FIKSI BTS LOKAL | Jayendra Kahfi | Shaneen Amalthea.
•••
"Lo harus bersinar dengan cara lo sendiri, bukan dengan cara yang mereka mau."
•••
Shaneen ada kok cita-cita. Tapi dia masih abu-abu dan belum yakin dengan cita-citanya sendiri, selama ini ia...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kita semua sudah mengetahui hal-hal yang lazim terjadi di dunia ini.
Bahwa, setiap pertemuan akan melahirkan perpisahan.
Setiap kesendirian akan menyambut kebersamaan.
Akan ada sebongkah kebahagiaan yang muncul setelah tertimbun oleh kesedihan.
Akan ada keindahan yang tercipta ketika lara yang pernah melanda.
Yang hilang akan di gantikan.
Yang hidup akan di matikan.
Setiap detik yang berlalu sedikit banyak akan membuat kenangan.
Setiap menit yang berjalan akan memberikan kita pelajaran dan pengalaman.
Tidak ada yang sia-sia karena semua sudah terencana.
Tidak ada yang percuma karena semua akan berharga.
Bahagia dan kecewa, suka dan duka akan saling berganti, bukan untuk memperkeruh kehidupan melainkan untuk menghiasinya.
Yang dulu sempat di acuhkan, di kucilkan dan di jauhi, kini telah kembali mendekat, menyambut, dan merangkul kembali.
Setiap bulan, keluarga besar akan mengadakan makan malam bersama di rumah sosok yang mereka hormati, yaitu Iskandar Nirwana, atau lebih di kenal dengan Kakek Nirwana, seseorang kakek yang memiliki 15 cucu dari 3 anak-anaknya, itu jabatannya di dalam keluarga, sementara di luar, Kakek Nirwana adalah pemilik sekaligus ketua yayasan Nirwana yang menaungi berbagai lembaga pendidikan, salah satunya Kampus Micin dimana sebagian cucu-cucunya menimba ilmu jenjang tinggi disana.
Makan malam berlangsung dengan ramai seperti biasa. Yang bapak-bapak membicarakan kerjaan dan keluhan mereka tentang kebutuhan bulanan yang suka naik melejit. Bagian ibu-ibu asyik mengobrol tentang sinetron favorit juga tas bermerk yang baru saja mengeluarkan edisi terbarunya. Para cucu laki-laki membicarakan tugas sekolah dan kuliah serta klub bola kebanggaan mereka, sedangkan cucu perempuan membahas abs bias mereka dan drakor yang baru saja tayang minggu lalu, sisanya hanya bocil-bocil yang di biarkan bermain di ruang tengah.
Melihat anak cucunya bisa berkumpul seperti dulu lagi, Kakek Nirwana tersenyum penuh syukur, meskipun ada seorang yang tidak dapat hadir karena sedang mendekam di penjara atas konsekuensi perbuatan bejatnya sendiri.
"Kahfi mana, Fazri?" tanya kakek yang saat ini duduk di sofa dengan tingkat keempukan yang begitu tinggi, letaknya di dalam ruang keluarga, tepat di depan tv berukuran 50 inci.
Fazri menjeda sejenak obrolannya dengan adek ipar. "Ada, Pah, sebentar." ia lalu berdiri mencari keberadaan anak bungsunya itu.
Setelah lima menit, Kahfi--panggilan khusus untuk Jean--dari kakek--itu pun duduk di sebelah kakeknya. Sementara ayahnya duduk kembali dengan omnya di sofa yang lain, menyambung kembali obrolan mereka yang sempat terjeda.