Ketika Tuhan ingin menjelaskan makna dan arti dari sebuah kehidupan,
Dia menciptkanmu.•••
"Okey guys!! Sekarang kita sudah memasuki final lap!! Daan seperti yang kita lihat Jayendra Kahfi sang penakluk dan dewa dalam bidang balap-membalap tikung-menikung terkecuali menikung teman sendiri masih memimpin di posisi pertama meninggalkan Kenzo Arnawama sang penguasa lapangan" sang komentator berkoar-koar dengan segala kalimatnya mengiringi perjalanan para pembalap yang tengah melaju di lapangan sana."Yapp!! Mereka sama-sama telah melewati R duabelas dan itu artinya bendera hitam putih akan segera di kibarkan dan hmm siapakah yang akan mencapai one position di bulan ini? Mari kita lihat sama-sama." melalui layar besar yang memperlihatkan 3 motor yang lagi berlomba-lomba ingin memimpin pertandingan, mereka menyaksikan dengan mata yang tak pernah berpaling sedikitpun pula tatapan penuh antusias.
"Wooh princess kita; Yasmine sudah mengangkat bendera hitam putih dengan semangatnya yang membara—and nooooowwwww—" ketegangan dan keriuhan dari sorakan penonton terlebih lagi komentator yang heboh banget itu menggema di tanah nan lapang ini. Masing-masing mereka sudah sangat siap untuk meneriakan gejolak yang tertimbun di dada ketika salah satu dari pembalap sediiikit lagi menyentuh garis finish.
Sampai akhirnya—
"WOOAAAA JAYENDRA KAHFI MENEMPATI DI POSISI PERTAMA PEMIRSA!! DI SUSUL YANG TERBAIK KEDUA KENZO ARNAWAMA DAN TERBAIK KETIGA ARSEN MAHADEVAN!! WOOWW SELAMAT UNTUK JAWARA KITA YANG TAK PERNAH MEMBERI PELUANG UNTUK YANG LAIN MEREBUT PIALA NOMER SATUNYA!!!"
Sorakan riuh langsung bergemuruh memenuhi di senja kala ini begitu jagoan mereka memenangkan pertandingan dengan skill yang sempurna.
Jean—panggilannya—menjauh dari kerumunan selepas melepas helm dan menyerahkan motor yang ia pakai tadi untuk tanding balap dengan sang pemiliknya yang merupakan temannya sendiri, Rain.
"Je, ini uang buat lo karena udah menangin pertandingan dan ngalahin Kenzo si kutu kupret itu," Arsen memberikan amplop cokelat cukup tebal ke telapak tangan Jean—Setelah pihak penyelenggara meminta tolong ke Arsen untuk memberikannya ke Jean.
Jean mengembalikan amplop itu ke tangan Arsen tanpa ragu. "Gue gak perlu ini. Gue balapan bukan buat nyari uang apalagi mau ngalahin Kenzo," lugasnya sambil memakai jaket denim dan naik ke motor pribadinya, Benelli motobi 200.
Arsen menyerahkan lagi amplop itu ke Jean. "Seenggaknya buat biaya ngobatin luka lo," dengan tatapan setengah khawatir. Jika bukan dia, siapa lagi yang khawatirin Jean? Bahkan sang pemilik lukanya pun tidak mengkhawatirkan dirinya sendiri.
Jean menaikkan standart motornya dan bersiap akan pulang. "Gak perlu di obatin entar juga sembuh sendiri," acuhnya dengan nada dingin khasnya.
Arsen menghela nafas lelah saat temannya ini selalu menggunakan kalimat yang sama untuk menjawab semua perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crushine
Fiksi PenggemarFIKSI BTS LOKAL | Jayendra Kahfi | Shaneen Amalthea. ••• "Lo harus bersinar dengan cara lo sendiri, bukan dengan cara yang mereka mau." ••• Shaneen ada kok cita-cita. Tapi dia masih abu-abu dan belum yakin dengan cita-citanya sendiri, selama ini ia...