[22] Malam Yang Dingin

107 29 0
                                    

Warning!
For Readers! Untuk Vote, Comment, and Follow sebelum melanjutkan membaca (⌐■-■).
See you In the next chapter!

Lelaki dengan hanbok merah nya masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelaki dengan hanbok merah nya masuk.

Wajah tegasnya, dengan mata dingin itu menatap Jungwon yang terus kasar kepada para pelayan.

Terlihat jelas itu adalah pakaian para menteri tua yang sudah berjabatan tinggi.

Janggut putih nya, dan mata tajam itu terlihat jelas dia adalah kepala keluarga.

Tanpa angkat bicara, dia langsung menutup pintu.

Jungwon yang masih kesal, menatap ke sumber suara.

Lelaki itu mendekati anaknya, sambil berkata.

"Aku tidak perduli dengan urusanmu"

"Tapi seharusnya kau menjaga nama baikku" ucapnya, yang mengeluarkan hawa dingin.

Ketika lelaki tua itu sudah berjalan masuk, Jungwon kembali memegang rotan.

Dia yang hendak memukul kepala si pelayan, menghentikan niatnya.

"Ampuni hamba tuan, hamba masih memiliki seorang anak"

Dia memukul tanah itu dengan kasar, membuat beberapa luka baret di tangan nya.

Lalu kembali mencekik pelayannya itu.

"Apakah kau fikir aku perduli?" Ucapnya, dengan senyum gila.

Terlihat dia sedikit merapikan pakaiannya.

"Pelayan! Aku ingin pelayan sialan ini dikurung" ucapnya, sambil menatap pelayan tak berdosa itu.

Pelayan itu meronta untuk meminta maaf.

"Sumur tempat biasa penghukuman"

Sumur yang dimaksud adalah sumur tak berguna di belakang rumah.

Air nya seleher orang dewasa, jika dia pingsan atau tertidur.

Jelas lelaki itu akan mati keesokan harinya.
°°°

Sialan lelaki tadi membuat ku merinding setengah mati.

Auranya terasa berbeda dari sebelumnya, aku seharusnya menjauh darinya.

Gadis itu yang sedikit ketakutan pun segera kembali kepara dayang.

Seseorang berjalan pelan dibelakangnya.

Aku merasakan jelas, bahwa lelaki itu terus mengikuti ku.

Apakah Jungwon masih mengikuti ku?

Apakah dia kesal atas perkataan ku tadi?

"Ah... Maaf" ucapku, terkejut.

Karena pria sialan itu langsung memegang pundak ku.

Queen Of The HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang