"Neen."
"Shaneen?"
"Woy Shaneen!!"
"Eh hah apa? iya? Kenapa Mbak?" Kaget Shaneen.
Mbak Fe memutar bola matanya dengan lelah seraya mendengus kasar. "Kenapa sih lo ngelamun mulu dari kemaren?" tanyanya setengah gemas.
Iya, udah dua hari ini Shaneen beberapa kali duduk dengan tatapan yang kosong.
Shaneen menggeleng lemah.
Atau lebih tepatnya, menggeleng dengan ragu-ragu karena ada sesuatu yang sedang ia pertimbangkan.
"Cerita aja, jangan di pendem," ucap Mbak Fe sambil menghitung data pemasukan-pengeluaran hari ini dari komputer yang ada di depannya.
Sebenarnya ini tugas Shaneen, tapi Shaneennya lagi gak bisa di ajak buat konsen, jadi perempuan 25 tahun itu yang menghandel.
"Kak.." cicit Shaneen, sembari menggigit ujung bibirnya.
"Hmmm?" Mbak Fe hanya merespon dengan deheman dan mata yang masih fokus pada layar itu.
Shaneen menarik nafas sejenak baru mengutarakan isi pikirannya. "Kenapa ya, kok Maz Je gak kaya biasanya?" tanyanya dengan tatapan polos.
Mbak Fe menoleh dengan tatapan tanya. "Maksud?" lalu kembali lagi mengotak-atik keyboard.
Shaneen menatap tempat biasa Jean duduk, yaitu di dekat pembatas dinding kaca, yang kini kosong dan hanya sisa 2 lampu yang di nyalakan karena kafe sudah tutup, "Biasakan kalo kesini salalu nyariin gue, yang ngelayanin harus gue, terus di azab gak jelas dengan duduk di sebelah dia cuman buat liatin dia makan-makan, tapi sekarang?"
Shaneen sedikit heran dengan perubahan sikap Jean dalam 1 minggu ini, jika di ingat-ingat, Jean yang menjadi gak semenyebalkan seperti sebelumnya sejak mereka pulang dari Orchid House beberapa waktu yang lalu.
Shaneen memanyunkan bibirnya sembari berpikir, apa karena kelakuannya pas gak sengaja mabuk itu ada membuat hati Jean tersinggung? Atau sakit hati? Atau, apasih? Shaneen bener-bener gak bisa mengingat apa aja yang dia katakan atau lakukan pas mabuk kemaren.
Di tanyain kenapa juga Jeannya gak jawab. Cuma diam kaya gak denger.
Makin overthinking lah si Shaneen.
Dia takut salah.
Dia takut nyakitin hati Jean.
Karena ayahnya selalu berpesan untuk jangan pernah memberi luka ke seseorang pun.
Dan Shaneen gak bisa tenang dengan kekalutan yang menyelimuti batinnya ini.
Mbak Fe mematikan layar komputer itu begitu selesai dengan pekerjaannya. "Oh ya? tapi.. emang kaya gitu kan mau lo? Bagus dong berarti, gak bikin beban, dan terutama gue gak eneg denger lo ngomel tiap hari," ungkapnya justru senang. "Sekarang masalahnya dimana?" kernyitnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crushine
FanfictionFIKSI BTS LOKAL | Jayendra Kahfi | Shaneen Amalthea. ••• "Lo harus bersinar dengan cara lo sendiri, bukan dengan cara yang mereka mau." ••• Shaneen ada kok cita-cita. Tapi dia masih abu-abu dan belum yakin dengan cita-citanya sendiri, selama ini ia...