Chapter 24

1.5K 217 7
                                    

Harap follow akun instagram saya terlebih dahulu🙏
@amelia_fitriyanii
@wattpad_amlftryn

<3

❗TANDAI TYPO❗



بسم الله الرحمن الرحيم

🌧️


Pagi hari ini semua keluarga serta kerabat dekat Galang berkumpul di rumah sakit. Di dalam, ada Shaka yang ditemani oleh Jihan, Galang, Arka, dan Arsha.

Besok pagi adalah jadwalnya Shaka untuk operasi, jadi, hari ini Shaka sudah di rumah sakit, lengkap dengan baju pasien yang melekat di tubuh atletisnya.

"Kamu jangan mikir ke mana-mana dulu, kamu fokus sama kesembuhan kamu aja, nggak—"

"Tapi aku nggak bakal bisa sembuh, Bun."

"Shaka!" sentak Galang. Dia merasa tak terima dengan ucapan Shaka yang menurutnya sedikit melantur.

"Please, deh. Jangan ngelantur, Shaka."

"Tapi mungkin aja, kan?" Cowok itu membalas tatapan Arsha sembari menarik sebelah alisnya ke atas.

"Udah, mending kita keluar, temen-temennya Shaka mau ke dalem," potong Jihan. Ia hanya tak ingin anaknya berdebat karena hal ini.

Ketika Jihan, Galang, dan Arka keluar, Arsha masih di dalam ruangan Shaka. Ia masih menatap adik laki-lakinya itu dengan datar.

"Ngapain di sini? Nggak keluar?" usir Shaka.

"Fine." Arsha keluar, tapi saat di depan pintu, perempuan itu membalikkan tubuhnya untuk menatap Shaka.

"Lain kali omongannya dijaga. Gua nggak suka lo ngomong kayak tadi."

***

"Mau jalan-jalan ke mana?"

"Enaknya ke mana?" Arsha malah balik bertanya.

"Jangan jauh-jauh. Mending kita ke taman aja," ajak lawan bicara Arsha. Keduanya pun berjalan di koridor rumah sakit untuk pergi ke taman.

"Bang Ares."

Damares, cowok yang berstatus sebagai sepupu Arsha itu memberhentikan langkah. Dia menolehkan kepalanya ke arah adik sepupunya sembari menaikkan sebelah alis.

"Arshaka pasti sembuh, kan?" tanya Arsha menatap Ares penuh harap.

Ares mendorong pelan wajah Arsha dengan tangannya. "Natapnya jangan gitu," tegur Ares.

Damares tau, ia dan Arsha itu hanya sepupu-an, bukan adik-kakak kandung. Jadi, Ares mencoba berusaha mungkin untuk menjaga batasan dengan adik sepupunya itu.

"Ya tapi Shaka bakal sembuh, kan?"

"Berdo'a sama Allah. Terus juga pikiran kamu jangan negatif mulu, sekali-kali berpikir positif."

Arsha menyusul Ares yang sudah berjalan. Dia menyeimbangkan langkahnya dengan langkah kaki Ares. "Aku udah coba buat pikir positif, tapi kepikirannya hal negatif mulu."

Lama-lama Arsha menyerah dengan otaknya. Dia pasrah jika otaknya harus membayangkan hal-hal negatif, yang Arsha sendiri tak tahu pikiran negatif itu datangnya dari mana.

"Ya udah jangan di pikirin. Gampang, kan?" sahut laki-laki itu, kemudian dia duduk di salah satu kursi yang ada di taman rumah sakit itu.

Arka, Arsha, dan Arshaka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang