18

3K 182 16
                                    

Hari ini merupakan hari dimana Irvan dan tim untuk bertanding Basket. Awan sebagai pacar yang baik---uh... Ia harus datang dan memberi semangat untuk Irvan.

Awan sudah tiba di lokasi tempat perlombaan, dimana tempat itu di adakkan oleh Kampus super populer di kota Awan saat ini. Kalau sudah ada kata 'populer' sudah pasti semua lawan pilihan yang terbaik.

Awan menenteng plastik berisikan roti Mocca, biskuit Strawberry, Sosis jumbo, dan air mineral. Semua yang Awan bawa itu triple, dan tentunya semua mata tertuju ke Awan karena di banding menonton pertandingan, ia lebih mirip habis borong jajanan supermarket.

"Aish... Malu gue." Awan melakukan itu karena ia tahu bahwa Irvan pemakan yang aktif, porsi yang benar-benar di luar dugaan.

Ia berjalan ke lapangan Basket dan duduk di atas tribun. Banyak orang-orang yang menyaksikan pertandingan Basket, tak terkecuali teman-teman satu sekolahnya. Bahkan ia bisa melihat beberapa orang yang dari sekolahnya dulu dan Awan memilih cuek karena merasa tidak ada urusan.

Beberapa waktu menunggu Awan pun bisa melihat tim Irvan yang sudah berjalan menuju tengah lapangan. Jujur Awan tidaklah minat soal permainan Basket dan ia pun tidak paham poin-poin apa saja yang biasa di sebut dalam dunia perbasketan.

Namun yang pasti, Irvan terlihat gagah dan keren dengan baju Basketnya. Beberapa cheerleaders bersorak gembira memberi dukungan untuk tim kesayangan mereka.

Kalau di lihat-lihat, Irvan sangat berbeda saat sedang berhadapan dengan dirinya dan teman-temannya. Irvan cenderung cool dan biasa saja di depan teman-temannya---walaupun sifat gesrek itu masih ada. Di depan orang-orang yang tidak ia kenal, ia sebisa mungkin menjadi ramah dan selalu memberi senyuman manisnya.

Tapi, saat berhadapan dengan dengan dirinya...

Berbanding terbalik.

Apa benar kalau sifat asli seseorang akan keluar kalau bersama sosok yang ia cintai?

Ah, memikirkan itu membuat wajah Awan panas. Berhadapan dengan Irvan sangat tidak baik untuk jantungnya, semakin kenal dengannya, semakin kuat rasa jantung itu berdetak.

Sungguh, itu tanda ia sudah mencintai Irvan. Sepenuhnya.

"Wohooo!!"

"Aaaaaa Tim Irvan menang!"

Sorak dari orang-orang yang menonton membuat Awan terlonjak kaget. Awan melihat di bawah lapangan, dimana pacarnya itu berlarian dengan riang dan bahagianya.

Awan tersenyum gembira dan memberi tepuk tangan sekuat-kuatnya. Ya, itu baru pacar Awan yang hebat.

*****

'Kamu turun aja, temuin aku di ruang ganti.' -Irvan.

Awan memasukkan ponselnya di dalam saku celana dan berjalan tempat tujuan. Sembari bertanya ke beberapa orang tempat ruang ganti anak Basket.

"Gilak, anak SMA yang main Basket emang unyuk-unyuk banget sih."

Awan berjalan melewati Cewek-Cewek yang sedang asyik ngerumpi. Mungkin mereka orang-orang yang kuliah di sini.

Namun langkah Awan terhenti.

"Iya, ada tuh yang namanya Irvan. Pake baju kuning. Gilak, masih SMA tapi bisepnya udah keliatan. Beuh..."

Tidak heran bagi Awan saat mendengar hal seperti itu tentang pacarnya. Dari segi manapun Irvan sangatlah keren, boyfriend material banget.

Awan menoleh melihat Cewek-cewek yang asyik bercerita itu. Berkisar dua---tiga belas Cewek.

"Oh Irvan? Ya, itu yang gue pantau dari tadi. Hahahaha... Emang mata gak pernah bohong soal Cowok cakep."

Awan mengedikkan bahu dan berjalan kembali. Biarkan mereka asyik dengan obrolan mereka.

Tak lama kemudian Awan telah sampai tempat tujuan dan keadaan tempat itu sangat ramai.

"Aw!" Awan hampir saja terjatuh saat segerombolan Cewek-cewek tadi---mungkin, berlarian menuju ruang ganti.

"OMG! IRVAN! GUE FANS DADAKAN LO!"

"Irvan! Lo cute banget parah! Ayo foto bareng!"

Awan hanya bisa menganga terbengong-bengong tak percaya, melihat beberapa Cewek yang sibuk berselfie dengan Irvan.

Tidak menyangka jika Cowoknya akan secepat itu famousnya.

"A-ah sabar-sabar. Ntar foto bareng." Ujar Irvan. "Oh, oke gantian---Ah iya, lo foto duluan ama gue. Oke-oke masih foto lagi? Oke hayu."

Sepertinya akan terasa lama menunggu pacarnya itu, di tambah sifat baik hati yang selalu tidak enakan. Lebih baik Awan cari tempat duduk dan beristirahat sejenak. Melihat Irvan seperti itu, membuat Awan yang kelelahan. Mana bawa makanan banyak lagi.

Lha, gak kebalik Mas?

*****

"Astaga! Capek banget lho." Ujar Irvan menyusul Awan yang sedang duduk tidak jauh dari tempat ganti. "Maaf ya lama."

"Hmmm, gak papa." Balas Awan, lalu menyodorkan plastik besar itu. "Nih buat lo---kamu."

Irvan tersenyum lebar dan menerima plastik itu, lalu duduk di samping Awan. "Makasih ya, aku laper banget." Ujarnya. "Tapi sebelum makan, harus minum dulu karena terlalu cape akan situasi yang aku rasakan."

"Lebay."

"Ih, aku serius tau!" Seru Irvan. Ia mengambil air mineral itu dan menenggaknya hampir habis, wih haus sekali sepertinya. "Ahhh..."

"Sudah ini mau kemana?" Tanya Awan.

"Hmmm, pulang mungkin? Rencananya mau ngajak kamu makan tapi kamu udah banyak banget bawa makanan. Kamu ke Rumah aku ya."

"Pulangnya anter."

"Ya iyalah, ya kali biarin pacar di jemput orang lain."

Awan memutar bola matanya. "Itu baju kamu basah banget. Ganti napa?"

"Eh iya! Aku mau ganti tapi masih capek banget." Keluh Irvan menaruh plastiknya di samping Awan.

Hingga tanpa aba-aba Irvan sudah melepas bajunya. Ya, telanjang dada.

"Sih anj---astaga! Lo main buka-buka baju aja!" Seru Awan. Please guys, penglihatan Awan saat melihat pacarnya pamer dada itu berbeda sekarang. Bisa malu karena melihat secara langsung, dan bisa cemburu karena siapapun bisa melihat tubuh polos Irvan.

"Nah, kok 'lo-elo' lagi?"

"Ya relfek. Maap."

Irvan merogoh plastik itu dan mengambil Roti Moccanya. "Panas tau, yang. Bentar lagi ya aku ganti baju."

"Cepetan tapi!"

"Iya-iyaaa, bentar. Kenapa sih?" Tanya Irvan. Hingga matanya melihat kedepan dan mendapati mata orang-orang yang curi-curi pandang ke arah dirinya.

Lalu ia menoleh ke Awan, melihat wajah yang menurut Irvan... Cemburu? Ngambek?

"I-iya iya. Aku ganti baju dulu ya, bentar."

Irvan ngacir dan masuk ke dalam ruang ganti. Melihat wajah Awan membuat Irvan tidak kuat.

'Ampun, gemes banget gila! Gue harus pulang secepatnya dan ajak Awan pastinya. Di ajak nginep sabi kali ya?'

Seperti itulah batin Irvan dengan masuk tertentu dimana semua monolog yang ia rangkai menuju ranah yang amat sensitif, dan belum di pahami bagi kaum berhati polos nan suci.

Ya, intinya Irvan otak kotor.

TBC...

Guys kalo aku buat chapter ehem ehem... Maksudnya 18+ - 21+ gitu mau gak sih? Aku sebenarnya takut, tapi mau nulis juga. Gimana sih jelasinnya wkwkwkwk.

Bantu komen biar otak mesumku berjalan ya guys hehe.

VICTIM (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang