07. A3; Klub Malam

854 100 60
                                    

07. klub Malam.

Disepanjang perjalanan Ke kelas, Ashraff hanya mengobrol bersama Rian. Tentang Dirinya yang membunuh seseorang kemarin, sangat seru dan menyenangkan.

Seharusnya kemarin, Rian ikut. tapi, Ashraff khawatir dengan kekasihnya jika ditinggalkan mereka berdua. Jadinya, Ashraff meninggalkan Rian sebagai pelindung gadis itu sementara saat tidak ada dirinya.

"Lagi baca apa sih, Pacarnya aku? Serius amat." Ashraff terkekeh. Ia menaruh tasnya, cowok itu lalu menarik kursinya mendekat kearah kursi Ghina.

Ashraff sengaja mengambil duduk disamping gadis itu, agar setiap ia bosan dengan pelajaran, Ashraff bisa langsung menoleh memandangi wajah Cantik Ghina.

Ghina tersenyum, ia menatap Ashraff yang juga menatapnya. "Kamu udah pulang?" Tanyanya Histeris.

"Udah, seperti janji aku kemarin."

"Kamu kangen enggak?" Tambah Ashraff tersenyum.

Ghina mengangguk, "kangen."

Ashraff menangkup wajah Ghina, menatapnya sebentar lalu mencium keningnya. "Aku juga pake banget."

"Heh heh, Astaghfirullah Ashraff." Ucap seorang dosen, yang masuk kedalam kelas mereka. Ia menggeleng heran kearah Ashraff.

"Bapak cepet amat datangnya!"

Ashraff tersenyum simpul, cowok itu kembali meluruskan lagi posisi kursinya dengan kursi depan.

"SELAMAT SIANG, BUKA BUKU CATATAN KALIAN."



Satu jam, mengikuti pelajaran. Ashraff menoleh ke kanan dan kirinya, Ghina sedang fokus belajar sedangkan Rian seperti orang sedang kebingungan.

Ashraff berdecak, cowok itu menguap beberapa kali. Semalaman ia tidak tidur, ia begadang menonton bola.

Ashraff mengedarkan pandangannya. merasa aman, cowok itu menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan. Setengah jam tidur Cowok itu baik-baik saja, sampai akhirnya.

"Ashraff kenapa? Tidur?" Tanya Dosen itu kepada Rian. Rian mengangguk, "jangan dibangunin pak, kasihan. Bapak mau dipecat dari kampus ini?"

"Yaudah biarkan saja," ucap dosen lelaki itu. Ia takut juga jabatannya akan hilang hanya karena membangunkan seorang Ashraff.

Ghina yang melihat itu, menepuk-nepuk tangan Ashraff. "Sayang bangun."

Rian menggeleng, menyuruh Ghina untuk tidak membangunkan cowok itu. "Semalaman dia enggak tidur, anjir!"

Iya, Rian mengetahui itu saat mengobrol bersama tadi.

"Tapikan lagi ada kelas, masa tidur. Enggak sopan banget!" Ghina menghela nafasnya, ia kembali fokus lagi pada papan tulis didepan.

Ghina menggenggam tangan kanan lelaki itu, membiarkannya bergelayut di tengah-tengah keduanya. Antara sadar atau tertidur, Ashraff mencium lama punggung tangan kiri Ghina. Ghina tersenyum kecil, bisa-bisanya saat ada kelas Ashraff melakukan seperti ini.

Sedangkan mahasiswi yang melihat itu menatap iri Ghina, Ghina adalah wanita beruntung yang bisa menaklukkan hati pembunuh tampan itu.

"PANAS BANGET MATA GUA!" Ucap seorang mahasiswa yang duduk dibelakang Ashraff, ia melihat bagaimana Ashraff tadi mencium punggung tangan Ghina.

Ghina terkekeh kecil, melihat mahasiswa yang berceloteh. Gadis itu ikut meletakkan kepalanya di mejanya, pandangannya ia arahkan ke Ashraff, menatap lekat wajah kekasihnya.

"Pacarku Cantik," Gumam Ashraff.

Ghina menggeleng heran. Ia menegakkan lagi kepalanya. Entahlah, ia tidak tahu Ashraff beneran tidur atau hanya berpura-pura tertidur.

ASHALA; A3 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang