20

3K 163 9
                                    

"Apa?! Ke Palembang? Ngapain kesana?" Seru Awan di dalam kamar.

Pagi-pagi tepat pukul tujuh pagi, sebuah dering telepon membuyarkan mimpi indah Awan. Dengan berat ia mengangkat telepon yang tak lain dari kekasihnya sendiri.

"Ada saudara aku mau nikahan, ya... Sekalian liburan gitu." Ujar Irvan di seberang telepon.

Awan sih mau-mau saja di ajak jalan kemanapun asal ada teman yang menemani. Tetapi ini terlalu mendadak! Besok Irvan akan berangkat dan bodohnya baru ia kabari hari ini. Jelas Awan shock, siapa tahu Ibunya tidak mengizinkannya.

"Terus dari hari kemarin kamu ketemu aku, kenapa gak bilang? Duh nih Cowok bikin gregetan."

"Ya gimana, orang bareng pacar. Mau sampein kabar ini tapi keburu bucin dulu, ya jadi lupa."

Awan menghela nafas, bagaimana ya? Apa nanti ia dapat izin dari Ibunya?

"Siapa aja yang kesana?"

"Mama, Papa, Juju, aku, kamu."

"Berlima aja? Mama kamu gak keberatan aku ikut gitu?"

"Ya enggak lah, 'kan pacar sendiri."

"Aish, serius!" Kesal Awan.

Sepanjang telepon hanya di isi godaan Irvan dan gerutuan Awan. Kalau Awan tidak mematikan telepon secara sepihak, bisa sampai sore mereka telponan.

Sebelum turun ke bawah untuk sarapan, Awan merapikan terlebih dahulu tempat tidurnya. Huh, semoga Ibunya mengizinkan. Seru juga liburan bersama pacar, dan keluarga pacarnya juga.

Awan turun dan bisa ia lihat sang Ibu sedang sarapan bersama Ayahnya. Awan mengerutkan keningnya, tumben mereka belum berangkat kerja padahal waktu sudah menunjukkan pukul delapan kurang.

"Pagi, Bu, Yah." Sapa Awan dan ikut bergabung di meja makan.

"Pagi, nak." Sapa Ibu dan Ayahnya Awan.

"Kok belum berangkat? Udah mau jam 8 lho."

"Namanya Bos, bebas dong." Jawab sang Ayah santai sembari membaca berita di iPadnya.

Awan tersenyum masam mendengar itu, lalu menoleh sang Ibu. "Bu, Awan mau minta ijin."

Sang Ibu menoleh. "Ijin apa? Mau nikah sama Irvan?"

"Ohok!!"

Awan dan Ibunya menoleh mendapati sang Ayah tersedak sarapan, lalu mengambil air putih.

"Kamu ngomong ngasal aja, Bu." Ujar sang Ayah."

"Awan yang Ibu goda kok Ayah yang salting." Balas Ibunya cuek. "Ijin apa emang?"

Awan masih shock melihat Ayahnya tadi, lalu melirik kaku Ibunya. "A-anu, Irvan besok mau berangkat ke Palembang. Ada acara keluarga gitu. Nah, dia mau ajak Awan. Boleh?"

"Besok? Mendadak amat." Seru sang Ayah yang ikut menatap sang anak.

"Kamu sendiri? Mau?" Tanya Ibu Awan.

"Mau sih, cuman kalo Ibu dan Ayah gak bolehin... Apa boleh buat."

"Boleh, tapi ada syarat!" Seru sang Ayah. "Bawa oleh-oleh Pempek Kapal Selam, kamu tau sendiri buatan orang Palembang sama orang sini beda."

Sang Ibu mengangguk. "Ibu sih minta bawain oleh-oleh Kemplang sama kerupuk aja di sana."

Awan melotot, dan dia mengangguk. "O-oke, makasih ya, Bu, Yah."

"Besok jam berapa berangkatnya? Nanti biar di anter."

"Kayaknya pagi."

Awan tersenyum senang, akhirnya di izinkan untuk liburan!

VICTIM (21+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang