●H a p p y R e a d i n g●
✨🕊✨
Cekrek.
Jeje menekannya. Di garis bawahi, Jeje menekan tombolnya.
"BIYAAA!"
Dan kalian tahu bagaimana bentukan mereka disana?
Damara dengan mata membulat, bukannya jelek ia malah jadi makin imut!
Gadis yang dipanggil Jeje---Biya itu, tersenyum lebar hingga matanya menyipit. Senyumannya terlihat sedikit cringe.
Dan untuk Jeje. Dia yang paling jelek. Ekspresi kaget dengan bibir cemberut. Raut mukanya jadi terlihat aneh.
"Bianca Elliana!" ucap Jeje kesal. Gadis itu menatap Biya marah. "Ngapain sih! Suka banget gangguin gue!" gerutu Jeje.
Biya cengegesan. "Ya.. maap atuh!" balasnya seraya menggaruk pipinya yang tak gatal. Kemudian dia berlanjut menatap Damara lekat. "Kakak---yang di supermarket itu bukan sih?" tanyanya ragu-ragu.
Damara menatap balik Biya dengan dahi mengerut. "Kopi kaleng?" Biya mengangguk cepat. "Ah iya! Aku baru sadar," ucap Damara sambil tersenyum kecil.
Biya ternganga. "J-jadi.. aaaa!" gadis itu terpekik senang. "Sayang banget aku gak bisa ngenalin kakak pas itu.." sesalnya sambil mengerucutkan bibirnya.
"Tapi.. gapapa! Ga dapet foto kemaren, tapi hari ini bisa.. hahaha!" Biya tertawa kecil. Dan Jeje mendelik malas melihatnya.
"Ga bisa ya! Orang gue duluan!" sembur Jeje kesal. Gadis itu bersedekap sambil menatap Biya sinis. Sksd banget tu orang!
Biya ikut bersedekap. "Jangan iri, jangan iri.." ucapnya bernada.
Jeje mendengus. "Ga ada, ga ada! Pokoknya gue duluan!" Jeje menggandeng tangan Damara, lalu membawanya menjauh dari Biya.
"Heh!" Biya yang tak terima ikut menarik tangan Damara yang satunya lagi. Sehingga, terjadilah tarik-menarik antara kedua gadis itu. Damara pun merasa jengah melihat keduanya.
"Biya! Lepasin tangan Kak Damara!" suruh Jeje sedikit berteriak. Gadis itu mengernyit tak suka melihat Biya.
"Gak! Lo aja yang lepasin Je!" suruh Biya balik.
Dia menarik tangan Damara lebih kencang.Mendengar teriakan-teriakan Jeje dan Biya yang sedang memperebutkan Damara, membuat sekumpulan orang-orang yang lebih terlihat seperti penggemar Damara tadi langsung mengerumuni mereka bertiga.
"Jeje, Biya udah! Kasian Kak Damara-nya tuh!"
"Iya bener!"
"Pasti nih Biya yang duluan!"
"Jeje kali!"
"Tom and Jerry--nya Clover Entertainment.. udah dong ributnya! Jaga image perusahaan kita!"
"Betul! Apalagi kita lagi kedatengan model spesial!"Tapi ucapan mereka seakan-akan hanya angin lalu bagi Jeje dan Biya. Kedua gadis itu tetap beradu mulut.
"Biyaaa! Lepasin gak! Gue janji beliin lo street boba didepan! Suerr!" ujar Jeje berusaha merayu Biya. Tetapi nampaknya, gadis itu tetap pada pendiriannya.
"Gak! Lo aja yang lepasin! Gue--" suara Keenan ucapan Biya tersela. Hal itu langsung membuat mereka berdua menghentikan aksinya.
"Stop!" ditambah dengan wajah datarnya membuat suasananya hening seketika.
"Biya. Anter Damara ke ruang pemotretan sekarang." Biya melirik kecil Jeje, menyuruhnya untuk melepaskan tangan Damara yang dipegangnya. "O-oke.." ucap Biya mengiyakan sembari tersenyum kaku.
Biya menoleh kearah Damara. "A-ayo kak," ajaknya. Gadis itu berjalan mendahului Damara.
"Iya.." Damara mengikutinya dari belakang.
Setelah mereka berdua pergi, Keenan menatap tajam Jeje. "Dan lo!" dia menunjuk Jeje. "Lanjutin semua tugas yang harus lo selesein," ucapnya. Kemudian, Keenan melemparkan teh kotak pada gadis itu. "Makasih..." ujar Jeje yang lebih seperti cicitan.
"Semuanya bubar." Sekumpulan orang-orang tadi kembali berpencar ke pekerjaan mereka masing-masing. Setelah itu, lelaki itu pergi darisana dan berjalan menuju ruang pemotretan. Ingat! Dia adalah manager Damara sekarang.
✨🕊✨
"Biya, pegangin tali tasnya! Kayak lagi sekolah gitu!"
"Shae, tekukin kaki kamu dikit!"
"Nala! Sandarin tangan kamu ke bahu Shae."
"Jane, pasang ekspresi kaget plus lucu ya."
"Damara pegang tasnya! Pose kamu udah bagus!"
"Raina, badannya dimajuin! Tangannya juga, direntangin."
"Nah.. perfect! Siap semuanya! Satu.. dua.. tiga.."
Cekrek.
Fotografer yang memberi arahan tadi melihat hasil jepretannya. Dan sesuai ekspetasinya, hasilnya sungguh memuaskan!
"Hasil keren banget! Kerja bagus semuanya!" pujinya. "Istirahat bentar nanti kita lanjut." Setelah itu, fotografer tadi meletakkan kameranya disudut kemudian keluar dari ruangan.
Keenam gadis itu langsung duduk lesehan di karpet tebal yang sudah disediakan para staff. "Mau intro dulu gak nih?" ucap Biya sambil menaik-turunkan alisnya. Mereka berlima langsung mengangguk.
"Shanaz Clathria. Panggil aja Shae." ucap Shae memperkenalkan diri.
"Aku Raina Madeleine. Call me Raina!" ucap Raina sambil tersenyum lebar.
"Aku Nalla Arabella. Panggil aku.. Nala! Btw, aku seumuran sama Damara loh!" ujar Nala seraya merangkul Damara.
"Aku Damara Kathlyna," ucap Damara sembari tersenyum ramah.
"Bianca Elliana, panggil aja Biya." Biya tersenyum simpul menatap mereka semua.
"Aku Jane Aurelie. Panggil aja aku Jane kak!" Jane tersenyum kecil menatap mereka semua.
Tepat setelahnya, staff wanita datang dengan membawa beraneka macam snack dan minuman dari berbagai merek.
"Makasih banyak mbak!" staff tadi mengangguk seraya tersenyum kecil. Kemudian dia pergi meninggalkan keenam gadis itu.
Di lain sisi, Arkan dan Ardan sedang mencemaskan Damara. Mereka kini tengah berada diruang tamu, mewanti-wanti jika ibu mereka datang.
"Bang! Telpon Mommy aja!" usul Ardan.
Arkan menepuk kepalanya. "Oiya! Bentar!" sahutnya. Setelah itu, dia menaiki tangga lalu berlari ke kamarnya.
Setelah menemukan handphonenya, Arkan kembali berlari menuruni tangga dan menghampiri Ardan.
"Ayo bang!" Arkan mengangguk. Dia langsung mencari nomor Damara dan kemudian meneleponnya.
Tut..
"Halo, Mommy?"
✨🕊✨
Hi, bear!
Happy 4k readers and 600 vote! Yeayyy🎉
Aku gak nyangka bakal secepet itu. Padahal kemaren baru 1k loh (T^T). Makasiii banyak semuanya!Ngomong-ngomong, aku juga punya sesuatu nih!
Tada🎉🎉Gimana??? hehehehe..
Btw, jangan lupa vote ya bear♡ biar aku makin sayang sama kalian semua(๑˃̵ ᴗ ˂̵)و
Segini dulu chapter kali ini. Dadahhh!
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Single Mom, Seriously?! [End]
FantastikSalma adalah seorang mahasiswi fakultas kedokteran asal Bandung yang bercita-cita ingin secepatnya pergi dari rumah. Memang terdengar aneh, tapi itulah kenyataannya. --- "Mama.. aku pengen pergi dari rumah boleh gak?" "Coba bilang sekali lagi, bia...