26

2.1K 107 5
                                    

Keadaan malam minggu begitu menyesakkan. Hampir semua jalanan dipenuh banyak kendaraan dan membuat macet, karena ya... Malam minggu memang waktunya untuk para budak cinta hangout dan menghabiskan waktu bersama.

Di salah satu Cafe, seorang Cowok yang hanya datang sendiri dan masuk ke dalam Cafe tersebut. Itu Leo.

"Untuk berapa orang, Kak?" Tanya salah satu pelayan Cafe.

"Dua."

Setelah mendapati meja yang telah di arahkan, Leo duduk dan memesan minuman terlebih dahulu. Pandangan mengitari seluruh ruangan dimana para muda-mudi sibuk bercengkrama, ada juga yang sibuk bermesraan, dan sekelompok Cowok sibuk bermain game.

"Leo?"

Kepala Leo langsung merespon saat seseorang memanggil namanya. Seorang Cowok berkulit putih dan manis.

"Akhirnya sampe juga, gimana dijalan kena macet?" Tanya Leo berbasa-basi.

"Ya, begitulah." Lalu mereka berjabat tangan.

"Btw, tau kan alasan gue ngundang elo datang kesini?"

Sosok Cowok manis itu tersenyum, amat manis. Kalau dibandingkan dengan gula, mungkin gula kala manis. Hiperbola.

"Pasti dong! Tapi gue mau makan dulu sebelum elo jelasin secara detail." Balasnya dengan sedikit menaikkan satu alisnya.

Leo tersenyum miring. Yang mana senyum tersebut menyimpan banyak makna. Game is started.

*****

Ajaran baru kini telah tiba! Awan dan Irvan kini resmi menjadi anak kelas 12.

Irvan berjalan menuju ruang kelas barunya yang kini berada di lantai dasar. Syukurlah, jadi ia tidak capek untuk naik turun tangga. Bayangkan jika kelasnya berada di lantai 5 dan harus naik setinggi itu. Bisa-bisa betisnya menjadi telur.

Lalu Irvan menatap daftar nama-nama siswa yang tertera. Naik kelas tentu semua murid di acak dan Irvan harus merelakan berpisah dari teman-temannya, dan sialnya ia tidak sekelas dengan pacarnya.

"Shit! Kenapa gak sekelas sih?" Gerutunya kesal.

Bayangkan, Irvan berada di kelas 12 A, sedangkan Awan di kelas 12 F. Sangat jauh sekali...

Irvan dengan lesu memasuki kelas barunya dan memilih duduk di pojok kanan. Hingga sosok yang tengah berdiri di mejanya membuat Irvan mendongak.

"Emm... Gue duduk sini boleh?" Ujar orang tersebut.

Irvan melihat sekeliling, karena memang ia datang cukup pagi jadi belum ada yg mengisi beberapa meja.

"Boleh, duduk aja." Balas Irvan ramah. Dalam hati masih sebal karen tidak bisa sekelas dengan ayang.

"Elo anak basket yang menang tanding kemaren kan?" Tanya Cowok tersebut memulai obrolan.

"Eh, iya. Tim gue sih yang menang."  Balas Irvan merendah.

"Ya, elo termasuk tim itu juga 'kan." Ucapnya sambil tertawa pelan.  "Gue Tan."

Cowok tersebut bernama Tan dan mengulurkan tangannya, lalu di balas oleh Irvan. "Gue Irvan."

Dirasa tidak ada yang perlu di bicarakan lagi, Irvan hendak keluar ingin bertemu dengan ayangnya.

'Sayang udah sampe ke sekolah?' -Irvan.

'Iya, ini baru aja duduk di kelas.' -Awan.

"Gue keluar dulu ya, Tan." Ujar Irvan lalu berdiri.

"Mau kemana?"

"Biasa temu kangen temen lama." Kekehnya lalu berjalan keluar.

Irvan berjalan menuju gedung bagian belakang dimana kelas Awan berada. Setelah ia masuk, matanya membulat karena semua teman basketnya berada di kelas yang sama dengan Awan.

"Anjir! Kalian kelas ini juga?!!" Tanya Irvan dramatis. Mengapa takdir seperti mempermainkannya. Mengapa ia harus dijauhkan dengan orang-orang terdekatnya.

Oke, lebay mode on.

Mereka menoleh, bahkan semua Cewek di kelas itu menatap aneh Irvan.

Lalu Irvan kembali ke mode kalem.

"Kasian amat jadi anak buangan. Hahaha." Ujar salah satu temannya.

"Bisa gitu ya, cuma si mesum ini doang yang gak satu kelas sama kita."

"Semoga jadi anak kalem di kelas barunya, Kakak."

Lalu satu kelompok teman itu tertawa, membuat Irvan cemberut kesal.

"Bodo amat!" Lalu Irvan berjalan menuju meja Awan dimana ia duduk paling depan dekat pintu.

"Kamu duduk sendirian atau ada temannya nanti?" Tanya Irvan.

"Gak, ada orang yang duduk sini." Balas Awan.

"Cewek apa Cowok?"

"Cewek."

Irvan bernafas lega. "Syukur deh."

"Kenapa kalo Cewek?" Tanyanya heran.

"Ya aku gak akan takut atau cemas kalo kamu suka dia, 'kan kamu sukanya sama aku." Ucapnya agak pelan.

"Hm, bener kata Juju. Abangnya emang gak jelas."

Irvan mengajak Awan keluar menuju kantin karena jujur Irvan belum sarapan. Berangkat ke sekolah saja pukul enam pagi, definisi terlalu rajin.

"Van! Mau kemana?"

Irvan dan Awan pun menoleh ke sumber suara. Mendapati Tan berjalan mendekati mereka.

"Mau ke kantin sih." Balas Irvan.

"Gue ikut dong kalo gitu."

Awan menatap orang tersebut, merasa asing karena ia baru melihatnya. Sedangan Irvan yang bingung itu menoleh menatap kekasihnya.

"Hmm, boleh deh."

Awan hanya bisa diam sembari mendengarkan percakapan mereka. Ya lebih dominan Tan berbicara karena Irvan sedikit kaku untuk banyak bicara ke orang yang baru di kenal.

Satu yang pasti, Awan tidak suka cara senyum Tan.

TBC...

VICTIM (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang