Sejak perkenalan tersebut, mereka mulai berteman baik.
Sangat baik, hingga salah satu dari mereka muncul sebuah benih bunga yang bermekaran, benih kebahagiaan saat ia dekat dengannya, dan sebuah rasa... cinta.
Satu bulan pun berlalu, mereka kini kian akrab dan menjadikan mereka tahu sifat satu sama lain.
Awan, yang kini tengah menatap pemuda bernama Leo itu sedang di hukum di depan tiang bendera sembari hormat. Membuat Awan tersenyum geli karena tingkahnya.
Leo, sosok berandal kelas yang begitu rusuh.
Sosok pemuda yang mudah emosi jika melihat sesuatu yang mengganggu dirinya.
Sosok pemuda yang jahil kepada semua orang, termasuk Cewek-cewek di dalam kelas.
Sosok yang sengaja melupakan tugas harian dari guru.
Hingga dari segala kekurangan itu, membuat Awan kagum. Ya, Leo merupak sosok yang peduli kepada teman dekatnya, perhatian kepada teman dekatnya, dan tidak mau ikut sama seperti dirinya.
"Wan, elo kalo mau masuk ya masuk aja. Gue gak mau ya Guru liat lo gara-gara nunggu gue." Ujar Leo sembari menyeka keringat yang mengalir di dahinya.
"Gak bakal kok," Lalu Awan berjalan mendekat, memberi satu sarung tangan. "Nih elap. Muka lo basah semua."
"Makin banyak ya makin sehat lah." Tawa Leo. "Elo aja elapin dahi gue. Kalo elo sayang sama gue."
Sosok yang sering jahil dan suka ceplas-ceplos, hingga tidak berpikir ucapan tersebut mempengaruhi detak jantung Awan.
Dengan sedikit gugup Awan menyeka keringat tersebut, keringat yang begitu deras membuat wajahnya terlihat mengkilap.
Wajah khasnya yang membuat Awan kagum, tidak begitu tampan namun bisa membuat Awan kepikiran. Kenapa sosok Leo begitu melekat di otaknya.
*****
Semakin dekat dengan sosok yang kita sukai kadang juga membuat kita was-was, apalagi di kasus ini Awan yang terlibat. Kisah cinta yang begitu rumit dan belum tentu orang-orang memahaminya.
Awan tak bisa menyalahkan siapapun, karena ini murni perbuatannya. Ia tak menampik bahwa ia menyukai sosok Leo, bahkan saat pemuda itu datang ke Rumahnya dengan keadaan yang sangat keren di malam Minggu.
Yang katanya ia mau hangout menghilangkan penat.
"Rumah lo gede juga ya."
"Rumah Ayah Ibu, bukan gue." Ralat Awan.
"Iya, elo bagian kecipratan duitnya aja ya kan?"
"Bisa aja Buaya."
Karena Leo lah yang mengendarai motor dan menjemputnya, jadi Awan hanya menurut dan duduk di belakangnya.
Begitu senang dan bahagia, hingga Leo pun berbicara...
"Hari ini gue mau ketemu sama Cewek kenalan Instagram, makanya gue rapi gini."
Bagai puluhan jarum menusuk hatinya, namun jelas tidak terlihat. Perkara sebuah pertemuan yang membuat hati ini begitu nyeri.
Namun apalah daya bagi Awan, ia hanya sosok teman yang bisa menyukai temannya secara diam. Mencoba terbuka pun, hanya olokan yang ia terima.
Sesampainya ia di tempat tujuan yaitu Cafe, mereka bisa melihat sosok Cewek berambut setengah bahu yang menurut Awan begitu manis dan cantik, tatapannya pun begitu lembut hingga siapapun yang melihatnya akan jatuh akan pesonanya.
"Udah lama? Sorry gue jemput bodyguard dulu." Ujar Leo yang duduk di samping gadis di sampingnya.
Di susul Awan yang memasang senyum menawan, tidak perduli rasa hatinya yang tidak menentu.
"Oh ya, kenalan dulu lah kalian," Leo menyenggol pundak Awan memberi kode.
"Awan."
"Bunga."
Cantik, nama yang menarik cocok untuk sosok yang juga cantik. Begitu pintar bagi Leo untuk mencari teman pendekatan seperti Bunga.
Mereka bercerita, membiarkan Awan menahan hati yang tak kunjung reda ini. Menatap sosok kebahagiaannya yang begitu santai dan lepas di hadapan gadis cantik-dimana menurut Awan merekalah pasangan yang begitu serasi.
Menjadikan Awan sosok pajangan, menyaksikan kebahagiaan mereka di atas kerunyaman hatinya.
TBC...
Aku tidak membohongi kalian kan:):)
KAMU SEDANG MEMBACA
VICTIM (21+) [END]
Teen FictionSaat cinta yang kau taruh pada orang yang salah, maka kau menjadi korbannya. (21+ area, please kebijakannya)