Chapter 10

2.3K 291 3
                                    

⚠TANDAI TYPO⚠



بسم الله الرحمن الرحيم

🦋

"Shaka yakin mau sekolah?" Sang Bunda bertanya sembari menatap Shaka.

"Yakin, Bun," jawab Shaka. "Lagian kaki aku cuman lecet doang."

"Emang lu jatoh di mana sih, Cil? Terus kapan jatohnya?"

Shaka menelan roti yang berada di mulutnya dengan susah payah. Ia menatap takut-takut ke arah Galang. "K–kemaren jatoh di jalan deket komplek."

Shaka membuang napas lega, ketika melihat Galang yang mengangguk dan langsung melanjutkan sarapannya.

"Makanya, kalo bawa motor itu hati-hati. Jangan kebut-kebutan, kamu bukan pembalap," pesan Jihan.

"I–iya, Bunda."

Bunda enggak tau aja, kalo anaknya ini emang pembalap.

"Abang, berangkat sekarang aja, yuk. Keburu telat." Sasya menarik lengan Arka yang sedang sarapan.

Arka melihat arlojinya sekilas. Ternyata sudah pukul 06.25. 35 menit lagi gerbang sekolah Arka ataupun Sasya akan di tutup.

Arka segera meminum susunya sampai habis. Ia segera mengajak Arsha dan Shaka untuk berangkat. Kali ini Arka yang akan mengemudi.

"Kita berangkat dulu," pamit Arka sembari menyalim tangan ke-dua orangtuanya. Diikuti oleh adik-adiknya di belakang.

"Hati-hati, ya. Jangan ngebut," pesan Jihan yang mendapat anggukan kepala oleh Arka.

Setelahnya mereka berempat keluar dari rumah dan mulai memasuki mobil Alphard yang sudah dipanaskan oleh Pak Satpam.

Arka membantu Shaka untuk masuk ke mobil. Sebenernya lukanya tidak terlalu parah. Hanya lecet di dengkul sebelah kanan. Tapi Shaka-nya saja yang lebay.

Setelah Shaka duduk dengan tenang, tak lupa memasangkan seatbelt, Arka mulai menghidupkan mobilnya. Kemudian mobil itu melaju untk pergi ke sekolah Sasya terlebih dahulu.

***

"Selamat pagi, semua."

"Pagi, Bu." Semua murid di kelas ini dengan kompak menjawab sapaan Bu Asya.

Bu Asya menaruh tumpukan buku IPA-nya ke meja. Ia tampak mengedarkan pandangannya untuk mencari salah satu murid. Dan pandangannya pun jatuh kepada Arsha yang sedang diam.

"Arsha?"

Arsha langsung menatap Bu Asya, dan menunggu wanita berkepala 4 itu melanjutkan ucapannya.

Bu Asya menatap tumpukan bukunya sebentar. Kemudian dia menatap Arsha kembali. "Ini bukunya kurang 5. Kamu bisa tolong ambilkan ke perpustakaan?"

"Bisa, Bu." Arsha akan berdiri, tetapi lengannya di cekal oleh Metta.

"Mau gua temenin?"

"Enggak usah. Gua bisa sendiri, kok." Metta mengangguk paham.

Arsha langsung keluar dari kelas. Ternyata dari depan pintu pun, keadaan sudah sepi. Mungkin karena sudah memasuki jam pelajaran.

Perempuan itu berjalan di koridor dengan santai. Letak perpustakaan sendiri dekat dengan ruang guru. Mungkin butuh waktu 3 menit untuk sampai di sana.

Arka, Arsha, dan Arshaka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang