Chapter 37

1.4K 188 4
                                    

❗TANDAI TYPO❗



بسم الله الرحمن الرحيم

🌧

Kabar kepergian Aira kemarin telah menggemparkan seantero sekolah. Semua adik kelas —bahkan teman seangkatannya pun— masih tidak percaya jika perempuan sebaik Aira harus pergi mendahului mereka.

Semua anak kelas XII pergi melayat ke tempat pemakaman Aira. Tempat beristirahatnya perempuan baik yang bernama Aira, dan tempat terakhirnya dia.

Semua orang mendoakan Aira menurut kepercayaannya masing-masing, mereka semua berharap yang terbaik untuk Aira. Semoga Aira di beri tempat yang terbaik di sisi Tuhan.

"Selamat jalan, Aira."

"Selamat beristirahat Aira, beristirahatlah dengan tenang."

"Sampai ketemu di alam selanjutnya, Aira."

Kata demi kata mereka ucapkan untuk Aira, berlanjut mengusap batu nisan Aira dengan lembut.

Aira dimakamkan di samping makam ibunya, itu adalah pesan Aira sedari dulu. Bahkan untuk tempat terakhirnya, dia tidak mau berjauhan dengan orangtuanya.

Disaat semua orang pulang, Arka masih berdiam di samping nisan milik Aira. Dia masih enggan untuk pulang.

Arsha mengusap bahu Arka dengan lembut. "Bang, pulang, yuk. Nanti kapan-kapan kita bisa ke sini lagi," rayunya pada Arka. Namun tetap tidak didengar oleh Arka.

"Udah, ya, Arka. Kamu pulang aja, Aira nggak bakal suka kalo liat kamu begini," ujar Tante Nisa.

"Enggak, Tante. Arka masih mau di sini, Tante duluan aja, nanti Arka pulang, kok," sahutnya tanpa mengalihkan perhatiannya dari makam Aira.

"Jangan kelamaan, ya? Kalo Aira liat, dia bisa sedih liat kamu," katanya, kemudian meninggalkan area pemakaman dengan hati yang masih belum rela ditinggalkan keponakan kesayangannya.

"Bang? Kenapa lo masih betah di sini? Kita bisa ke sini lagi lain kali, hari ini kita pulang dulu, ya?" bujuk Arsha. Berulang kali dia berbicara pun juga tidak didengar oleh Arka. Pada akhirnya Arsha pun memilih diam, memperhatikan Arka yang berbicara dengan batu nisan Aira.

"Ra? Gue nggak nyangka lo pergi secepat ini," katanya.

"Gue juga nggak nyangka kalo pertemuan kita kemarin malam itu jadi pertemuan terakhir, ya."

"Gue kira ... lo bakal terus nemenin gue, nemenin gue ngelakuin apapun. Tapi ternyata enggak, bahkan lo ingkar sama janji lo sendiri, Ra." Arka menyembunyikan tangisannya di depan Arsha dengan cara menundukkan kepalanya.

"Bang? Kenapa lo gini?" tanya Arsha, lalu mengelus pundak Arka.

Dengan kepala yang masih menunduk, Arka menyahut, "Gue ... gue suka sama Aira, Sha."

Bersamaan dengan itu, Arsha merasakan dadanya tiba-tiba terasa sesak. "Lo telat, Bang. Kalo lo suka sama dia, kenapa lo nggak bilang dari dulu? Waktu Aira masih ada di dunia ini, waktu Aira masih ada di samping lo," ujar Arsha dengan kesal.

"Sekarang dia udah pergi, kenapa lo baru bilang kalo lo suka sama dia, Bang? Kemaren-kemaren lo ke mana aja waktu Aira terus nemenin lo?" Tak tanggung-tanggung, ucapan Arsha mampu membuat Arka semakin merasa bersalah.

Arsha berdiri kemudian merapihkan pakaiannya. "Lo nggak usah nyesel karena nggak mengakui perasaan lo ke dia, tapi lo harus bahagia karena ...."

"Karena apa?" tanya Arka sembari menatap Arsha dari bawah.

Arka, Arsha, dan Arshaka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang