Chapter 7

2.9K 337 14
                                    

⚠TANDAI TYPO⚠



بسم الله الرحمن الرحيم

🦋

Masa MPLS sudah berakhir. Kini waktunya mereka bersekolah seperti biasa.

Itu hanya berlaku untuk murid-murid SMA Galandra yang lain, tidak untuk anggota inti Arghaza yang empat ini. Bukannya belajar, mereka malah membolos di kantin sekolah.

Hampir semua murid SMA Galandra sudah paham dengan kelakuan anggota inti Arghaza angkatan 17. Apalagi mereka merupakan anak dari senior di anggota inti Arghaza.

Terlebih Shaka adalah seorang cucu dari pemilik sekolah.

Sebisa mungkin mereka tak membuat masalah dengan anggota inti Arghaza.

"Si Dirga gimana, Ka?"

Shaka langsung menoleh ke arah Edwar yang berbicara seperti itu kepadanya. Ia merubah posisinya menjadi duduk dengan tegap. Kemudian dia menjawab pertanyaan dari Edwar. "Gatau dan gamau tau."

"Eh, tapi dua hari kemaren, dia ga ada di sekolah, kan?"

Shaka memikirkan apa yang diucapkan Angkasa. Setelah kejadian, di mana Dirga dilempar gelas oleh Arsha, keesokan harinya sampai sekarang Dirga belum memunculkan batang hidungnya.

Mereka tampak kebingungan memikirkan Dirga ke mana. Dirga juga tidak main bersama mereka 2 hari belakangan ini.

"Tapi alhamdulillah juga, sih, gara-gara si Dirga ga ada, Kakak gua ga kenapa-napa."

Shaka menabok lengan Ellard lumayan kencang. "Itu Kakak gua, ya, sat."

"Lagian kenapa kita ga nyadar, kalo yang nuduh Kakak pembunuh itu temen kita sendiri?"

Shaka menoyor kepala Edwar. Tangan lelaki ber marga Arsenio itu memang tak bisa diam. Kadang temannya kesal sendiri kepada Shaka.

"Ngapain lu manggil Kakak gua pake embel-embel 'Kakak'?"

"Yaelah, Ka, biasa aja dong. Dia juga kan Kakak gua."

Tangan Shaka sudah melayang di udara untuk kembali menoyor kepala Edward, tapi tiba-tiba Shaka meremas dadanya dengan kuat. Nafasnya tiba-tiba terasa sesak.

Teman-temannya langsung mendekat ke arah Shaka dan bertanya.

"Ka? Lu kenapa, anjir?!" tanya Angkasa terlihat begitu panik. Ellard, Edwar, dan Angkasa kini mengelilingi Shaka.

Dengan nafas yang terpotong-potong, Shaka mengambil obat di tasnya. Ia membuka tutup botol itu dan mengambil beberapa butir obat.

"Satu aja, goblok! Jangan banyak-banyak!" emosi Angkasa. Shaka mengambil 5 butir obat, tetapi 4 butir obat itu diambil secara paksa oleh Angkasa.

Angkasa memberikan minum untuk Shaka. Dan Shaka mulai menelan obat itu.

Shaka menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi sembari memejamkan matanya. Kini nafasnya lumayan teratur. Teman-temannya juga sudah sedikit tenang, tidak panik seperti tadi. Mereka pun duduk kembali ke tempat semula.

Angkasa menatap Shaka sembari menghembuskan nafasnya lelah. Wajah Shaka dipenuhi oleh keringat.

Angkasa menundukkan kepalanya sebentar, sebelum bertanya.

"Sebenernya lu sakit apa sih, Ka?"

Teman-temannya menyadari, jika Shaka kadang sesak napas. Tapi mereka menyembunyikannya, biar Shaka saja yang memberitahu mereka dengan sendirinya.

Arka, Arsha, dan Arshaka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang