15. Korupsi.
Aldi memberhentikan motornya dihalaman rumah. Aila turun dari motor Aldi dengan cepat ketika menyadari ada keramaian dirumahnya. Ia bingung, apa yang sedang terjadi? Mereka berdua baru saja Pulang dari sekolah.
Aldi menarik tangan Aila dan langsung membawanya kelantai atas.
"BI ASIH MAU KEMANA?"
"MBAK JENNIE ADA APA?"
"PAK BUDI, LHO? MAU DIBAWA KEMANA BARANG-BARANGNYA?"
Aila kaget saat melihat barang dirumahnya sedang diangkut oleh beberapa orang. Aila mengikuti langkah Aldi, ke dalam kamar Bram.
"Apa papa udah pulang, Bang?" Tanya Aila.
Aldi hanya diam, ia tidak menjawab pertanyaan Aila. Cowok itu membuka pintu dan mendapati Ashraff yang sudah menyodorkan sebuah pisau tepat didepan wajah Bram.
"KAMU MAU BUNUH SAYA HAH? TIDAK BISA, SAYA YANG AKAN MEMBUNUH KAMU LEBIH DULU!" Teriak Bram.
Aila melotot, gadis itu melepaskan paksa tangannya dari Aldi. "ABANG ASH! APA-APAAN SIH?!" bentak cewek itu melerai keduanya.
Melihat Aila yang sudah berdiri didepannya, memasang badan untuk melindungi Bram, Ashraff menyembunyikan pisaunya tadi di jaketnya kembali.
"La, dia udah ambil semuanya, La." Lirih Ashraff, menahan Air matanya.
"Dia mengambil nyawa Daddy Abang! Mengambil Mommy dan harta kita! Tapi sekarang semua harta itu hilang," Ashraff tidak dapat lagi menahan tangisnya. Cowok itu terisak.
"GARA-GARA PAPA ALA KORUPSI! DIA MENJAMIN RUMAH INI." Teriak Ashraff menunjuk wajah Bram, urat-urat lehernya terlihat dengan jelas. Bram menepis kasar telunjuk Ashraff yang menunjuknya.
Aldi mendekat, cowok itu mengusap pundak Ashraff, memberikan kekuatan kepada Abangnya. "La, Biarin Abang Bunuh Papa Ala!" Ashraff menatap Aila, suara cowok itu terdengar Parau.
Sebenarnya Ashraff sudah lama menahan Rasa sabarnya. Setiap melihat mata Bram, Ashraff Selalu mempunyai keinginan untuk membunuhnya. namun, ketika melihat Aila, Ashraff tidak tega, ia tidak mau adik perempuannya merasakan perasaan yang sama dengannya dan Aldi.
Kehilangan seorang Pria yang disebut sebagai Ayah.
Aila terdiam, gadis itu menggeleng kuat. Ia sempat shock juga mendengar ini, "Jangan, Bang!"
Aila memeluk tubuh tegap Cowok itu, Ashraff makin terisak. Cowok itu membalas pelukan Aila. Perlahan kepalanya mengangguk, lemah. "Abang Enggak akan bunuh Papa Ala!"
"Pak Bram, Silahkan ikut Kami, jelaskan dipersidangan nanti!" Ucap tiga orang polisi, salah satunya seperti pemimpin diantara mereka.
Aila melepas pelukannya dengan Ashraff. "Sebentar pak, Izinkan saya memeluk Anak saya terlebih dahulu!" Ucap Bram.
Ashraff menahan Aila yang ingin Berhambur Memeluk Bram juga, Ashraff menarik Aila dan menyembunyikannya dibelakang tubuh tegapnya.
"Jangan pernah pegang Aila, karena Anda bukanlah Seorang Papa yang baik untuk adik saya!"
"Ashraff ....," Bram menatap Ashraff, memohon. "Abang, Aila mau peluk Papa!" Rengek Aila.
"Pak, Tolong bawa dia, berikan hukuman seberat-beratnya!" Perintah Ashraff yang mendapat anggukan dari polisi itu, mereka memborgol kedua tangan Bram.
Bram melirik Aila yang memberontak dibelakang tubuh Ashraff, Pria itu berdecak, ia berjalan keluar kamar bersama polisi yang menuntunnya.
"Abang, Aila mohon. Terakhir kalinya ....,"

KAMU SEDANG MEMBACA
ASHALA; A3 [END]
Teen FictionBagaimana Rasanya Memiliki Abang Seorang Psikopat dan Seorang Ketua Gangster? Setiap harinya Bahkan Aila Harus Siap Sedia Mengobati dan membersihkan Luka Luka Ditubuh Abangnya Akibat Berkelahi. Tetapi, Kehadiran Aila itu Justru Membuat Ashraff dan A...