_51_ Ijasah atau ijabsah?

255 28 130
                                    

Gadis itu membuka pintu studio dengan hatinya yang berusaha ia kuatkan pun dengan airmata yang ia perjuangkan agar tidak jatuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu membuka pintu studio dengan hatinya yang berusaha ia kuatkan pun dengan airmata yang ia perjuangkan agar tidak jatuh.

Pintu putih itu terbuka, dan seketika itu, keterkejutan Shaneen pun sempurna.

Bahwa ruangan ini tidak ada orang yang ada di pikirannya.

"Ada yang bisa gue bantu?" tanya mahasiswa yang bertanggung jawab pada ruangan ini, mendekat ke Shaneen yang berada di depan pintu.

"Dia mana?" tanya Shaneen sembari memendarkan pandangannya ke segala sudut.

"Dia?"

"Tadi ada yang ngomong lewat speaker ini kan? Nyebutin nama Shaneen, itu nama gue, bahkan tadi dia nyebutin NIM gue," kata Shaneen dengan tatapan yang meyakinkan.

Mahasiswa itu menggeleng lemah, "sori, gue dari tadi disini, dan gak ada seorang pun yang masuk kesini, atau ngomong kaya yang lo sebutin tadi," jawabnya.

"Gak mungkin," Shaneen menyangkal. "Jelas-jelas tadi ada yang manggil gue, bahkan nyebutin warna baju yang gue pake, semua orang juga denger tadi di bawah," ucap Shaneen lagi dengan intonasi yang sedikit naik, kedua matanya memerah karena dadanya yang terasa sesak.

Mahasiswa itu memandang kedua temannya yang duduk di dekat mesin sembari memperhatikan mereka, lantas keduanya menggeleng, menjawab pertanyaan yang di isyaratkan cowo yang di dekat Shaneen ini.

"Gak ada, dari tadi cuma kami bertiga," jawab mahasiswa itu, "lo gak papa?" tanyanya lagi dengan sedikit hati-hati.

Shaneen membuang nafas dengan berat lalu mengangguk satu kali. Ia pun pergi meninggalkan ruangan ini.

Seperti biasa, jika Shaneen sedang kacau, sulit konsen, bahkan kehilangan fokusnya, maka ia akan berlari menuju lapangan basket yang letaknya tepat di sebelah aula utama. Tentunya saat ini hanya ada dirinya seorang.

Shaneen membenturkan lututnya di lantai. Airmata yang tadi merangsek di pelupuk mata kini terbebas menyapa dunia.

Lagi lagi, sudah keberapa kalinya Shaneen di tipudaya oleh harapannya yang bahkan hanya muncul begitu kecil. Bahkan kali ini ia berhalusinasi sendiri, sampai orang-orang mengira dia sedang terganggu.

Apa segitu kacaunya dia selama ini sampai-sampai halusinasinya terasa begitu nyata? Apa selama ini hatinya masih belum menerima keputusan yang di sepakati oleh mereka beberapa bulan yang lalu? Lalu jika begitu, berarti selama ini Shaneen menjalani hari-harinya dengan pura-pura bahagia? Apa selama ini Shaneen sudah membohongi dirinya sendiri? Dan jika benar, apa alasan Shaneen yang tidak mengizinkan beberapa orang yang ingin dekat dengannya bukan karena sedang tidak ingin memiliki kekasih namun ternyata ...

... Hatinya yang belum membukakan pintu masuk untuk orang lain, karena masih ada pemilik yang lama menempatinya ...

Atau Shaneen belum menyadari jika pemilik hatinya yang lama telah membuang kunci segala pintu, sehingga Shaneen tidak mampu membuka yang manapun agar tamu yang lain bisa masuk.

CrushineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang