Bagaimana caranya agar seorang teman yang membencimu bisa kembali seperti dulu lagi?
Kembali bermain seperti dulu, kemanapun selalu bersama, bahkan sudah mirip seperti saudara.
Namun, Leo sadar dan sangat sulit mengubah keadaan. Awan terlanjur sakit hati dan sulit untuk ia sembuhkan.
Tetapi ia tetap berusaha. Leo tidak menyerah dan terus mengejar Awan agar Cowok itu mau berteman dengannya.
Hingga saat ini ia sampai di depan Rumah Awan, walaupun sudah berapa kali ia tak bertemu Cowok itu.
Namun yang tengah membuka pintu itu sosok Ibu Awan, membuat Leo gugup setengah mati. Biasanya Asisten Rumah Tanggalah yang menerima tamu.
"Nak Leo 'kan?"
Dengan gerakan kaku Leo pun mengangguk. "I-iya Tan, a-aku Leo. Ngomong-ngomong Awannya ada Tan?"
Ibu Awan tersenyum dan sedikit menepi. "Awan lagi keluar, entah sama siapa. His Crush, maybe?"
Leo menelan ludahnya begitu berat, sembari menatap wajah Ibunya Awan yang tersenyum namun penuh arti
"Boleh kita ngobrol bentar, Nak? Ada yang mau Tante bicarain."
Hingga kini mereka berada di ruang tamu.
Jangan tanyakan betapa gugupnya Leo berhadapan dengan sosok Ibu Awan. Ia yakin jika Ibunya mengetahui dirinya yang sudah membully Awan dulu.
"Gimana kabarnya, Nak Leo?" Tanya Ibu Awan basa-basi.
"B-baik, Tan."
"Jangan tegang, Tante gak galak kok." Ujarnya sambil tersenyum. "Cuman, tante mau tanya dikit aja ke Nak Leo. Boleh?"
Leo mengangguk ragu, hingga ia memberanikan diri untuk menatap mata di depannya. "Maaf Tan, sebelum Tante nanya aku mau ngomong sesuatu."
"Oh ya, boleh."
Leo kembali menelan ludahnya. "A-aku tau, dulu, kelakuan aku bener-bener gak bisa di anggep bener. Aku sudah nyakitin anak Tante sampe harus keluar dari Sekolah. Jadi, aku Leo, bener-bener minta maaf atas semua kelakuan dan tindakan yang aku buat dulu."
Leo menghirup nafasnya pelan, seperti ada kelegaan saat ia mengatakan itu. Tepat di hadapan Ibunya Awan.
"Semenjak kejadian itu, aku bener-bener kehilangan sosok Awan. Awan yang selalu ada buat aku, dia bener-bener seperti saudara buat aku. Dia yang selalu ada saat senang maupun susah."
Sang Ibu itu mengangguk paham dan mengerti dari perkataan Leo. "Iya, kamu juga manusia dan pastinya pernah buat kesalahan. Tuhan bisa memaafkan, kenapa Tante enggak. Iya 'kan?" Balasnya tersenyum.
"Makasih Tante."
"Iya. Tapi, dari apa yang kamu lakuin itu. Kira-kira Awan bakal bisa ngeluapin gak ya?"
Leo termenung, kalau di ingat-ingat lagi semua kelakuan yang ia buat mana mungkin bisa di lupakan oleh Awan.
Seperti kata-katanya tempo lalu. Bisa memaafkan, namun tidak untuk melupakan.
"Apa aku ada harapan bisa temenan sama Awan, Tan?"
Ibu Awan mengedikkan bahu. "Soal itu Tante gak tau. Namanya orang cinta, terus di sakitin kayak gitu. Ya mungkin Awan bakal mikir yang lebih rasional sih."
Leo benar-benar takjud akan keterbukaannya Awan kepada sang Ibu. Bahkan Awan berani menceritakan jika ia menyukai dirinya.
"Tante mau tanya sama kamu, kenapa kamu seniat itu mau balik temenan sama Awan?"
Leo mendongak. "Kayak kata aku tadi, Tan. Aku bener-bener kehilangan sosok Awan yang selalu ada buat aku. Jadi aku mau mulai dari awal."
"Kenapa kesannya kamu kayak mau balikan sama pacar ya?" Kekeh Ibu Awan.
Leo bungkam. Apa tindakannya terlihat seperti itu? Namun, jujur Leo tidak ada sedikit pemikiran seperti itu. Ia mengejar Awan karena memang Awan adalah sosok teman yang sangat baik.
"Sekarang Tante tanya lagi deh. Kamu kalo sudah baikan sama anak Tante, tapi Awan sendiri masih cintanya sama kamu. Apa kamu gak risih?"
Leo berpikir, hingga ia menggeleng. "Gak akan Tan. Aku sebisa mungkin buat Awan melupakan rasa itu ke aku."
"Kalo gak bisa? Terus dia selalu bareng kamu dan ngarepin cinta kamu? Sama aja kamu nyakitin anak Tante dong."
Jujur, Leo tidak bisa untuk berkata-kata saat ini. Terlalu rumit sampai ia pusing.
"Leo, bukannya Tante gak suka kalo kamu deket anak Tante. Tante justu seneng kalo kamu niat banget buat baikan sama Awan." Ujarnya sembari tersenyum. "Tapi, apa kamu bakal egois? Apa kamu mau ngeliat Awan harus mencintai kamu diam-diam? Dan satu lagi, cinta itu karena terbiasa. Bisa jadi kamu bakal jatuh cinta sama anak Tante karena kamu udah terbiasa dengan kebaikannya."
"T-tapi, aku bukan gay Tan."
"Kamu bisa ngelak sekarang, tapi dari setiap apa yang kamu ucapan itu nunjukin kalo kamu itu butuh sosok Awan. Dan itu bisa memicu kamu suka sama anak Tante, Leo."
"T-tapi, Tan, aku---"
"Oh ya, soal gebetan baru itu memang benar. Awan punya gebetan dari temen SMA-nya yang sekarang. Ganteng dan kelewat baik sampe Tante juga ikutan baper. Kamu setuju gak sih kalo Awan harus move on dari kamu dan harus membuka hati buat orang lain?"
Kenapa Ibunya Awan begitu menyudutkannya? Bahkan sekedar menjawab pun tak di beri kesempatan untuk Leo.
Tetapi, apa itu semua benar?
"Awan punya pacar, Tan?"
"Selangkah lagi mungkin bakal pacaran."
"T-tapi, gimana aku, Tan?"
"Now, see? Apa kamu masih nyangkal tentang gay? Karma is real."
Hingga Leo merasa ia ingin pergi dari tempat ini secepat mungkin. Semua kata-kata itu benar-benar memojokkannya dan ternyata itu semua benar.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
VICTIM (21+) [END]
Teen FictionSaat cinta yang kau taruh pada orang yang salah, maka kau menjadi korbannya. (21+ area, please kebijakannya)