Cuaca pagi hari di Sekolah nampak begitu mendung. Banyak para Siswa-Siswi datang lebih awal karena takut akan kehujanan.
Di dalam kelas 12 F sudah banyak orang dan mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang sedang mengobrol, ada yang sedang sibuk mengerjakan PR, dan ada yang sibuk menyapu.
Ella duduk sembari membaca novel yang ia bawa, lalu matanya melirik kursi di sebelahnya yang kosong. Ia menghela nafasnya berat. Sudah seminggu Awan tidak masuk sekolah dengan alasan sakit dan Ella belum sempat datang kerumahnya untuk menjenguk.
Karena hari ini Senin namun cuaca diluar tidak mendukung, membuat upacara rutin pun tidak dilaksanakan. Hingga salah satu Wali Kelas mereka datang dengan raut wajah yang tidak bisa dibaca.
"Pagi anak-anak."
"Pagi, Bu."
Sang Guru menghela nafasnya lalu ia lanjut berbicara. "Ibu dapet kabar kalo teman satu kelas kalian, bernama Dermawan... sudah tidak sekolah disini lagi."
Semua orang yang ada di kelas tentu kaget, terlebih dengan Ella. tidak ada angin tidak ada hujan tahu-tahu ia mendapatkan kabar Awan yang tidak bersekolah disini lagi.
"Untuk alasannya Ibu tidak bisa jelasin karena ini masalah pribadi Dermawan."
Ella menunduk dan berpikir sejenak, mengapa Awan keluar Sekolah secara mendadak? sepertinya ia harus menemui Irvan dan bertanya alamat Cowok sebangkunya itu.
*****
"Van, kenapa Awan tiba-tiba pindah Sekolah? Kalian masih pacaran 'kan?"
Irvan yang mendengar itu tentu kaget. Awan pindah Sekolah dan ia tidak tahu sama sekali soal itu. Ah, ia lupa bahwa mereka sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dan dalam seminggu ini mereka memang tidak berkomunikasi.
"Gue... udah putus."
Tian menatap wajah Irvan yang terlihat shock, sepertinya mereka memang sudah lama putus.
"Elo gak ada niatan jenguk dia? Seminggu kemarin dia gak masuk, alesannya sakit." Tian duduk di bangku kantin sembari menyeruput Es Tehnya.
"Buat apa, gue bukan siapa-siapanya lagi." Balas Irvan lesu.
Apakah seminggu ini ia merasa senang putus dengan Awan? Tentu tidak. Irvan sudah cinta mati dengan Cowok itu namun hatinya terlalu panas dan marah saat melihat kelakuan Awan di belakangnya. Terlebih orang yang berada di video itu orang yang Irvan benci. Irvan cinta namun ia tidak punya pilihan selain menghindar dan menahan rasa sakit itu.
Tian hendak berbicara namun mendengar suara seseorang yang memanggil nama Irvan. Mereka melirik dan ternyata itu Ella.
"Van, lo tau alamat Rumahnya Awan? Kasih tau gue, Van." Tanya Ella.
Irvan mengangguk lemah dan memberi tahu alamat yang di maksud.
"Emm sorry nih, gue tau soal hubungan kalian. Apa kalian masih pacaran?" Tanya Ella setengah berbisik.
"Ehemm! gak usah bisik-bisik juga gue udah denger kali." Celetuk Tian yang berasa seperti angin karena tak di anggap Ella.
"Oh? Gak nanya tuh." Balas Ella cuek dan kembali menatap Irvan. "Elo... baik-baik aja 'kan, Van?"
Irvan mendongak. "Hah? Oh, iya. gue gak papa."
"Jadi... elo sama Awan, masih?"
Irvan kembali menunduk dan ia menggeleng lemah.
Ella menghembuskan nafasnya, cukup sedih karena kapal realnya sudah berakhir dan semakin sedih karena Awan tidak bersekolah disini lagi.
"Sudah pulang nanti gue mau jenguk dia. Lo mau ikut?"
Irvan menghela nafasnya dan kembali menggeleng. "Gue bukan siapa-siapanya lagi, tapi kalo dia memang beneran sakit atau apa kabarin gue aja, El."
Ella mengangguk saja mendengar itu dan ia menepuk pundak Irvan memberi semangat. Lalu ia beranjak untuk pergi dari situ.
"Lho? Gak mau ngajak gue? Gue juga temen satu kelas Awan ya." Ujar Tian.
Ella menatap sinis Tian. "Jadi? Urusan gue? Mau jenguk ya jenguk aja ribet amat."
"Ya udah barengan gue aja kalo gitu."
"OGAH!" Lalu Ella pergi dari sana.
Sedikit terdengar retakan dan itu berasal dari Tian.
"Sakit y."
*****
Dengan mengendarai Motor miliknya, Ella sudah berada di sebuah Rumah milik Awan. Ia bisa melihat seseorang yang penjaga Rumah.
"Permisi, Pak. Apa bener ini Rumah Awan?" Tanya Ella.
Penjaga Rumah itu mengangguk. "Adek temennya aden, ya?"
'Gila, berasa beda kasta banget gue ama Awan.' Batin Ella tersenyum miris.
"Iya, Pak. Saya mau jenguk Awan."
Penjaga Rumah itu terdiam sejenak, lalu ia meraba saku celananya dan mengambil ponsel miliknya. "Maaf ya dek sebelumnya, saya harus laporan ke orang Rumah dulu. Saya di perintahkan untuk laporan kalo ada seseorang yang mau jenguk Aden."
'Duh, semakin terlihat jelas 'kan ke-missquenn-anku.' Batin Ella miris part 2.
Ella menunggu dari luar membiarkan penjaga Rumah itu berbicara lewat ponselnya.
"Kamu boleh masuk dek, tapi yang bakal ketemu kamu Ibunya Aden. Sekarang Aden belum boleh di jenguk siapapun."
"O-oh, oke deh kalo gitu. Makasih ya Pak."
Pagar Rumah itu di buka dan Ella memasuki Motornya itu ke dalam. Tidak lupa Ella membawa makanan seperti roti dan kue untuk Awan.
'Gila Rumah apa Rumah ini? mana ada penjaga Rumah lagi. Awan sekaya itu ternyata.' Ella miris part 3.
Ella berjalan menuju Pintu Rumah dan mendapati sosok wanita dewasa yang berdiri di depan pintu. Ia tersenyum ramah dan mempersilahkan Ella masuk.
"Kamu temen satu Kelas Awan ya? Siapa namanya?"
"Aku Ella, Tan. Aku satu bangku dengan Awan."
Mereka duduk di Ruang tamu dan Ella memberikan bingkisan itu.
"Makasih banyak, Ella. kamu repot-repot aja." Ujar Ibu Awan rendah hati.
Ella menoleh kecil ke kanan dan ke kiri, melihat isi Rumah yang sangat besar ini dan mencari apakah ada sosok Awan karena Rumah ini nampak sepi.
"Nak Ella, Tante bakal cerita soal keadaan Awan tapi Tante mau janji sama kamu."
Ella mendongak menatap wajah Ibunya Awan yang terlihat serius. Ella gugup dan jantungnya berdetak kencang, apa terjadi sesuatu dengan Awan?
Ella mengangguk. "A-Aku janji, Tan." Balasnya. "Emang Awan sakit apa?"
Sang Ibu menghela nafas dan tersenyum lemah melihat wajah Ella.
"Awan terpaksa berhenti sekolah karena keadaannya gak baik sekarang." Ujar Ibu Awan melemah. "Awan stress berat dan psikisnya keganggu. Tante terpaksa berhentiin dia sekolah buat pengobatan Awan, supaya dia cepet pulih."
Ella terhenyak mendengar itu. Ia benar-benar shock dan tidak menduga jika Awan akan mengalami kejadian seperti ini. Tapi, apa kenapa bisa?
"Awan sekarang banyak diem, dan setiap malem dia suka ngamuk-ngamuk. Awan suka nyebut nama Leo dan Irvan dan berakhir nangis."
Deg!
Leo? Irvan?
Oke, Ella tidak tahu siapa itu Leo. Tapi Irvan? apa Irvan juga penyebab Awan menjadi depresi?
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
VICTIM (21+) [END]
Teen FictionSaat cinta yang kau taruh pada orang yang salah, maka kau menjadi korbannya. (21+ area, please kebijakannya)