12. Matahari musim semi

1.1K 218 37
                                    

Selamat membacaヾ(^-^)ノ

______________________________

Sunoo merasa ngantuk, angin sepoy sepoy yang menerbangkan rambutnya dan tangan yang senantiasa menghelus jemarinya. Sunoo tak tau mengapa Sunghoon membalas afeksi canda nya ini, Sunoo tau ini salah.

Dia hanya ingin sesuatu yang berbalas, hatinya masih sakit. Entah itu antara Karina dan Niki, keduanya menjadikan tempat bersemayam hati Sunoo membenci.

Dia harap Sunghoon tak mendengar isak tangisnya.

Tapi itu tak mungkin, karena bisa dilihat dari spion motor bagaimana mata beserta hidung itu memerah. Dan juga, Sunoo menangis di dekat telinga Sunghoon. Bagaimana pria itu bisa tak mengetahuinya, dahlah.

Sunghoon tak mengerti ada apa dengan gadis ini, dia juga sangat tak mengerti mengapa dia begitu takut jika gadis itu bersedih. Sesuatu lain bersemayam di pikiran dan hatinya, membuat Sunghoon selalu merasa bersalah ketika Sunoo menangis.

Mata tak sengaja menangkap pedagang eskrim jalanan yang jarak nya tak jauh, dia menghentikan motornya. Sunoo buru buru mengusap air matanya bersih.

"Kok berhenti?"

"Kita beli eskrim dulu" Tunjuk Sunghoon dengan arah matanya, Sunoo mengikuti arah mata itu dan menemukan seorang kakek tua yang membawa grobak dorong nya dengan aneka rasa eskrim. Sunghoon membantu Sunoo membuka helmnya. "Lo mau rasa apa aja? Gue yang traktir"

Seakan tadi tak terjadi apa apa, Sunoo dengan ceria menghampiri kakek penjual eskrim itu. Mengintip kedalam grobaknya, menoleh lagi pada Sunghoon dengan mata memohon. "Gue boleh pilih 3 jenis ga?"

Sunghoon langsung mengangguk. "Boleh" Akhirnya keduanya beli masing-masing 3 eskrim, bersandar di badan motor sembari menikmati eskrim.

"Jadi kapan lo balikin jaket gue?"

Sunoo menepuk jidat, dia lupa. "Lah iya juga, untung lo ingetin" Dia bingung sekarang gimana mau buka tasnya karena tangannya penuh eskrim.

"Gapapa lo ambil aja"

"Eii gue bercanda tadi pagi" Dia masih berusaha meletakkan eskrimnya diatas jok motor.

Sunghoon kembali menjejalkan tangan Sunoo dengan eskrim gadis itu. "Gue juga ga serius tadi pagi, itu bukan jaket mahal maupun limited edition. Lo boleh milikin"

"Asik jaket gratis" Ucap Sunoo menirukan nada bicara Susanti. Sunoo menyelesaikan satu eskrimnya, menyimpan sampahnya dengan kantong plastik yang ia bawa. Menggantungnya di setir motornya, meletakkan eskrim tadi kemudian mengeluarkan jaket Sunghoon dan memakainya.

Sunghoon ingat, dia juga ada sesuatu untuk diserahkan pada Sunoo. "Nih foto lo udah gue cuci"

"Wah bagus"

"Bilang apa?"

"Makasih Sunghoon, lo buka aja jasa foto kecil-kecilan di sekolah. Patok harga berapa gitu, yang ini gue bayar ya. Siniin rekening lo, atau pakek e-wallet?"

Sunghoon mencegah Sunoo. "Ga perlu, ini juga cuman sekedar hobi"

"Iya cuman, tapi lo bisa dapetin uang dari itu. Lumayan loh"

"Gue pikir-pikir deh"

Mereka hening, angin sore ini sedikit menyusahkan Sunoo yang mau ngangap makan eskrim. Dia bersusah payah untuk mencepol rambut panjangnya, mau makn eskrim aja susah banget. Karena rambutnya ada yang panjang dan pendek buat cepolan itu jadi agak berantakan, ditambah lagi dengan anak rambut Sunoo yang cukup banyak.

Sunghoon gemes pingin foto, dia gemas dengan keadaan Sunoo saat ini.

"Hoon, ceritain tentang lo"

Sunoo mulai menghadap Sunghoon, ga bisa nyaman ngobrol kalo ga liat muka orangnya. "Lo mau tau apa? Ga ada yang menarik dari gue"

"Lo menarik kok, lo ganteng"

Sunghoon mulai bersungguh-sungguh kini. "Lo suka ya sama gue"

Sunoo dengan santai mengangguk. "Lo ganteng sih"

Sunghoon tertawa malu. "Lo kenapa dah dari tadi?"

Sunoo mengangkat kedua bahunya. "Gue cuman mau jujur aja, lo tau, gue lagi galau. Gue kalo galau kadang suka ngomong asal"

"Berarti yang tadi cuman asal ngomong"

Sunoo buru buru menggeleng. "Enggak, yang tadi itu beneran. Ga tau kenapa kalau gue galau selalu sendiri, dua sahabat gue lagi happy sekarang. Coba pas mereka galau, gue yang happy. Jadi kek serba salah mau bagi happy ke mereka tapi kayak ga pantes karena mereka lagi galau, lah pas gue galau gue ga enak mau ganggu kebahagiaan mereka" Ocehan Sunoo, satu lagi eskrim miliknya habis.

"Btw, rambut lo bagus deh kalau mullet, biar kita bisa samaan" Ujar Sunoo lagi sembari menghelus kepala bagian belakang Sunghoon.

Mereka diam lagi, Sunghoon lagi sulit mengatur napas karena Sunoo. Tindakan gadis itu membuatnya beberapa kali membeku, tapi ya namanya juga Sunghoon. Anaknya chill, jadi ya gitu.

"Gue jadi pingin deh ngomong aku-kamu ke lo, kayak Jaeyun gitu"

Nahkan. "Tiba-tiba?"

"Lucu aja denger Jaeyun ngomong, vibes polos, anggunly, cantik deh pokoknya"

Sunghoon mendengus. "Lo mah ga ada anggun anggun nya"

"Gue ada, tapi keadaan memaksa gue jadi barongsai"

Sunghoon ngakak, bener kata Sunoo. Gadis itu sering ngomong asal kalau galau.

"Oh ya, masalah yang waktu itu gimana. Lo cium gue"

Sunoo menoleh dengan drastis. "Hah? Kapan? Jangan ngadi-ngadi lu"

"Yeh dibilangin ga percaya" Eskrim Sunghoon habis duluan, tangannya yang dingin di masukkan ke kantong jaket yang kini jadi milik Sunoo. Numpang angetin tangan.

"Bilang dulu kapan?"

"Waktu lo.... Dilecehin, sorry gue bahas ini lagi" Buru buru Sunghoon minta maaf.

Sunoo berusaha mengingat. "Bentar bentar, gue cium lo dimana? Dibagian mana? Pipi kan?"

Sunghoon menggeleng, dia menunjuk bibirnya dengan telunjuk. Sedikit menggoda Sunoo dengan kerlingan matanya, Sunoo mengerjap sesal.

Wah ini gila. "Maaf ya, lo tau sendiri gue mabuk. Ok jadi lo mau gue gimana?"

"Cukup mudah, jadi pacar gue"

***


(Sebagian cerita di hapus demi kepentingan penerbitan)

School 3000 (TERBIT) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang