_44_ Dini hari

120 27 69
                                    

Selama Shaneen hidup, dia selalu percaya wejangan dari ayahnya yang sering beliau utarakan untuk anak-anaknya.

Bahwa tidak ada yang sia-sia menjadi orang baik, apalagi, sampai bermanfaat untuk semua orang.

Shaneen berharap, semua yang dia lakukan semasa berbaur di masyarakat tidak berakhir dengan sia-sia.

Shaneen juga berharap, apa yang ia tanam semoga tumbuh menjadi sesuatu yang harum dan manis.

Sejak kecil, Shaneen memang di kenal sebagai anak yang periang dan penuh semangat, mempunyai senyum yang hangat adalah daya tariknya bagi semua orang.

Bahkan, sebagian dari mereka mengatakan dengan setengah guyon, 'kalo Shaneen gak senyum, siap-siap besok malaikat isrofil niup sangkakalanya'. Iya, sehebat itu mereka mengibaratkan kalo senyum seorang Shaneen lagi absen dari bibirnya.

Waktu berjalan dengan cepat, hingga Shaneen beranjak remaja, ia tidak mempunyai musuh, tapi, segelintir orang ada yang memusuhi keberadaannya. Kasusnya karena iri dengan keceriaan yang selalu gadis itu tampakkan, seperti tidak mempunyai beban hidup padahal masa-masa tersebut sedang rentannya mengenal masalah yang berhubungan dengan kerealistisan hidup.

Baru di detik ini, Shaneen mensyukuri dirinya yang sempat memenuhi beberapa permintaan ayahnya, meski bertentangan dengan hati kecilnya sendiri. Karena Shaneen sadar, tidak tau kapankah lagi bisa membaktikan diri kepada kedua orang yang menjadi alasannya berada di dunia penuh bunga sekaligus duri ini.

Namun, Shaneen bahkan kita semua pun tau bahwa; orang yang baik belum tentu lepas dari masalah.

Orang yang penyayang belum tentu lepas dari pembenci.

Dan orang yang selalu tersenyum belum tentu dalam keadaan yang baik.

Dunia tidak adil.

Itu memang benar.

Karena yang adil hanya Tuhan.

"BNGSATT!!"

Bugh! Bugh!

Telinga Shaneen masih mendengar sayup-sayup suara kerusuhan di atas sana.

"Banci! Pengecut! Setan!"

Bugh bugh bugh!!

Dalam hati kecilnya, Shaneen bersyukur, Tuhan masih memberinya tanda bahwa hari esok masih dimilikinya, walau masih kecil kemungkinan, karena Shaneen merasa tidak mempunyai setitik daya pun lagi untuk bertahan hidup.

Suara itu..

Shaneen tau.

Shaneen bisa merasakan kedatangannya walau tak mampu melihat langsung.

"Urusan kita belum selesai ya Anjing!"

Namun 10 detik kemudian telinganya menuli karena air yang mulai masuk ke salah satu panca indra untuk mendengar itu.

Tubuhnya yang sudah menyatu dengan air itu pun mulai melayang lemah mengikuti gelombang yang semakin mendorongnya untuk terus ke bawah--kebagian yang lebih dalam.

Hidung dan mulutnya mengeluarkan beberapa buliran balon kecil pertanda itu nafas terakhir yang sempat ia simpan--sebelum masuk ke air-- namun sekarang sudah tidak dapat lagi ia pertahankan, akibatnya, dadanya mulai terasa nyeri karena paru-paru sedang kewalahan mencari oksigen.

Semakin jatuh, jatuh, hingga ujung jempolnya mulai menyentuh keramik dasar kolam ini.

Ya Allah... Shaneen serahin sepenuhnya kepadaMu..

Kelopak matanya perlahan saling bertemu seperti bekerjasama untuk menyimpan manik cokelat gelap itu dari kegelapan yang semakin menenggelamkan cerita hidupnya.

CrushineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang