09. Seblak.
"Bang Al, mau kemana?" Tanya Aila berdiri di anak tangga.
"Nongkrong."
"Pulang jam berapa?"
"Kenapa emang?"
"Aila mau nitip,"
Aldi berdecak, "ck, Enggak."
"Abang, Ayolah! Aila mau makan seblak Mang Ujang yang waktu itu Abang beli buat bang Ashraff!"
"Terus?"
"Titip Ya?" Aila memohon kepada cowok itu, ia turun ke lantai bawah dan memeluk lengan Aldi. "Abang?" Rayunya.
Aldi menghempaskan kasar tangan Aila. "Beli sendiri kan bisa!"
"Lo Udah gede!" Lanjut Aldi.
"Oke," jawab Aila berlari naik Anak tangga menuju lantai atas untuk mengambil maskernya dikamar.
Aldi menghela nafasnya, menunggu hal apa yang akan terjadi selanjutnya karena ulah gadis kecil itu.
"Jangan aneh-aneh," sentak Aldi, melirik setiap gerak gerik Adiknya.
Aila tersenyum, gadis itu mengedarkan pandangannya, mencari salah satu asisten rumah tangganya.
"Mbak Jennie, minjem motor!"
Jennie yang namanya disebut itupun langsung mendatangi Aila, Dan memberikan kunci motornya kepada majikan mudanya itu. "Ini Non!"
"Makasih ya mbak, Aila pinjem sebentar!"
"Iya Non Aila, hati-hati!"
Aila menyuruh satpam membuka pagar, gadis itu mengeluarkan motor Mbak Jennie dari dalam Garasi.
"BANG AL, DAADAHH!" Teriak Aila tersenyum sambil membunyikan klakson motor itu, Aldi menatapnya tajam di ambang pintu.
"Jatuh plis jatuh!" Doa Aldi.
Aila terus tersenyum disepanjang jalan, rambutnya terbang kesana kemari. Aila memutari kompleks, perumahannya.
Aila sangat jarang mengendarai sendiri kendaraan beroda dua ini. Bram dan Ashraff melarangnya keras. Mereka tidak ingin Aila tanpa pengawasan.
Beberapa menit berjalan, Aila merasa aneh dengan jalan yang dilewatinya. Ia seperti sudah melewati jalan ini berulang kali. Aila meminggirkan motornya, sebentar. Cewek itu menelpon Aldi, "Abang! Aila gatau jalan!" Jujurnya.
"Mampus."
"Awas nanti ada orang jahat, atau makhluk halus Gangguin Ala." Goda Aldi.
"Abang" Sentaknya dalam sambungan telepon tersebut.
Aila menoleh menyadari sebuah motor sport melaju kearahnya. Aila melempar senyuman manisnya.
Sedari tadi, Aldi mengikuti gadis itu dari belakang. Saat Aila menelponnya tadi, ia bisa melihat Raut wajah ketakutan adiknya itu dari spion. Ia sempat tertawa sebentar, sebelum akhirnya menghampiri Aila.
"Ikutin Abang, dibelakang!" Suruh Aldi menjalankan motornya dulu, sedangkan Aila mengikuti motor Aldi dibelakang.
"Jangan kebut-kebut," Ucap Aila kepada Aldi, melalui sambungan. Sambungan tersebut belum juga terputus.
"Gua enggak bisa bawa motor jalan kayak keong gitu, lemot!" Jawab Aldi. Aldi memutar kepalanya, menatap motor Mbak Jennie yang digunakan Aila dibelakang.
Sepersekian menit, keduanya sampai di Seblak Mang Sholeh. Aldi dan Aila memberhentikan motornya, Aldi menatap Aila yang berjalan kearahnya.
"Ayo turun, Bang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ASHALA; A3 [END]
JugendliteraturBagaimana Rasanya Memiliki Abang Seorang Psikopat dan Seorang Ketua Gangster? Setiap harinya Bahkan Aila Harus Siap Sedia Mengobati dan membersihkan Luka Luka Ditubuh Abangnya Akibat Berkelahi. Tetapi, Kehadiran Aila itu Justru Membuat Ashraff dan A...