_49_ kita yang selanjutnya

118 25 70
                                    

Tuhan, atur saja bagaimana baiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuhan, atur saja bagaimana baiknya. Melihat apa yang saya harapkan selalu gagal, mulai sekarang saya sudah pasrah. Hanya saja saya minta bantu kuatkan mental dan fisik untuk menanggung semua beban di pundak ini.
____

Buliran itu terus bergulir menemani relung hatinya yang sedang merintih.

Shaneen menyenderkan bagian dahi kanan kepalanya pada kaca jendela bus yang ia tumpangi. Tidak lagi mempedulikan tatapan orang dari dalam maupun luar bus.

Pokoknya Shaneen mau nangis. Tanpa ada yang ngeganggu. Keluarin nyeri dan pedih yang menguyel-nguyel hatinya.

Lemah.

Cuma karena tatapan Jean ke dia tadi bisa bikin lautannya terbelah.

Tatapan asing itu. Shaneen ingat betul dan langsung tertancap di tempurungnya.

Tes.

Tatapan yang seolah mereka hanyalah dua orang yang gak pernah ketemu sebelumnya.

Ini terlalu menyedihkan untuk mereka yang sudah pernah seindetik payung dan hujannya. Atau sudah pernah selengket slime ke rambut.

Tes.

Tiba-tiba asing.

Tiba-tiba tak saling mengenal.

Tiba-tiba canggung.

Tidak pernah di duga. Apalagi di prediksi.

Tes.

Samuderanya yang sedang menyelimuti bumi itu terus menitik.

Rintiknya perlahan namun acap kali terjun tanpa izin.

Untungnya, ada seseorang yang peka.

Cowo yang duduk di sebelahnya itu memberikan selembar tisu ke arah dagunya.

Shaneen menerima tisu itu dan langsung mengusapkannya pada area yang sudah banjir tanpa melihat siapa yang mengasih.

Setelah agak tenang, "makasih," ucapnya sambil tatap orang itu.

Ya Allah.., rintih Shaneen kemudian.

Jean cuma senyum ke Shaneen.

"Ngikutin gue?"

"Kayanya."

"Kenapa?"

"Khawatir," jawab Jean sambil simpan lagi bungkusan tisu buseo serebuan itu warna ungu janda ke saku celana.

Shaneen tersenyum masam.

"Lo liat gua langsung nangis, gua ada salah?" tanya Jean dengan sorot sedikit khawatir.

Shaneen terdiam seraya bernafas ringan.

Membiarkan airmatanya mengering di terpa angin karena jendela bus yang baru ia geser untuk menghirup udara yang sebenarnya sudah terkontaminasi dengan debu.

CrushineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang