_10_ Tugas baru

124 28 25
                                    

"Kau bunga,
Dan saya Tamannya.”
Begitu tuturmu.

Tersenyumlah aku.

Hingga di waktu berikutnya,
Aku merenungkan lagi,

Lalu senyum itu tenggelam di depan senja yang ku pandang.

Wahai bodohnya aku.

“Tapi ternyata;

Aku bukanlah bunga satu-satunya yang ada di tamanmu, Tuan.”

"Nah kan! Gua udah duga kaya gini sih, cewe satu ini beda sama fans-fans lo pada umumnya," komentar Abay menggebu-gebu saat Jean baru menceritakan kejadian semalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nah kan! Gua udah duga kaya gini sih, cewe satu ini beda sama fans-fans lo pada umumnya," komentar Abay menggebu-gebu saat Jean baru menceritakan kejadian semalam.

Saat ini mereka lagi nongkrong di warung belakang tembok kampus yang sudah lumrah jadi markas bagi bujangan berjakun FSRD disini.

Gak terkecuali Abay dan Jean.

Jean menuang kopi hitam bikinan Kang Opi ke piring kecil lalu menghirupnya di pinggiran bibir piring itu. "Tau dari mana lu?" Mungkin Jean ini lupa kalo temannya satu itu sangat suka membaca karakter orang lewat wajahnya.

Abay menyelipkan sebatang Sampoerna mentol di kedua bilah labiumnya lalu membakarnya dengan pematik yang selalu terselip di saku jeansnya. Selepas nenghembuskan asap dari hidungnya, Abay kembali berpendapat, "Coba lo pikir deh, cewe lain udah pasti ngambek dan pergi tanpa di suruh pas dia di hadapin sama sikap lo yang panas dingin gaje, tapi Shaneen?" Abay menghitung jarinya, "udah dibentak, dimarahin, diusir, dipelototin, apalagi di bawa atraksi gila kaya kemaren tuh cewek kagak mundur buat ngejar lo—dalam artian ngejar buat minta di bimbing, anjir mantul!" papar Abay yang sesudah berbicara ini ia menghisap rokok lagi lalu menghembuskan asapnya perlahan.

Jean memalingkan wajahnya dari Abay dan menatap pohon cemara yang tumbuh sendirian di belakang tembok kampusnya, pohon yang biasa di panjat anak-anak yang suka coseplay jadi monkey. Kadang gak ngerti juga Jean tuh sama pemikiran manusia, kan masih ada gerbang besar depan kampus, kenapa malah memilih masuk lewat situ?

Kembali ke cerita.

Kalimat Abay itu mengitari isi kepalanya. "Terus?" dan ternyata otaknya masih belum menangkap.
Terbaca dari sorot matanya yang menatap Abay minta jelaskan lebih detail lagi.

"Allahuakbar." Abay mengusap sabar wajahnya.

Kadang Abay bingung, kenapa cowo yang katanya mantan wakil ketua osis di SMA itu tidak mengerti makna dari kalimat sederhananya?

Abay menyentil dikit rokoknya untuk membuang abu yang terbakar itu. "Gini lo, satt, si Shaneen itu mentalnya udah sebelas duabelas sama baja, gitu maksud gue pea," terangnya penuh sabar.

CrushineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang