Chapter 31

1.6K 233 9
                                    

❗TANDAI TYPO❗



بسم الله الرحمن الرحيم

🌧️

"Dih? Kata ayah Galang, Sasya bakal jadi anak bontot. Bunda juga bilang, kalo Sasya nggak bakal punya adik, jadi itu bukan adik Sasya. Adik orang, kali."

Ziva melayangkan tangannya untuk menampar pipi kecil Sasya, tapi, dengan cepat Arka mencekal lengan perempuan itu, dan menatapnya dengan tajam.

"Jangan pernah coba-coba buat nyentuh adik gue, atau tangan lo gue patahin sekarang."

Mendengar tutur kata Arka yang sedikit terdapat penekanan, nyali Ziva sedikit menciut. Ia segera menarik lengannya kembali, lalu beralih untuk menatap Arsha dengan tajam.

"Kamu!" tunjuknya pada Arsha, sedangkan Arsha hanya bertingkah pura-pura tidak tahu-menahu.

"Kamu, kan, yang nyuruh pak Revan untuk pecat saya?!" bentak Ziva sembari menunjuk-nunjuk wajah Arsha menggunakan jari telunjuknya.

Shaka segera menyingkirkan jari telunjuk itu dari hadapan wajah cantik kakaknya, lalu berujar, "Jauhin tangan lo dari muka kakak gue, b*tch!"

Ziva melebarkan kedua bola matanya ketika mendengar apa yang baru saja Shaka ucapkan. Perempuan itu menggeram tertahan, bahkan dia sampai mengepalkan kedua tangannya.

"Apa? Yang gue bilang bener, kan? Itu yang di dalem perut lo bukan anak ayah, tapi, kenapa dengan entengnya lo ngaku, kalo itu anak ayah?" tegas Shaka. Sebenernya ia hanya ingin mempermainkan emosi perempuan ini, sampai dia pergi dari hadapan mereka.

"Udah, mending Tante pergi aja, deh. Daripada di sini terus, ayah Galang juga lagi nggak ada," ujar Sasya. "Lagian, kalo ayah Galang ada, ayah Galang juga nggak bakal mau ketemu sama Tante."

"Noh? Lo nggak malu diusir sama anak kecil? Sasya aja udah muak ngeliat muka lo terus-terusan, emang paling bener tuh lo pergi."

Ziva memejamkan matanya guna meredam emosi yang sudah berada di ubun-ubun. Dengan sisa percaya dirinya, ia melangkahkan kakinya untuk pergi dari pekarangan rumah Galang.

"TANTE JANGAN PERNAH DATENG KE SINI LAGI, YA! KARENA KITA NGGAK NERIMA ORANG YANG KAYAK TANTE DATENG KE RUMAH!"

***

"Lo lagi ngapain?" tanya Angkasa, lalu ia menghampiri Edward yang sedari tadi malam sibuk di depan komputer. Bahkan Edward tidak memberitahu Angkasa untuk apa ia sibuk di depan komputer.

"Lagi lacak nomor," sahutnya tanpa sedikitpun melirik Angkasa.

"Nomor siapa?"

"Kata Shaka, panic attack-nya kak Arsha kambuh setelah dia angkat panggilan dari nomor ini," jelas Edward. "Yang gue denger, dia manggil kak Arsha pake panggilan Sasha," lanjutnya

"Bentar-bentar ... orang yang sering manggil kak Arsha pake panggilan Sasha itu siapa?" tanyanya sembari menatap Angkasa

"Dirga," sahut Angkasa cuek. "Kenapa?" tanyanya lagi.

"Apa kak Arsha diteror Dirga?" tebak Edward.

Angkasa mengangguk tanpa ragu. "Kayaknya."

"Kak Arsha tuh bukannya udah nggak suka kalo dipanggil Sasha?"

"Iya, karena kejadian itu, kak Arsha udah nggak mau dipanggil Sasha lagi," kata Angkasa lagi.

Edward langsung memikirkan bagaimana caranya, agar Dirga tak akan menggangu Arsha lagi. "Gue yakin, kayaknya Dirga nggak bakal berhenti di sini, pasti dia bakal terus jatuhin mental kak Arsha secara perlahan."

Arka, Arsha, dan Arshaka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang