_43_ Hati nurani

96 23 58
                                        

Tepat di menit ke 23 dengan jarum pendek yang menunjuk ke angka 11, Jean mematikan lampu ruangan yang tadi ia pakai untuk memberi pelajaran tambahan untuk adek tingkatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat di menit ke 23 dengan jarum pendek yang menunjuk ke angka 11, Jean mematikan lampu ruangan yang tadi ia pakai untuk memberi pelajaran tambahan untuk adek tingkatnya.

Keadaan di lobi terasa begitu dingin dan sepi, jelas saja, memangnya siapa yang masih berkeliaran di tengah malam seperti ini? Kecuali makhluk tak kasat mata.

Jean melirik ke ruangan yang tadi di pakai Mikha, sudah sepi dan gelap. Itu artinya temannya itu sudah pulang.

Ia terus menyeret kakinya untuk menapaki tiap keramik yang terpasang di lantai ini.

Ketika menuruni anak tangga lantai dua, telponnya bergetar membuatnya sedikit terjengkat.

Cowo yang sedang memakai tudung hoodie di kepalanya itu pun menyambut dengan kebiasaannya;

"Ha?"

"Maneh teh dimana, Yan?!" suara yang nyaring dan terselip nada ke khawatiran itu mampu membuat telinga Jean berdenging sekilas.

"Apa si, Sen? Biasa aja ngomongnya."

"Gak, Yan, gak bisa biasa aing teh, serius ini lo dimana?"

Walau alisnya bertaut, Jean masih menjawab dengan langkah dan intonasi yang sama-sama santai. "Di kampus. Baru juga mau balik. Kenapa? Ngajak nongkrong? Sorry banget, man, lagi tahap insap. Lagian gue laper berat mau cepet makan di kos."

"Syukur alhamdulillah gustiii!" Arsen langsung merasakan ke legaan yang gak bisa dia ceritakan.

"Kok alhamdulillah? Lo seneng gue lagi kelaparan gini? Asu sia Sen!" rutuk Jean yang kini sudah berjalan di area parkir yang hanya mobilnya yang tersisa sendiri disini.

"Teu kitu maksud aing teh. Moal salah paham, Yan. Nih dengerin baik-baik atuh ya, tadi teh aing denger temennya si kutu kupret ngomong kek gini 'bos barusan nelpon gue, mangsa udah terperangkap dalam sangkar, kita disuruh bantuin ngebantai' kitu Yan. Tapi syukur kalo yang dia maksud bukan maneh. Lega ini gue," papar Arsen sembari mengusap-usap dadanya.

Jean seketika menghentikan langkahnya tepat lima langkah sebelum sampai di mobilnya.

Perasaannya mendadak bener-bener tak enak. Firasatnya buruk. Apalagi setelah Arsen memberi kabar seperti itu.

Kenzo sedang berulah lagi, entah siapa kali ini yang di maksud mangsanya. Jean hanya berdoa semoga korban selamat dari kejahatan dan keburukan perilaku sepupunya itu. Bukannya tidak ingin membantu, tapi Jean sadar, Kenzo sangat membencinya dan jika ia ikut campur, kebencian itu akan semakin tumbuh dan merambat kemana-mana. Ia tidak ingin hubungannya sebagai sepupu dengan Kenzo semakin memburuk.

Tepat ketika Jean menutup pintu mobilnya untuk di buka, jantungnya mendadak berhenti saat kilasan tadi siang melintas di kepalanya.

Saat Jean berpapasan dengan Kenzo di depan toilet, dan laki-laki itu tersenyum miring ke arahnya sembari berucap,

CrushineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang