_47_ Hadir sebuah Jarak

98 23 58
                                    

"Selamat pagi, Jayendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi, Jayendra." dokter Ayu menyapa seraya mengusap lembut lengan Jean yang terbalut dengan infus.

Jean merespon seadanya dengan deheman singkat dan angkat kening.

"Gimana, udah mendingan, masih nyeri gak kepalanya?"

"Sedikit," kata Jean seraya menyentuh bagian belakang kepalanya dimana nyeri itu bersumber.

"Itu karena efek benturan di kepala kamu yang cukup keras, tapi, suster sudah memberikan obat pereda nyerinya," jelas dokter dengan tenang dan ramah.

Jean mengangguk.

"Boleh saya tanya?" kata dokter ingin memulai tujuannya dateng kesini setelah tadi malam suster melaporkan keadaan Jean.

Jean mengerjap pelan lalu mengangguk sedikit karena jujur kepalanya masih sakit jika terlalu banyak bergerak.

"Nama kamu?" dokter itu sudah siap dengan pulpen dan paperboard yang ada di tangannya.

"Jayendra Kahfi." aman, Jean masih mengingat nama panjangnya.

"Umur?"

"Sembilan belas, mau dua puluh."

Dokter Ayu menghentikan tulisannya dan menatap Jean dengan pandangan yang sulit di artikan. "Okey, sekarang kita di tahun berapa?" tanyanya kemudian.

"Dua ribu dua puluh."

Dokter Ayu menarik nafas dalam.

Praduganya ternyata benar.

🍂🍂🍂


"Apa sebelum ini Jean pernah mengalami kecelakaan atau kepalanya pernah terbentur cukup keras?" tanya dokter Ayu yang sedang berhadapan langsung dengan orang tua Jean di ruangannya.

Ibu Fatma yang tak lepas menggenggam lengan suaminya itu pun mengangguk mengiyakan. "Kurang lebih dua tahun yang lalu anak saya kecelakaan dok, dan kata dokter sebelumnya kepalanya mengalami trauma yang serius."

Dokter Ayu terlihat menghela nafas panjang lagi berat. Hal itu membuat orang tua Jean dan Shaneen yang duduk di sofa yang sama dengan mereka semakin gugup tidak karuan.

"Itu sebabnya. Jayendra mengalami Amnesia retrograde. Dia mengalami kemunduran dua tahun. Ingatannya terjabak di tahun duaribu duapuluh."

Bagai di pukul dengan besi berpuluhan ton beratnya, sesak itu langsung merambat ke bagian dada menyumbat oksigen yang ingin masuk ke paru-paru. Hingga airmata pun terjun bebas membahasakan hati yang sedang di liputi awan kegelapan.

Ibu Fatma langsung jatuh lesu kepelukan suaminya, sementara Shaneen menggigit bibir dalamnya guna tak mengeluarkan suara tangis yang bisa menganggu.

Meski prihatin dan tidak tega, Dokter muda itu pun kembali melanjutkan penjelasannya yang harus di dengar oleh orang terdekat pasiennya. "Trauma dari kecelakaan ini telah memundurkan ingatannya ke kecelakaan sebelumnya."

CrushineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang