30

2.1K 98 2
                                    

Beberapa hari kemudian, ada perasaan aneh saat Awan berada di Sekolah. Biasanya saat ia dan Irvan makan bersama di kantin, pasti ada makhluk astral yang ikut bersama mereka.

But now? Entah setan apa yang merasuki Cowok itu, hingga beberapa hari terakhir Tan tidak pernah nimbrung.

"Van, aku kayaknya mau makan salad. Kamu mau apa?" Tanya Awan yang sudah berada dalam kantin.

"Aku mau Siomay aja, dan kamu tunggu disini. Oke? Biar aku yang pesen." Tanpa menunggu persetujuan, Irvan melesat pergi.

"Wan!" Seru seseorang yang berjalan menuju mejanya. Itu Ella sedang membawa semangkuk Bakso dan air mineral.

"Ella? Mana temen lo? Biasanya bareng mereka." Tanya Awan setelah Ella duduk di hadapannya.

"Jasmine sakit dan Tiara bolos. Hebat banget mereka ninggalin gue." Gerutunya.

"Terus? Kenapa gak gabung sama Tian aja?" Goda Awan.

Ella mendengus. "Jangan sampe garpu yang gue pegang ini melayang ke muka lo!" Ancamnya, membuat Awan tertawa lebar.

"Nah makanannya, ini punya kamu---eh?! Lupa minumnya! Tunggu aku ya." Ujar Irvan tanpa jeda dan lagi melesat pergi.

Awan menggelengkan kepalanya dan mengambil salad miliknya.

"Wan, gue mau tanya sesuatu sama lo."

Deg! Entah mengapa tiba-tiba Ella bertanya 'sesuatu' membuat Awan takut. Atau jangan-jangan Cewek itu tahu hubungannya?

"T-tanya apa?"

Ella melirik kanan kiri, dirasa orang-orang sibuk dengan kegiatannya masing-masing ia pun berbicara pelan. Setengah berbisik.

"Lo sama Irvan, pacaran 'kan?"

Sudah, sudah. Apa yang Awan takutkan pun terjadi. Ella pasti sudah curiga sejak kedekatan mereka.

"Hahaha, santai aja kenapa. Gue gak bakal bully lo kok." Ujar Ella tersenyum menenangkan. "Lo tau? Gue suka series Thai lho. Couple favorit gue Bright-Win, Tay-New, Ja-First, Pond-Phuwin. Terus yang lagi hits sekarang, yang filmnya mafia-mafia, Mile-Apo. Hihihi." Ucapnya tanpa di tanya.

Awan semakin shock saat tahu kesukaan Cewek tersebut. Ella benar-benar sesuatu.

"Jadi, sejak kapan?"

"E-eh? Setengah tahun mungkin?"

Ella kembali terkekeh pelan. "Kalo kalian ada momen lucu atau romantis, jangan lupa share ke gue dong!"

Awan yang telah kembali dari rasa shocknya pun tersenyum culas. "Boleh, asal elo jadian dulu sama Tian."

Wajah berseri-seri Ella berubah masam dan tajam, tanpa di perintah ia mengambil Siomay itu dan melahapnya cepat.

"Hahaha! Gak bisa lo makan Siomay ini. HAHAHAHA..."

"S-siomay gue...."

Awan dan Ella menoleh serempat, dimana Irvan menatap nanar piring Siomay yang telah habis.

Poor.

*****

Kali ini Awan pulang tanpa Irvan, karena Cowok itu sedang latihan basket dan juga akan melepas masa jabatan. Jadinya Awan pulang dulu.

Hmmm, sepertinya jalan-jalan makan Ramen asik nih.

Senyum mengembang Awan luntur saat tahu-tahu orang yang Awan tidak sukai menunggu di depan gerbang Sekolah.

"Wan, gue mau bicara empat mata sama lo." Ujar Tan, lalu ia berlalu menuju parkiran yang sudah sepi.

Awan yakin ini pasti ada kaitannya dengan Irvan. Awan hanya menurut dan mengekori Tan dari belakang.

"Gue minta elo putus sama Irvan."

Hening, Awan yang sedang menunggu Cowok itu berbicara dan tiba-tiba memerintah dirinya untuk putus.

Oh, sudah tahu ternyata Cowok ini.

"Oh, udah tau ya gue ama Irvan pacaran. Bagus deh." Jawab Awan santai sambil bersedekap dada.

"Gue bilang putusin dia, atau gue yang bakal rebut dia dari lo." Ancamnya lagi.

Namun Awan tidak akan takut dengan ancaman itu. "Silahkan, gue gak akan putus kalo bukan Irvan yang ngajak. Lagian Irvan cintanya sama gue, dan lo jangan maksa."

Dirasa perdebatan ini amat sangat tidak penting, lebih baik Awan menyudahi.

"Kalo tujuan lo cuma nyuruh gue putus, sorry. Gue bukan babu lo. Bye."

"Wait." Tan menahan pundak Awan, menampilkan wajah tersenyum iblis.

"Itu mau lo? Oke. Gue bakal ingetin kalo dalam waktu deket lo bakal putus sama Irvan. Inget kata-kata gue."

Awan melepas tangan yang masih menempel di pundaknya itu. "Oke." Lalu ia berjalan pergi dari tempat itu.

Sialan! Siapa Cowok itu dan berani-beraninya main suruh-suruh. Apa Tan tidak punya malu? Huh, memalukan.

Awan tidak melupakan niatnya untuk pergi ke Mall untuk makan Ramen. Awan sudah ngidam untuk makan Ramen.

Setelah mendekati pintu restoran Ramen, seseorang Cowok datang dan rasanya kebetulan sekali.

Leo.

"Widih, bisa kebetulan. Pasti laper 'kan?" Tanya Leo yang tersenyum senang menatap Awan.

"Aneh ya. Iya nih, gue laper. Elo dari mana?" Awan menatap Leo yang menenteng Tote bag, mungkin isinya buku.

"Ini nih beli buku-buku buat persiapan UAS. Lo tau sendiri otak gue gimana."

Awan terkekeh mendengar itu.

"Btw mau makan Ramen 'kan? Kalo gitu, gue traktir ya." Ujar Leo.

"Ah, gak usah! Gue bisa bayar sendiri kok." Balas Awan menolak. Tidak mau untuk di traktir.

"Dih, gak papa kali. Gue mau traktir sekalian perayaan atas pertemanan kita. Gimana? Kalo gak mau gue bakalan sedih sih."

"Idih, gak cocok. Ya udah deh kalo maksa." Awan tertawa dan mereka masuk bersama.

Mereka mengobrol ngalur kidul, bahkan Awan melupakan  masalah yang telah terjadi dan menganggap Leo teman yang paling ia percaya.

"Masa ya, ada Cowok minta gue putus sama Irvan. Minta putusnya kek lagi minta permen. Enteng banget." Kelu Awan sembari memakan Ramennya.

Leo tersenyum, senang melihat Awan yang kini sudah terbuka dengan dirinya.

Namun, Awan tidak sadar jika seseorang mengikutinya.

TBC...

Duh saya buntu akal dan bingung nyelesaiin ini cerita gimana.

VICTIM (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang