_04_ Speaker

189 36 200
                                    

Kamu tidak perlu menjadi orang lain agar terlihat hebat. Tetaplah jadi diri sendiri, karena dimana-mana dokumen asli yang lebih berharga daripada potokopian.

"Punten, Bu, yang punya motor ini mana ya?" Selepas orang tuanya pulang, Shaneen langsung bergegas buat mandi dan langsung otw ke sini, kosannya mas crush itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Punten, Bu, yang punya motor ini mana ya?" Selepas orang tuanya pulang, Shaneen langsung bergegas buat mandi dan langsung otw ke sini, kosannya mas crush itu.

Sesampainya di sini, Shaneen kebingungan sendiri mencari letak kamar cowo itu. Karena di depannya saat ini ada dua bangunan kembar bertingkat dua saling berhadapan dan setiap bangunan masing-masing mempunyai 8 kamar yang di sediakan. Mau di ketuk satu-satu Shaneen kan malu di pikir dia cewe apaan gitu yang masuk ke kosan yang penghuninya khusus cowo-cowo.

Untung saja di depan bangunan berwarna abu-abu ini terdapat tanah yang di buat untuk parkir khusus penghuni kos yang dimana di area parkir itu Shaneen familiar dengan salah satu motor yang ada di sini, yakni motor benellu motobi 200.

Ibu kos yang di tanyai Shaneen itu mengerutkan kening memikirkan siapa pemilik motor itu. "Kalo namanya ibu lupa, neng, tapi teh tadi pagi ibu liat dia udah pergi jalan kaki," jawabnya dengan campuran aksen sunda.

"Kemana, Bu?"

"Biasa ke kampus, punten kalo ibu salah ya neng."

"Kampusnya dimana, Bu?"

Ibu itu menunjukkan tangannya ke arah timur. "Itu neng, henteu jauh ti dieu,"

Shaneen mengikuti arah tunjuk ibu sembari merolling eyes, berfikir sejenak. "Maksud ibu di... Universitas Micin?"

Ibu mengerutkan keningnya.

"Universitas Mitra City Nirwana, maksud saya, bu, Maaf, bikin bingung, hehe," ralat Shaneen cengir.

Ibu menganguk baru paham. "Nah betul iya disitu!" ia menjetikkan jarinya dan tersenyum puas.

"O yaudah makasih, bu."

"Sami-sami neng geulis."

•••

"Bisa gak sih nyet lo tuh sehari aja gausah pasang muka sangar songong atau jutek gini? Bosen banget gue liatnya! Picek gue lama-lama liat pemandangan kaya gini terus!" Protes Abay yang bernama lengkap Bayu Mahardika—begitu Jean baru duduk bergabung di kafetaria kampus mereka dengan ekspresi andalannya seperti apa yang di sebutkan Abay barusan.

"Gak bisa. Udah kane gua kaya gini," Jean asal jawab sambil mengaduk ice americano dengan gusar.

"Pala lu kane!" Kesal Abay sembari menyuap nasi uduknya. "Kane buat di gorok," lanjutnya.

"Au dah."

Abay hanya menatap sinis Jean. Dia jadi teringat pertemuannya dulu saat mereka masih jadi maba.

CrushineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang