1. Si Cantik

4.4K 160 1
                                    

Hallo, selamat membaca^-^

****

"Mbak berdiri dulu, saya izin mengukur."

Perempuan di hadapannya menghela nafas kasar. Terlihat sangat terpaksa untuk berdiri seperti apa yang disuruh oleh Tiffani. Walaupun diperlakukan tidak baik oleh pelanggannya yang satu ini, Tiffani berusaha tersenyum dengan tulus.

Tiffani adalah seorang Designer muda yang sudah memiliki butik dimana-mana. Walaupun ia mempunyai karyawan yang lain, kalau waktunya masih senggang ia akan menyempatkan diri untuk membantu pekerjaan karyawannya yang keteteran.

"Lama banget, bisa nggak sih ngukurnya?!" tanya perempuan itu.

Tiffani mundur dua langkah setelah ia selesai mengukur badan perempuan tersebut.

"Mbak ingin mencoba gaun pernikahan yang lain dulu? Siapa tau ada yang cocok dihati Mbak," tawar Tiffani.

"Nggak ada, saya harap gaunnya akan segera jadi."

Tiffani mengangguk. "Kami usahakan, Mbak."

Setelah Tiffani mengatakan kalimat tersebut. Perempuan itu langsung melenggang pergi dengan gaya lenggak-lenggoknya khas seorang model profesional. Tiffani melunturkan senyumnya saat perempuan itu menghilang. Ia duduk di kursi lalu memijit pelipisnya.

Hari ini pelangannya lumayan banyak yang menguras kesabarannya. Tiffani melangkah menuju ruang kerjanya dan melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda tadi. Menggambar pola gaun yang di pesan oleh perempuan tadi. Ia akan berusaha secepat mungkin dan tak lupa memberikan yang terbaik.

Wajah perempuan tadi sangat familiar. Sepertinya Tiffani sempat melihat wajah tersebut di majalah yang ia lihat akhir-akhir ini. 

"Nggak salah lagi, pasti dia model terkenal," gumam Tiffani.

* * *

Jam makan siang yang harusnya menjadi waktu untuk beristirahat dan mengisi perut. Tidak berlaku untuk Tiffani yang sedang fokus menggambar beberapa gaun pesta. Harus sangat teliti, jangan sampai ada ukuran yang salah karena hal itu sangat berakibat fatal nantinya.

"Kembali lah mood!" ujar Tiffani.

Tiffani mengacak rambutnya frustasi. Entah sudah berapa lembar kertas yang ia buang karena tidak sesuai dengan apa yang ia mau. Tiffani benar-benar kehilangan mood nya untuk menggambar. 

Karena tidak ingin membuat mood nya semakin turun jika dipaksakan menggambar. Tiffani keluar dari ruangannya untuk mencari Risna— orang yang sangat ia percaya. 

"Risna," panggil Tiffani.

Risna yang sedang bergurau dengan rekan kerjanya langsung menoleh dan menghampiri Tiffani. 

"Kenapa, Bu?"

"Pekerjaanmu masih banyak?" tanya Tiffani.

"Sedikit lagi selesai Bu. Apa ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya Risna.

Walaupun sudah lama bekerja dengan Tiffani. Risna selalu saja menundukan kepalanya tidak berani menatap mata bos nya. 

"Setelah kamu menyelesaikan makan siangmu, saya tunggu kamu di ruangan saya," ujar Tiffani.

Risna mengangguk. Setelah melihat respon dari Risna, Tiffani melenggang pergi dengan gaya anggunnya. Sepertinya memesan spagheti untuk mengganjal perutnya akan sangat nikmat. Tiffani langsung menghubungi sebuah restoran langganannya.

"Seperti singa!" ujar Tiffani saat tak sengaja menatap rambutnya di layar handphone.

Tiffani sangat berharap kalau Risna dan para karyawan lainnya tidak akan menggunjing rambut berantakan itu. Tiffani sangat jeli dengan urusan kerapian. Makanya para karyawan mengikuti, kalau ada dari mereka yang rambut atau dasinya berantakan pasti akan dilihat Tiffani terus-menerus sampai orang itu sadar.

YOUNG DESIGNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang