Chapter 33

1.6K 223 4
                                    

Harap follow akun instagram saya terlebih dahulu🙏
@amelia_fitriyanii
@wattpad_amlftryn

❗TANDAI TYPO❗



بسم الله الرحمن الرحيم

🌧️

Saat ini Shaka dan anggota inti geng Arghaza lainnya sedang berkumpul di markas. Kali ini mereka akan membahas masalah Arsha kemarin, dan Shaka juga sudah bercerita pada teman-temannya, bahwa Arsha kemarin mendapatkan teror dengan bentuk paket.

"Untung paketnya om Galang yang buka, coba kalo kak Arsha yang buka?"

"Mungkin traumanya kak Arsha kambuh lagi, Sab," sahut Ellard.

"Ini udah keterlaluan, nggak, sih, Sa?" tanya Nia sembari menaruh minuman soda di meja. Dia baru saja datang dari dapur, dengan tangan yang membawa minuman dan makanan ringan.

"Ini udah keterlaluan banget," balas Angkasa.

"Berati kita harus ngelakuin sesuatu, Sa. Gue nggak tega ngeliat kakak gue kena teror mulu,"  saran Shaka. Tangannya mengambil salah satu minuman bersoda, lalu meneguknya hingga tersisa setengah.

"Jangan dulu, Shaka. Kita harus tau kejadian aslinya gimana," sela Edward.

"Siapa yang tau kejadian aslinya?" tanya Sabrina menghentikan keributan yang mereka perbuat.

"Susanti," jawab Angkasa.

"Udah, nggak usah banyak bacot. Sekarang kasih aja alamat rumah Susanti, nanti sore biar gue sama Sabrina yang nemuin dia." Nia berujar sembari menengadahkan tangannya ke Angkasa.

Beberapa detik diam, akhirnya Angkasa angkat bicara. "Kalo gue tau, gue udah nyuruh lo dari tadi, goblok!" cetus Angkasa.

"Jadi lo nggak tau?"

"Ya enggak, Nia. Wakil kita ini lemot banget, deh!" gerutu Ellard dengan kesal.

"Cantik-cantik, kok, lemot, sih," sindir Shaka. Nia yang kesal pun langsung melempar Shaka menggunakan keripik kentang.

Edward menghela napas kasar. Dia menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. "Terus gimana?"

Mereka semua juga bingung harus berbuat apa. Mereka tak mungkin hanya diam

"Shaka, Susanti bukannya temennya kak Arsha, ya?" tanya Sabrina. "Coba aja lo tanya sama kak Arsha, siapa tau kak Arsha tau alamat rumahnya Susanti," usulnya.

"Iya nanti gue tanya," sahutnya dengan santai.

Edward yang berada di samping Shaka pun langsung menabok kepala dia. "Sekarang, bego. Biar masalahnya cepet selesai," desak Edward.

"Katanya pengen masalahnya ceper beres, baru di suruh begitu aja udah males," sindir Nia.

Jika sudah disindir oleh Nia, maka mau tak mau, Shaka pun bangkit. Dia mengambil kunci motornya, lalu pergi dari hadapan mereka.

***

"Assalamualaikum," sapa Shaka sembari melangkahkan kakinya memasuki rumah.

"Wa'alaikumussalam. Tumben nggak teriak-teriak," lontar ayahnya yang sedang fokus dengan laptop.

Shaka berdecak dengan kesal. Dirinya menutup pintu kembali, lalu menghampiri ayahnya. "Kak Arsha mana? Tumben nggak sama Ayah," celetuknya sembari mengambil tangan Galang, lalu menciumnya.

Arka, Arsha, dan Arshaka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang