9

5.1K 316 11
                                    

"Baiklah anak-anak, cukup sampai sini pelajaran hari ini. Jangan lupa Senin besok buat persiapkan diri untuk Ujian Akhir Semester. Selamat Siang."

Semua murid yang ada di dalam kenal kini mengemasi barang-barangnya untuk bersiap-siap pulang.

"Naik ojek lagi?"

Awan menoleh, mendapati Irvan yang sudah main masuk kelasnya. Kelas mereka bersebelahan omong-omong.

"Iya? Mau anter?"

"Dengan senang hati." Balas Irvan ramah. "Gue udah nunggu kata-kata itu dari awal deketin elo."

Awan tersenyum tipis, lalu ia berjalan keluar lebih dulu meninggalkan Irvan yang tersenyum kemenangan.

Entahlah, mencoba membuka hati atau dirinya tidak dulu terlibat dalam percintaan? Namun semua kegigihan Irvan tentu membuat Awan tersentuh.

Irvan yang rela datang ke Rumahnya untuk menjemput namun Awan lebih memilih pergi bersama Ayahnya

Irvan yang suka memberi makanan manis untuknya.

Irvan yang suka bermain ke Rumahnya.

Bahkan sosok Irvan berani terang-terangan jujur ke Ibu Awan, bahwa ia menyukai anaknya itu.

Baiklah, akan Awan pertimbangan soal itu.

Namun setelah ia sampai di depan Sekolah, bisa ia perhatikan sosok yang telah lama ia tidak lihat. Sosok cintanya dulu yang begitu membencinya, dan sosok yang membuat Awan mengerti akan sakitnya mencintai.

Leo. Setelah pandangan mata mereka bertemu, ia langsung sigap turun dari atas Motornya.

Apa gerangan Leo datang kemari?

"Awan."

Suara itu, suara yang dulu ia sukai. Sudah lama ia tidak mendengarnya.

"Siapa itu, Wan?"

Namun ada rasa bimbang setelah Irvan menghampirinya dan bertanya pada sosok Leo.

Awan menoleh, "Emm... Lo boleh nunggu bentar?"

Irvan menatap lekat orang di depan itu lalu mengangguk. Mengerti akan situasi.

Awan menarik nafasnya pelan, mencoba untuk bersikap santai. Lalu ia berjalan mendekati Leo.

Awan kini sudah ada di hadapan Leo, menatap lekat walau hatinya masih memendam rasa sakit.

"Apa kabarnya?"

Alis Awan terangkat satu, merasa aneh dengan orang di depannya. Haruskah ia bertanya tentang kabarnya?

"Baik. Kenapa?"

Leo bergeming, merasa kata-kata yang telah ia susun sirna entah kemana. Niat hati ingin meminta maaf kepada sosok yang pernah ia lukai hatinya.

"Gue memang punya banyak waktu, tapi bukan buat diem-dieman kayak gini."

Leo menghela nafasnya. "Gue minta maaf. Ada yang mau gue omongin, tapi gak disini."

Bisakah Awan percaya?

"Please..."

Awan mengangguk, lalu ia berjalan menuju Irvan yang setia menunggu di parkiran Motor.

"Lo duluan aja, maaf gak bisa bareng." Ujar Awan.

"Cowok tadi?" Tanya Irvan, lalu Awan mengangguk. "Ada syarat."

"Hah?"

"Ntar malem gue mau ngapel."

Awan terkekeh mendengar itu. "Tembak dulu, baru ngapel. Pacaran juga enggak."

Lalu sosok Awan menjauh meninggalkan Irvan yang mematung. Apa yang barusan Awan katakan tadi?

Apa itu tadi termasuk kode?

TBC...

VICTIM (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang