37

1.8K 93 13
                                    

Hari sebelum hubungan antara Irvan dan Awan berakhir.

Pada malam itu Irvan sedang sibuk dengan beberapa tugas-tugasnya. Irvan sedikit lambat mengerjakan tugas yang mana sekarang sudah pukul sepuluh malam dikarenakan ia harus menemani sang adik bermain, karena Juju cukup rewel. Dan Irvan merupakan Abang yang pengertian dan penyayang.

Ada beberapa tugas yang ia kerjakan yaitu Matematika, Bahasa Inggris dan Fisika, semua harus ia kerjakan. Dengan ia mengerjakan tugas lebih awal itu berarti ia punya cukup banyak waktu untuk pacarnya.

Tiba-tiba ada satu notifikasi dari ponsel milik Irvan dan itu dari orang yang tidak dikenalnya. Irvan menatap heran dan melihat isi pesan tersebut.

Matanya terbelalak kaget.

Hal itulah yang membuat Irvan kecewa yang amat berat.

Nomor dari orang asing itu, mengirim sebuah video tidak senonoh antara Leo dan Awan.

Ya, Awan. Pacarnya sendiri.

Irvan begitu marah dan tak bisa berpikir jernih. Ia sudah tahu jelas nomor asing tersebut tak lain dan tak bukan dari Leo. Mantan sahabat Awan.

Irvan memejamkan matanya dan menahan emosi. Semua yang mereka lakukan dibelakang Irvan sangat-sangat menyakitkan. Irvan tentu tidak terima.

Lalu di suatu tempat, sosok yang mengirim video tersebut hanya tersenyum penuh arti.

"Hmmm... Akhirnya uang datang buat gue, dan Irvan juga buat gue." Tan tersenyum penuh kemenangan, merasa apa yang dilakukan hal yang sangat benar.

Itu semua otak dari Leo dan Tan.

*****

Irvan berdiam dikelas sedikit melamun. Masih tidak menyangka jika mantan pacarnya itu tidak lagi bersekolah disini dan ia tidak tahu permasalahannya.

Irvan kini mulai sadar, tidak seharusnya ia mengambil keputusan sepihak yang mana ia tidak mendengar penjelasan Awan terlebih dahulu. Ia bahkan mencoba melihat Video itu kembali untuk memastikan keadaan Awan, mengabaikan rasa sakit hatinya.

Itu terasa janggal, melihat Awan yang tertidur lelap dan hanya Leo yang begitu agresif mencium Awan.

Apa... Awan diberi obat tidur?

"Hoi! Ngelamun aja sih." Seru Tan menepuk pundak Irvan.

Irvan terperanjat dan menoleh menatap Tan, lalu ia sok sibuk bermain dengan ponselnya.

"Van, akhir-akhir ini lo keliatan lesu banget. Kenapa lo? Sakit?"

Tanpa diperintah tangan Tan mendarat di dahi Awan. Awan hanya mengernyit heran, sedikit risih karena perlakuan Tan.

"Gue gak papa kok." Ujar Irvan menarik tangan Tan, lalu ia mencoba tersenyum.

Tan menghela nafasnya. "Gue mau ke kantin, yok!" Ajak Tan.

Sedangkan Irvan hanya menggeleng "Gue gak laper, lo aja ke kantin."

"Mana bisa gitu, dong. Ayoklah." Ajak Tan lagi sembari mengguncang tubuh Irvan.

Irvan pasrah yang digoyang-goyangkan tubuhnya dan kembali menggeleng. "Gak, Tan. Gini deh, gue titip aja gimana? Kalo gak mau ya gak papa sih."

Wajah Tan cemberut dan ia hanya mengangguk lemah. "Ya udah deh, mau beli apa?"

Setelah mengatakan pesanannya, Tan mengangguk dan ia beranjak dari tempatnya.

Fyuh... Akhirnya Irvan bisa menyendiri. Lalu ia menyibukan dirinya dengan bermain game agar ia tidak terlalu banyak pikiran.

Drr... Drrr...

Irvan merasakan getaran di mejanya dan mendapati ponsel milik Tan bergetar didalam laci. Awalnya Irvan abaikan hingga dering itu masih terus berbunyi.

Merasa risih ia pun mengambil ponsel itu dan alis Irvan berkerut heran.

'Leo?' Batin Irvan heran.

Ah... Nama Leo sudah pasaran dan tentunya bukan Leo si brengsek itu. Pikir Irvan.

Hingga dering telepon itu berhenti, Irvan tak sengaja membaca sebuah pesan dari orang yang bernama Leo itu di layar ponsel.

'Sepulang sekolah elo sibuk? Gue mau ketemu sama lo.' -Leo

Irvan menatap ponsel itu hingga kembali muncul notifikasi pesan.

'Lo dimana?' -Leo

'Seriusan Awan pindah sekolah?' -Leo

'Siapa yang bilang? Mantan pacarnya itu?' -Leo

'Temuin gue di cafe xxx' -Leo

Jantung Irvan bergemuruh kencang. Pasti ini Leo si brengsek itu, bukan Leo yang lain. Dan apakah ini ada hubungannya dengan Tan? Tapi kenapa?

Ia membuka aplikasi kamera dan memfoto isi pesan itu.

Sepertinya ia harus mengikuti diam-diam Tan setelah sepulang Sekolah. Ya ia harus mengikuti mereka.

Agar tidak ada kecurigaan dari Tan, ia sepertinya harus keluar kelas karena ia sudah membaca isi pesan Leo. Irvan keluar dengan perasaan yang amat marah. Tidak menduga jika teman sebangkunya menusuk dari belakang.

Irvan pergi menuju belakang Sekolah yang mana ia harus melewati kelas 12 F, kelas Awan dulu. Hingga sosok Ella yang hendak berjalan masuk ke dalam kelas.

"Ella, tunggu!" Seru Irvan dan berjalan mendekati Ella.

Ella menoleh, saat tahu orang itu Irvan, raut wajahnya berubah menjadi sangat dingin.

"El, kemaren lo udah jenguk Awan. Gimana kabarnya?"

Ella hanya diam. Ia teringat pesan dari Ibu Awan yang mengatakan harus merahasiakan kondisi Awan. Ah, mengingat itu membuat Ella kembali sedih.

"El, jawab! Awan gak kenapa-kenapa 'kan?"

Ella mendengus kasar. "Menurut lo? Orang yang gak masuk sampai seminggu, tiba-tiba dia keluar sekolah mendadak. Apa itu baik-baik aja?"

Irvan tertegun dan kaget mendengar suara Ella sedikit nyolot dan terlihat sangat kesal.

"Emang kenapa, El?"

Ella tak mau mengingkar janjinya namun sepertinya Irvan harus tahu masalah ini.

"Gue gak bakal kasih tau. Yang jelas keadaan dia gak baik-baik aja. Dan itu gara-gara lo!" Seru Ella dan hendak masuk ke dalam kelas. "Oh ya, satu lagi. Gue gak tau siapa itu Leo dan yang pasti, orang yang gue sebut namanya yang buat Awan jadi sengsara."

Irvan menatap kepergian Ella dan ia hanya bisa membisu. Keadaan Awan tidak baik-baik saja, dan apa tadi? Semua ini karena dirinya... Dan juga Leo?

Irvan memejamkan matanya. Keputusan untuk mengikuti Tan sepulang Sekolah adalah hal yang tepat, tentu itu akan menemukan jawaban yang mana membuat Irvan bertanya-tanya.

Satu hal yang jelas, perasaan bersalah itu muncul karena ia sudah memutuskan hubungannya dengan Awan. Hingga membuat Awan tidak baik-baik saja. Entah kata 'tidak baik-baik saja' dalam konteks apa, yang jelas ia percaya apa yang di katakan Ella.

Selanjutnya Irvan pergi ke belakang gedung Sekolah untuk menjernihkan pikirannya sejenak. Ia menghela nafasnya berat dan berpikir jika ia telah bodoh, bodoh sudah mengakhiri hubungannya dengan Awan.

TBC...

Guys sekedar kasih info kalo cerita ini bakal END. Apa aku harus buat Sad Ending ya? Please komen yaa!

VICTIM (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang