Black Sakura ◎ 3

1K 202 23
                                    

Sunoo memposisikan dirinya tidur disamping Jungwon, merelakan tangannya untuk menjadi bantal gadis itu. Mulai menepuk bahunya, ini pasti berat bagi gadis itu.

Sudahlah dia tak pernah bisa pulang, kemudian mendapatkan berita yang hanya dia baru diberi tau.

"Keluarga gue hancur banget ya Sun" Begitu ucapnya, nada sedih dan tangis yang sudah berlarut.

"Gue juga, lo ga sendiri"

Victory!

Sunoo melirik Heeseung yang ada diambang pintu, ni bocah emang ga liat gimana sahabatnya lagi sedih. Malah lanjut mabar, mana kedengeran lagi suara Sunghoon.

"Gue temenin ya besok ketemu mereka, maybe gue diluar aja nunggu lo"

Jungwon semakin memeluk erat Sunoo. "Makasih Sun"

Sunoo menarik tangannya, memberikan bantal untuk Jungwon. Masih berada di sampingnya, mengusap alis tegas itu sampai sang empu tertidur. Maka saat Jungwon benar-benar terlelap, Sunoo dengan sangat pelan turun dari kasur itu. Sigap menjewer telinga Heeseung membawa pria itu keluar.

"Lu apa sih Sun!" Sunoo buru buru membekap mulut itu.

"Pelanan Hee, lo ga liat situasi apa"

"Ya maaf"

"Udah berhenti main gamenya, lu ga belajar ya tadi"

"Tau aja lo"

Sunoo menggeleng kesal, dia mau tidur aja deh meski masih jam 9. Dia cape banget, mana belum makan. "Dah lu juga tidur, berhenti main jangan ajakin pacar gue begadang"

"Siap!"

Heeseung memastikan Sunoo memasuki kamarnya, dia sengaja si membiarkan Sunoo mengoceh biar di dengar Sunghoon di seberang sana.

"Galak bet" Komentar Sunghoon.

"Gue mulu yang dimarahin Hoon astaga, udahan aja yap. Gue mau nelpon Jaeyun"

"Yoi"

Heeseung segera mencari nama yang dia udah kasih emot lope, menunggu vidcall nya terjawab. Ga lama muncul seorang gadis dengan kacamata serta buku ditangannya.

"Rajin bener"

"Sunoo bilang kamu ga belajar ya"

Mampus, cepu anjir. "Hehe ini mau belajar, bareng ya" Heeseung memasuki kamarnya, duduk di meja belajar. Meletakkan ponselnya agar pas dengan posisinya, mulai mencari buku paling ringan yaitu Bahasa Inggris.

Ga ada yang perlu dipelajari dengan serius, itu hanya alibi. Niat Heeseung mah mau liatin Jaeyun, memperhatikan gadis itu yang sibuk menulis. Kamar gelap dengan satu-satunya penerangan dari meja belajar, Jaeyun cantik dengan cahaya kuning itu.

Sementara di kamar lain ada ponsel yang masih menyala beserta sosok diam di layarnya, menatap wajah damai gadis itu yang sudah terlelap.

Sunghoon tersenyum, gadisnya tampak sangat lelah. Wajah damai itu mengiringi malamnya.

"Malah turu"

***

(

Sebagian cerita di hapus demi kepentingan penerbitan)

***


Pagi hari bukannya disuguhin sama sapaan pagi yang hangat, malah langsung dikasih suasana panas dalam meja makan yang berisi Daddy, Mommy, Mizu dengan wajah bodoamat nya, dan Jay yang harus menahan rasa tidak enak pada Kakaknya.

"Lihat adik kamu, tiap hari ke perpus. Belajar dan ada hasil yang bikin Daddy bangga. Tolonglah Mizu, lakukan apa yang seperti adikmu lakukan. Tolong bikin Daddy bangga"

Mizu selesai mengikat tali sepatunya, meraih sandwich dan mengecup Mommynya. Menarik Jay untuk berangkat sekolah bersama, menghadapi Daddy nya. "Seenggaknya aku ga bikin Daddy malu" Kemudian berlalu.

"Apa?! Mizu!"

"Dad, sudah" Mommy mengusap lengan suaminya agar tenang, bukan hal tabu kalau pagi pagi sudah seperti ini. Bahkan Mommy hampir muak.

Jay menghentikan langkah keduanya, meraih tangan Mizu dan menunduk malu. "Kak maaf"

Mizu tak peduli dengan dirinya yang dikatai atau apapun oleh Daddy, tapi jika Jay seperti ini dia juga tak akan tinggal diam. Jay juga sakit seperti nya, anak bungsu itu takut melukai hati Kakaknya yang sudah ditempeli banyak hansaplast.

"Its ok Jay, Kakak gapapa" Menepuk pucuk kepala Jay.

"Kakak makanya ayo belajar bareng Jay, biar ga dimarahin Daddy lagi" Jay sudah tak kuasa lagi mendengar hal mengerikan yang keluar dari mulut Daddy untuk Mizu.

Mizu tertawa, memeluk Jay. "Andai lo tau Jay, yang kenalin musik sama gue itu siapa. Suatu saat lo harus tau siapa yang buat gue begitu serius sama musik"

"Jay ga enak kalau Daddy terus bandingin kita"

"Sans ae, udah kita fokus aja sama apa yang pingin kita fokusin. Gue masih bisa bertahan Jay"

Pelukan itu merenggang, Mizu tersenyum menyeka air mata itu sesegera mungkin sebelum menyentuh pipi manis adiknya.

***


    

(Sebagian cerita di hapus demi kepentingan penerbitan)

 

Lampu sudah hijau, tapi pipi Jaeyun masih merah.

***


"Wah ini gimana kita mau ujian dong"
"Siapa nih pelakunya?"
"Lapor guru ayok"
"Eh jangan dulu, jangan bikin jantungan pagi pagi"
"Lapor Cura weh, wah asu banget yang lakuin ini"

Heeseung menghentikan langkahnya saat Jaeyun juga seakan terpaku pada sesuatu, merangkul gadis itu. "Kenapa sayang?"

"Itu—" Jaeyun menunjuk kerumunan para murid. "Kita samperin Hee"

Keduanya berjalan mendekat, para murid langsung membelah barisan saat salah satu anggota Cura itu mendekati mereka. Terkejut melihat apa yang terjadi, Jaeyun meraih sampul dari lembaran ujian kenaikan kelas. Hanya sampulnya dan sesuatu yang telah terbakar di dekatnya.

Jay dan Jungwon ada disana, Jungwon meneliti hal tersebut. "Jangan bilang yang kebakaran dan udah jadi abu ini lembaran ujian kenaikan kelas"

Sunoo melipat tangannya di dada, Sunghoon menenggerkan tangannya di bahu gadis itu. Sunoo ingat kemarin dia juga pulang terakhir dari kelas malam, tapi tak ada tanda tanda orang membakar sesuatu.

Dan ini ada di dekat gerbang sekolah, itu artinya malam tadi orang itu menunggu sekolah benar-benar sepi.

"Sun liat deh" Panggil Jungwon, dia menunjukan pos satpam yang terkunci.

"Semalam satpam lagi ga jaga, pulang kampung orangnya" Sahut Yeon menegaskan, dia juga cukup terkejut.

Heeseung memperhatikan lebih teliti gerbang sekolah, dia menemukan jejak kaki di besi hitam gerbang itu. "Hoon, lo coba foto bagian ini"

Sunghoon yang selalu membawa kameranya siap untuk memfoto, hmm kasus baru lagi.

***



School 3000 (TERBIT) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang