Black Sakura ◎ 4

1K 191 16
                                    

Rapat segera di laksanakan, semua guru berkumpul di aula beserta tiga anggota Cura dan Bu Yeon. Keadaan mulai senyap ketika bunyi benturan dari sepatu pantofel itu dengan lantai terdengar, Kepala sekolah Sehun mulai duduk di kursinya.

"Pagi semua, pagi yang mendadak menjadi kacau setelah seseorang berani membakar lembaran ujian. Apa ada yang bisa menjelaskan kejadiannya, siapa tau ada yang melihat dari para guru maupun anggota Cura"

Semua diam, karena memang semua hanya melihat hasil abunya saja.

Sehun membenarkan letak kacamatanya. "Seperti yang kita tau, satpam satu satunya di sekolah yaitu Pak Nurman sedang tak ada. Saya ingat saya meminta salah satu guru untuk mencarikan pendamping nya, ada yang ingat siapa yang saya titipkan amanah?"

Dengan takut, Pak Danang mengacungkan tangan. "S-saya Pak"

"Lantas mengapa Bu Yeon bilang tak ada orang yang berjaga semalam"

"Saya lupa Pak"

"Waduhhh" Helaan napas berat dari penjuru ruangan, Pak Danang semakin menundukkan kepala.

"Bagaimana dengan Cura, apa ada yang mau menyampaikan sesuatu"

Heeseung memohon ijin untuk berbicara. "Kami belum memeriksa sekitaran tempat dimana lembaran ujian itu terbakar, namun kami menemukan jejak sepatu di gerbang. Kami pikir pelaku keluar masuk dengan memanjat gerbang, kami mengambil beberapa foto sebelum akhirnya jejak itu di bersihkan. Hanya itu dari kami"

"Ada yang ingin menyampaikan hal lain?"

Bu Yeon berdiri meminta ijin untuk bicara. "Sebaiknya kita pecahkan masalah ini bersama-sama, sebab masalah ini sudah sangat serius. Apalagi mereka juga murid yang punya hak belajar, kurang pantas rasanya melimpahkan semua masalah terhadap mereka"

Sehun mengangguk setuju, akhirnya ada yang paham betul isi hati anak Cura. Banyak yang setuju dengan pernyataan ini, setelahnya kepala sekolah Sehun meminta Pak Danang untuk tanggung jawabnya juga. Dan beberapa guru akan mengajukan ke pusat masalah ini.

Ketiganya keluar dengan hela napas berat, cukup banyak masalah kali ini. Dari yang pribadi maupun sekolah, yang mana dulu yang mereka akan selesaikan.

"Pulang sekolah gue mau anter Jungwon, lo mau kemana Hee?"

"Palingan juga basket, kita ke Cura dulu deh bicarain ini. Gue mau rebahan, encok nih punggung gue"

"Remaja jompo lo"

Seperti yang diketahui para guru berkumpul di aula otomatis semua murid tak ada yang belajar, mereka asik ngerumpi dan main di kelas. Seharusnya anggota Cura juga begitu, namun mereka memiliki tanggung jawab besar atas semua masalah di sekolah.

Sampai di ruangan Cura ketiganya memilih berebah di kasur yang mereka miliki, AC pun sudah hidup. Mereka pikir hari ini tak ada pelajaran jadi bisa mengistirahatkan jiwa, raga, dan pikiran mereka.

Sunoo mengambil posisi tengah, menggandeng tangan Jungwon dan Heeseung. "Kalian sadar ga, masalah sekolah yang kita hadapi semakin rumit. Bahkan sekarang ga ada petunjuk yang banyak, ini masalah ga gampang" Komentar Jungwon, Heeseung setuju.

"Sunoo yang biasanya gercep aja turu karena masalah ini" Celetuk Heeseung, keduanya melihat Sunoo yang sudah terlelap. Anak ini ga banyak bicara dari pagi, diam, dan mengamati.

Jungwon memiringkan tubuhnya menghadap Sunoo, mengelus kepala gadis itu semakin membuat tidur Sunoo nyaman. "Dia yang paling peduli kita-"

"Peduli apa, gue terus yang kena semprot perasaan" Sambar Heeseung.

Tak!

Jungwon menyentil dahi Heeseung, batinnya berteriak kesakitan.

"Ya itu dia peduli, lo bandel soalnya"

School 3000 (TERBIT) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang