Chap. 18:-🕊 [Kebohongan Biya?]

9.9K 1K 11
                                    

●H a p p y   R e a d i n g●

✨🕊✨

"Kak! Aku mau ngomong!"

Damara menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan mendapati Biya tergopoh-gopoh menghampirinya. "Itu--kamu udah ngomong, Bi." Damara terkekeh sembari menatap Biya yang tertunduk bertumpu pada lututnya.

"Kakak---mau ngga, dateng ke restoran Hause Rooftop nanti jam 8 malem?" tanya Biya penuh harap. Dan satu hal lagi. Walaupun dirinya benci mengakui ini, saat mengatakannya pada Damara--Biya membuat suaranya terdengar se-melas mungkin.

"Kamu bikin acara, Bi?" tanya Damara balik. Ia menatap Biya dengan raut wajah penuh tanda tanya.

Biya tertegun. Iya juga! Alasan apa yang cocok untuk hal ini? Emm. Jika dirinya mengatakan yang sebenarnya pada Damara--dia mungkin akan berspekulasi macam-macam hal padanya dan berakhir tidak jadi datang kesana. Haruskah kebohongan sedikit membumbui pendekatan pertama keduanya? Aha! Seperti tak terlalu buruk. Biarlah nanti kakaknya itu yang meng-handle semua sisanya, selebihnya sudah Biya urus seluruhnya.

Jika Jeffrey berhasil, Biya akan meminta upah dari segala kerja kerasnya. Mungkin tas Gabrielle Hobo Bag-nya Chanel milik Jennie Blackpink dapat membayarnya. Hoho! Ngga kok, becanda itu mah. Yakali dia meminta hal seperti pada Jeffrey. Yang ada nih ya--dirinya malah kena damprat dari pria itu.

"Bi?" Biya refleks mengangguk cepat. Gadis itu menatap Damara dengan binaran di matanya karena saja baru saja mendapat ide cemerlang dalam kepalanya.

"Kakak dateng ya, please?" Tanpa pikir panjang, Damara langsung mengiyakan. Ia membalas tatapan Biya dengan senyuman manis yang tersungging dibibirnya.

"Oke. Jam 8 di restoran Hause Rooftop. InsyaAllah.. Kakak bakalan dateng, Bi." Biya kembali mengangguk seraya membalas senyuman Damara.

"Kalo gitu. Ke parkiran bareng yuk, Kak!" ajak Biya setelahnya.

"Yuk!" Damara dan Biya berjalan beriringan sembari berbincang-bincang dan sesekali tawa ria juga mengiringinya karena lelucon Biya yang tak berbobot.

"Biya ngadain acara? Kok ga bilang-bilang kita ya?" Damara dan Biya tak menyadari jika sedari tadi pembicaraan mereka disimak Shae, Raina, Nala dan Jane.

"Aku rasa engga deh, Kak." Menurut Jane, Biya mungkin merencanakan sedang sesuatu. Terlihat betul dari raut wajahnya tadi. Jane tau persis karena dulu--Biya adalah sahabatnya sejak taman kanak-kanak.

Shae mengangguk. "Aku juga setuju sama Jane. Apalagi tadi dia keliatan gugup gitu!" ucap Shae mengemukakan pendapatnya.

"Kalo gitu.. menurut kalian Biya lagi ngerencanain apaan?" tanya Raina bingung dan langsung diiyakan Nala.

"Biya punya kakak cowo gak sih, Jane?" Shae menaikkan alisnya sembari menatap Jane, meminta jawaban.

"Ada Kak! Emang---oiya! Bisa jadi tuh, Kak!" Shae tersenyum manis. Ternyata, Jane ikut memikirkan apa yang sedang dia pikirkan sekarang.

Sedangkan kedua gadis lainnya melihat mereka cengo. Hal apa yang bisa jadi? Bisa-bisanya mereka berkomunikasi melalui pikiran seperti itu, dan tak memberitahu mereka.

Dahi Nala mengerut. "Bisa jadi?" Jane mengangguk riang. Gadis itu lalu menatap Nala dan Raina lekat.

"Jadi gini, Kak. Ada kemungkinan kalau Biya itu lagi bikin Kak Damara sama Kakak cowoknya itu pdkt!" jelas Jane mengebu-gebu.

Raina dan Nala membola. "Beneran?! Kok bisa sih?! Emangnya mereka udah pernah ketemu?" pekik mereka heboh.

Shae mendelik. "Yang pasti udah pernah. Kita pulang aja yuk. Keburu sore entar." Shae berjalan duluan, diikuti Jane. Sementara Raina dan Nala masih sibuk dengan kehebohan mereka.

Become a Single Mom, Seriously?! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang