29

1.8K 92 1
                                    

Awan yang bete di dalam Rumah terus memutuskan keluar untuk jalan-jalan sore. Tadi Irvan menghubunginya dan menjelaskan kalau acara kerja kelompoknya belum selesai dan perkiraan selesai nanti malam.

Huh, kesempatan sekali buat Tan. Di lihat dari gerak-gerik Cowok itu, menjelaskan sekali bahwa Tan suka dengan Irvan. Apakah Irvan tidak memberi tahu perihal hubungannya dengan Awan?

Ah, tidak segampang itu mengumbar hubungan mereka.

Sekarang Awan pergi menuju salah satu tempat jajanan yang sering di kunjungi banyak orang. Dengan mengendarai sepeda dan memakan waktu sepuluh menit agar bisa sampai tempat tujuan, seperti Festival Food.

"Wah.." Mata Awan berbinar melihat ada stand Pempek. Entah mengapa Awan begitu jatuh cinta dengan makanan khas Palembang tersebut. Semenjak liburan di Palembang kemarin dan mencoba berbagai jenis Pempek, benar-benar menggoda.

"Mas, beli pempeknya 25 ribu. Campur aja ya."

Awan menunggu sesekali menoleh kanan dan kiri, siapa tahu ada stand makanan atau minuman yang menarik perhatiannya. Ah, ada Jus Semangka, Ramen, Telur gulung, dan masih banyak lagi. Awan harus beli semuanya.

"Sendirian aja."

Awan merasakan seseorang mengajak ngobrol pun menoleh ke samping, dimana orang tersebut benar-benar ada di dekatnya.

Itu Leo, sudah lama ia tidak bertemu Cowok itu.

"Hai." Sapa Leo ramah, dengan penampilan yang santai namun ia terlihat sangat berbeda sekarang.

Awan mengangguk. "Hai."

Wow, Leo sedikit berisi dari sebelumnya. Wajahnya terlihat lebih tegas dengan bisep yang mulai terbentuk. Awan yakin Leo pasti rajin olahraga.

"Sekarang suka Pempek ya?" Tanyanya setelah Awan usai mengambil pesanannya.

"Enggak juga, ini lagi mau coba aja." Ucap Awan, lalu ia lanjut menuju stand yang lain.

Leo menatap Awan yang sibuk memesan banyak makanan, dan berakhir ia memesan Jus Semangka.

"Sini gue bawain." Leo berinisiatif membawa Jus Semangka tersebut. Melihat banyak sekali jajanan yang Awan beli.

"Thanks." Ucap Awan.

Sembari membawa sepedanya, Awan mencari kursi kosong yang tidak jauh dari tempat jajanan sore itu.

"Itu... Mau diabisin semua?" Tanya Leo penasaran. Sejak kapan Awan suka banyak makan?

"Ya gak juga, gak abis ya bawa pulang." Awan sedari tadi kikuk berdekatan dengan Leo kini perlahan melunak, tidak ada hal yang harus ia permasalahan dengan mantan temannya ini.

"Apa kabar?" Tanya Leo.

Awan yang sedang memakan telur gulungnya mengangguk. "Baik, lo sendiri?" Lalu ia menyodorkan telur gulung itu ke arah Leo.

"Thanks," Lalu Leo mengambil satu telur gulung itu. "Gue baik, lebih baik sekarang."

"Keliatan sih, badan lo keliatan lebih sehat."

"Oh, merhatiin badan gue ya?" Ujar Leo jahil.

Awan yang berbicara, Awan yang kikuk. Malu. Kenapa harus tubuh sih yang ia bahas.

"Haha, canda kok." Tawa Leo. "Gue udah mulai rajin olahraga, buat jaga-jaga kesehatan aja sih."

Awan mengangguk. "Bagus deh." Ucapnya. "Well, Sekolah lo gimana? Gak ada yang berubah?"

Leo menggeleng. "Gak ada perubahan, kayak gitu-gitu doang."

Awan hanya ber 'hmm' lalu lanjut makan. Agak bingung sebenarnya harus bicara apa setelah kejadian tidak mengenakkan waktu itu.

"Wan, gue minta maaf." Ucap Leo.

Awan menoleh dan berhenti dari kegiatan mengunyahnya. Ia menatap Leo dan itu suatu kesalahan besar.

Wajah itu kembali mengingat masa-masa mereka dekat dulu. Canda tawa mereka yang mereka buat, dan jujur... Awan rindu kedekatan mereka dulu.

"Gue minta maaf atas tindakan gue yang merugikan, gue juga minta maaf sudah buat jahat sama pacar lo itu." Setelah mengucapkan kata 'pacar' Leo pun tersadar. "Elo masih pacaran 'kan sama dia?"

Awan mengangguk. "Iya, udah setengah tahun lebih kayaknya.".

"Baguslah, semoga kalian langgeng." Balas Leo. "Gue gak ada maksud apa-apa, Wan. Gue minta maaf karena murni dari diri gue sendiri, gue udah renungin semua kesalahan gue."

"Gue cuma mau temenan sama elo, Wan. Tapi gue gak maksa dan gue gak akan ganggu hubungan kalian."

Awan termenung mendengar semua penjelasan Leo. Sebenarnya tidak ada hal yang harus Awan benci. Mungkin kondisi saat itu Awan sedang proses penyembuhan hati dan masih sulit menerima keadaan. Sekarang, ia harus berpikir lebih dewasa.

"Iya, gue udah lupain kejadian-kejadian dulu. Gue gak masalah kalo kita temenan lagi, asal jangan ajak selingkuh aja." Ucap Awan terkekeh pelan.

Leo tersenyum senang mendengar itu, lalu ia menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Jadi, kita temenan 'kan sekarang?"

Awan mengangguk mantap. "Yes, kita temenan." Lalu ia membalas jabatan tangan itu.

Awan lega karena ia bisa berdamai dengan masa lalunya, semoga kedepannya tidak ada lagi kejadian yang tidak mengenakkan.

Semoga.

Semoga.

"Mau kemana sudah ini?" Tanya Leo, lalu ia teringat akan satu hal. "Lah, lo sendirian ya? Mana pacar lo?"

"Gue masih mau duduk disini sih, terus pulang. Kalo Irvan, dia lagi ada kerja kelompok."

Leo mengangguk paham. "Enak ya udah ada ayang." Ucap Leo menggoda Awan.

"Idih, biasa aja. Situ kapan punya pacar? Atau jangan-jangan udah punya?" Tanya Awan.

Leo tersenyum mendengar penuturan itu. "Soon, gue bakal dapet pacar."

Ya, soon. Tidak ada yang tahu kedepannya seperti apa, 'kan?

TBC...

Karena lagi nganggur dan ada sedikit mood buat UP cerita, jadi aku upload deh wkwkwk.

Maaf ya jarang update ✌🏻

VICTIM (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang