Nona, tolong kerja samanya, ya?
Sebab kau sudah di kenal oleh Ibuku."Asli. Bu Duma baik banget, selain tipe dosen yang santai, dia juga lumayan jarang ngasih tugas. Gak heran kalo dia favoritnya anak-anak yang lain," ucap Salsa sembari tersenyum di tutup dengan menyeruput Es Teh yaitu kafe yang lagi hits di dekat kampus mereka.
Ya, ada Jean yang duduk di depannya. Tapi, hanya jasadnya, karena sedari Salsa berceloteh banyak hal, cowo itu hanya merespon seadanya, gak jarang juga kedapatan menatap kosong ke gelas yang airnya belum di minum sama sekali, padahal sudah 32 menit mereka berada di sini.
"Kalo bisa milih Bu Duma aja jadi dosen gue tiap hari. Btw, Besok lo ada kelasnya Bu Duma kan? Boleh gak sih gue bolos dari kelas gue ke kelas lo?" canda Salsa yang sedari tadi hanya dia yang berbicara.
Jean mengedip sadar ketika tangannya di tusuk lembut oleh Salsa pake jari telunjuknya. "A-ah? Iya, apaansi, gak ada bolos kelas. Gak boleh, Sa," responnya di sertai meloloskan kekehan paksa. Dalam hatinya bersyukur, di kalimat-kalimat terakhir telinganya ini dengan lamat-lamat menangkap apa yang Salsa bahas.
"Oiya, gue bodoh banget si, masa lapor sama tangan kanannya Pak Darma. Entar gue di undang ke ruang 'khusus'"
"Enggak gitu kali, tugas gue cuma mantau anak-anak tiap hari jumat, selebihnya, gue gak ngurusin," tangkal Jean sembari mengaduk-aduk minumannya setengah minat.
"Gimana sama mereka?"
"Siapa? Apanya?"
"Korban tiap hari jumat. Lo masih sering dapat teror?" cicit Salsa.
Jean menghela nafas pelan namun panjang. Perihal teror meneror memang Jean pernah cerita ke Salsa, dan cewe itu jelas marah atas tindakan yang mereka lakukan ke Jean. Dan sialnya teror itu masih ada meski tak sebanyak dan sengeri waktu Jean masih awal-awal dapat mandat tersebut.
"Sebelum ngebahas pertanyaan lo, gue mau koreksi dikit dari omongan lo barusan."
Salsa melipat kedua tangannya di atas meja, kepalanya ia miringkan pertanda menunggu kalimat Jean selanjutnya dengan serius.
Jean meneguk minumannya. "Tadi lo sebut mereka sebagai korban, Padahal mereka pelaku, yang dikasih sangsi karena perbuatan mereka sendiri," terang Jean mengoreksi.
Salsa melipat kedua bibirnya ke dalam. Satu sisi sedikit malu, tapi di sisi lain, dia makin tergila-gila sama Jean yang ngejelasin tadi pake karisma yang begitu mengesankan di retinanya. Ah, memang sih, apapun yang di lakukan cowo itu selalu berkesan di mata dan menyimpan kagum di hati.
"Iya iya, salah banget gue ngomong kaya gitu. Hehe," Salsa nyengir malu merasa bersalah.
"Terus mereka masih neror lo?" Salsa mengulang pertanyaan yang kedua dengan tatapan perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crushine
FanfictionFIKSI BTS LOKAL | Jayendra Kahfi | Shaneen Amalthea. ••• "Lo harus bersinar dengan cara lo sendiri, bukan dengan cara yang mereka mau." ••• Shaneen ada kok cita-cita. Tapi dia masih abu-abu dan belum yakin dengan cita-citanya sendiri, selama ini ia...