●H a p p y R e a d i n g●
✨🕊✨
"Hah?! Beneran?"
Damara tersentak. Pekikan Adinata membuatnya terkejut. Meskipun dia laki-laki, suaranya bisa cempreng bak perempuan. Damara menghela napasnya kasar. Kelakuan Adinata memang tak pernah berubah.
"Nana! Dari dulu, suka banget deh ngagetin orang," ujar Damara kesal. "Oiya, Mama sama Papa mana? Kok malah kamu yang ada disini?" tanyanya kemudian.
"Tante Sonya sama Om Jino lagi di rumah sakit, Kak. Lagi jagain raga Kakak? Eh? Aku ngga tau juga deh namanya." Damara tersenyum kecil melihat kebingungan kentara di wajah Adinata.
"Na. Kamu kenal raga yang aku masukin ini ngga?" Damara mencopot masker yang sedari tadi terpasang di wajahnya.
"Damara Kathlyna Bramastya?! Si model terkenal yang sekarang jadi BA Clover Ent. itu kan?!" Damara mengernyit. Adinata tau?
"Lah kamu tau?" Adinata menghentikan pekikan-pekikan hebohnya lalu mengambil handphone-nya dan menunjukkan foto-foto Damara yang ada di galerinya.
"Jadi..?"
Adinata mengangguk. "Kayaknya, Kakak itu yang kudet. Makanya, nama model terkenal aja ngga tau," ucapnya polos.
Damara mendengus. "Oiya, Na. Tolong anterin aku ke rumah sakit dong. Mau ketem--"
"Assalamu'alaikum.. Na! Kamu ada didalem-kan?" Jino berjalan menghampiri Adinata. Dan saat mendapati Damara berada didalam juga, dia melongo menatap Damara. "Loh, Na? Kok dia bisa ada disini?" tanyanya bingung.
"Na. Papa kok bisa kenal aku sih?" bisik Damara. Ia mencondongkan sedikit tubuhnya agar Adinata bisa mendengarnya.
Adinata mendelik. "Ngga inget apa yang aku bilang tadi? Damara itu terkenal. Siapapun pasti bakal ngenalin dia," jelasnya ikut berbisik.
Jino memperhatikan gerak-gerik mereka berdua heran. "Kalian ngapain? Mau bisik-bisik, tapi kok masih bisa kedengeran?" tegur Jino seraya terkekeh kecil.
Mendengarnya, Damara dan Adinata sontak berseru bersamaan. "Hah? Masa?" ujar mereka tak percaya.
Jino menggeleng-geleng pelan sembari tersenyum maklum. "Jadi.. ada keperluan apa kamu dateng kesini? Mau ketemu Sonya?" tanya Jino pada Damara setelah dia mendudukan tubuhnya di samping Adinata.
"Bukan." Damara menatap Jino dalam. "Aku mau ketemu Papa sama Mama. Salma kangen kalian. Kangen banget." ucap Damara seraya berjalan mendekati Jino lalu duduk bersimpuh dihadapan ayahnya itu.
"S-salma?" Jino tertegun melihat Damara yang terisak pelan di hadapannya.
"Iya, Om. Jiwa Kak Salma itu masuk ke dalam raganya Kak Damara. Tadi baru aja dia cerita." jelas Adinata sambil menatap Damara lekat.
"A-aku juga tau semua hal tentang Papa," Damara menyeka air matanya pelan. "Tentang Papa yang suka narsis di depan kaca, Papa yang suka joget-joget gajelas pas lagi masak, Papa yang suka nontonin film India, Papa yang---"
"Udah-udah.. Papa percaya.." Jino langsung memeluk erat Damara dihadapannya. Pria paruh baya itu bahkan juga ikut menitikan air matanya terharu. "Kenapa kamu baru dateng sekarang, hm?" tanya Jino.
Damara terdiam sejenak. Ia sendiri pun tak tahu mengapa baru sekarang dirinya datang ke sini. Seharusnya, sudah sejak dulu ia kemari. Mungkinkah, karena ia menelpon Sonya--tapi tak pernah mau tersambung? Emm. Atau mungkin karena Arkan dan Ardan yang membuatnya terlalu nyaman berada disana? Ah iya! Mungkin ini alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Single Mom, Seriously?! [End]
FantasiSalma adalah seorang mahasiswi fakultas kedokteran asal Bandung yang bercita-cita ingin secepatnya pergi dari rumah. Memang terdengar aneh, tapi itulah kenyataannya. --- "Mama.. aku pengen pergi dari rumah boleh gak?" "Coba bilang sekali lagi, bia...