Chap. 21:-🕊 [Aku Salma, Bukan Damara]

10K 900 5
                                    

●H a p p y R e a d i n g●

✨🕊✨

Karena hari ini jadwal pemotretan ditunda, Damara berencana ingin menggeledah semua isi kamarnya. Mana tahu--akan ada sesuatu yang bisa sangat membantu?

Penggeledahan dimulai dari lemari baju. Hm? Tak banyak yang Damara temukan disana. Lemari itu ternyata hanya berisi berbagai macam pakaian koleksi dan beberapa kotak berisi hadiah-hadiah kecil yang kemungkinan adalah pemberian dari penggemar.

Setelahnya, Damara beralih ke meja rias.

"Apaan nih?" disana--Damara menemukan bracelet berwarna biru ukuran kecil yang sudah usang. Dan karena merasa sedikit tak asing ia mengambilnya lalu duduk diranjang sambil meneliti bracelet itu.

Tringg...

Damara langsung mengambil handphone-nya yang berdering dan mengangkatnya ragu setelah melihat siapa nama dari sang penelepon.

"Assalamu'alaikum, Kak."

Suara Biya terdengar kikuk dari sebrang sana.

"Waalaikumsalam, Bi. Ada apa ya?" tanya Damara dibuat setenang mungkin. Walaupun hatinya sedang berdetak tak karuan.

"Emm. Kakak sibuk ngga? Aku mau ketemuan."

Ketemuan? Sepertinya tidak terlalu buruk. Haruskah ia mengatakan hal sebenarnya pada Biya dan membuatnya memahami jika ia tak bisa menerima Jeffrey untuk mendampinginya.

Bisakah?

"Boleh, Bi. Dimana tempatnya?" tanpa pikir panjang, Damara langsung mengiyakan ajakan Biya.

"Beneran Kak?!" tanya Biya memastikan.

Damara terkekeh. "Iya! Beneran!" ucapnya.

"Oke! Kita ketemuan di cafe samping Clover Entertainment--jam dua ya, Kak!"

"Oke. Ada lagi yang mau kamu ucapin?"

"Engga, Kak! Kalo gitu.. aku tutup telponnya dulu ya, Kak. Assalamu'alaikum!"

"Waalaikumsalam.."

✨🕊✨

Tepat pukul setengah dua, Damara sudah selesai bersiap-siap. Ia hanya mengenakan baju lengan panjang hitam yang dipadukan dengan jeans. Setelah berpamitan dengan anak-anaknya dan Mbok Ratna, Damara langsung mendatangi cafe disamping Clover Entertainment.

Tak sampai dua puluh menit--ia tiba disana. Selepas memarkirkan mobilnya, Damara masuk ke dalam cafe lalu mengambil tempat di meja yang masih kosong karena Biya belum terlihat berada disini.

"Mau pesan apa, mba?" Damara mendongkak, mendapati seorang waiters wanita sedang tersenyum padanya seraya memegang note pesanan dan pulpen ditangan.

"Satu milkshake coklat deh, mba."

Waiters itu mengangguk. "Baik. Silakan ditunggu ya." balasnya, kemudian dia pergi berjalan menuju dapur cafe untuk mengambilkan pesanan Damara.

Selagi menunggu Biya dan pesanannya datang, Damara iseng mengeluarkan kotak kaca kecil berisi cincin pemberian Jeffrey dari dalam tasnya dan mengamatinya lekat lalu tersenyum tipis.

Hah. Andai jika Jeffrey tak memasangkan cincin ini dijarinya, mungkin semuanya tidak akan menjadi serumit sekarang.

Iya rumit. Kayak hubungan kita sama mas doi.

"Kak Damara! Udah lama nungguin aku-nya?" Damara mendongkak lalu menggeleng pelan, mengisyaratkan jika dirinya juga baru sampai disini. Ia bahkan sampai lupa menyimpan balik cincin itu ke dalam tasnya.

Become a Single Mom, Seriously?! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang