. "Kita turun ya, kamu makan dulu. Bibi udah buat bubur supaya kamu gak kesusahan makannya."

Awan mengangguk lemah. "Iya, Ibu turun duluan aja. Nanti aku nyusul."

Setelah sang Ibu keluar dari kamarnya, Awan beranjak dan berdiri di depan cermin. Menatap kondisi wajahnya yang amat mengerikan.

Tanpa sadar ia kembali menangis. Merasa hatinya sudah hancur bahkan harga dirinya pun juga ikut hancur.

Awan turun untuk makan dengan pelan. Ia sedikit melamun dan kembali mengingat kejadian tadi.

Sang Ayah yang baru selesai bersih-bersih pun ikut berjalan ke meja makan. Lalu matanya mendapati sang anak yang terlihat sangat berantakan.

"Awan?! Kamu kenapa?" Tanpa sadar suara sang Ayah meninggi mendapati sang anak yang berjalan lunglai dengan tatapan kosong.

Sang Ayah menahan tubuh Awan dan memegang pundaknya. "Kamu kenapa? Siapa yang lakuin ini?!"

Awan mengerutkan dahinya, mendengar suara sang Ayah meninggi membuat dirinya menciut.

'gue semakin jijik ngeliat lo yang sok jual mahal karena gak mau temenan sama gue!'

Awan menggelengkan kepalanya cepat, ia berharap untuk tidak bertemu sosok bajingan itu lagi setelahnya.

'Lo udah tau soal video itu? Baguslah, ternyata mudah juga ngebodohin orang kek elo!'

"Gue gak bodoh! GUE GAK BODOH!  LO KENAPA JAHAT BANGET JADI ORANG?!!"

Sang Ayah terperanjat mendengar teriakan Awan.

"Nak, kamu kenapa?!" Sang Ayah mengguncang tubuh Awan yang kini semakin histeris berteriak.

'Aku sayang dan cinta sama kamu, tapi aku rasa hubungan kita... cukup sampai sini.'

"JANGAN!! PLEASE PERCAYA SAMA AKU!!"

Ibu Awan berjalan cepat dan mendekati anaknya yang terlihat histeris dan semakin kuat menangis.

"Nak, kamu kenapa nak!" Ibu Awan memeluk tubuh Awan yang sibuk meronta-ronta.

"Kenapa... Kenapa mereka jahat, Yah, Bu! A-aku pernah salah apa? Aku pernah buat dosa apa sampai mereka jahat ke aku!" lirih Awan diselingi isakan yang menyedihkan. "Irvan dan aku putus, dan Leo jahat ke aku!"

Ibu dan Ayah Awan hanya mendengar seksama dengan apa yang dikatakan Awan.

"Leo... kenapa lo tega ngelecehin gue? KENAPAA?!!" Awan kembali histeris dan kembali meronta, serta wajahnya sudah basah karena airmata. Hatinya sudah begitu mati rasa.

Ibu dan Ayah Awan begitu kaget mendengar penuturannya. Yang mereka tahu pasti, semua kejadian tersebut menganggu jiwanya.

TBC...

Aku nulis bagian ini agak nyesek sebenernya. Kek, kalo ada manusia macem Leo udah gak tau lagi rasanya.

VICTIM (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang