Chap. 22:-🕊 [Our Story Begins?]

8.1K 873 28
                                    

●H a p p y R e a d i n g●

✨🕊✨

Plak!

"ABHI! KETERLALUAN KAMU!" Dada Setyo naik turun, matanya melebar dengan air muka gelap menandakan jika pria paruh baya itu murka atas perilaku anaknya yang terlalu semena-mena.

Abhi terkekeh seraya memegangi pipinya lalu menatap Damara tanpa ekspresi. "Lo liat? Liat-kan? Puas, hm?" ucapnya sambil berjalan pelan mendekati Damara. "Mending lo pergi dari sini! Pergi!" Abhi menunjuk pintu mansion dengan tangan bergetar.

Damara mengangguk ragu, kemudian ia memeluk erat Arkan dan Ardan seakan ini adalah pelukan terakhirnya untuk mereka berdua.

"Arkan, Ardan. Kalian mau ngga panggil Tante, Mommy untuk yang terakhir kalinya?" tanya Damara sambil tersenyum lembut.

Mendengarnya, Arkan dan Ardan langsung menangis kencang. "Mommy.. hiks.." tangisan Damara pun ikut pecah. Ia tak menyangka jika ia dan si kembar harus berpisah secepat ini.

Setelah puas memeluk Arkan dan Ardan, Damara beralih memeluk Lina yang sudah tersedu-sedu menatapnya. "Maafin aku, Ma.." lirih Damara.

Lina menggeleng pelan dalam pelukan itu. "Ngga nak. Itu bukan salah kamu. Mama minta maaf atas perilaku Abhi ke kamu.." ujarnya penuh sesal.

Damara melepaskan pelukannya lalu tersenyum maklum pada Lina. "Gapapa, Ma. Aku ngerti kok."

Selanjutnya, Damara berjalan kearah Setyo kemudian langsung memeluk erat pria paruh baya itu dan dibalas balik tak kalah erat. "Pa, tolong jagain Mama, Kak Abhi, sama anak-anak ya. Tolong jagain mereka, aku mohon.." pinta Damara sungguh-sungguh.

"Kamu ngomong apa nak? Kamu yang bakal terus jagain Arkan sama Ardan." ucap Setyo tak percaya jika kalimat itu keluar dari mulut Damara.

Damara mengurai pelukannya seraya menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman lembut. "Ngga, Pa. Aku udah ngga bisa jagain mereka. Makasih buat semuanya.. aku pergi." Setelah menuntaskan kata-katanya, Damara langsung menyambar tasnya di meja lalu berjalan cepat keluar mansion diiringi dengan air mata yang mengalir deras di pipi.

Damara mengendarai mobilnya menuju rumah. Ia berniat untuk pindah dari sini. Sesegera mungkin. Pengecut memang. Namun, sepertinya itulah hal terbaik yang harus dilakukannya kini.

Tapi sebelum itu, ia juga harus memastikan keberadaan keluarga aslinya disini--terlebih dahulu.

Mereka itu ada atau tidak?

✨🕊✨

"Non. Non Damara! Non mau kemana?" Mbok Ratna berujar panik saat melihat Damara memasuki kamarnya dengan terburu-buru dan langsung mengemasi beberapa pakaian ke dalam sebuah tas sandang. Apalagi bulir-bulir air mata turut menghiasi wajahnya.

Damara menghentikan kegiatannya, lalu menatap Mbok Ratna seraya tersenyum tipis. "Mbok. Tolong jagain anak-anak ya? Aku udah gabisa jagain mereka lagi." pinta Damara yang malah mengalihkan pembicaraan.

"Non.." Mbok Ratna menutup mulutnya, tak percaya. "Non mau ninggalin Den Arkan sama Den Ardan? Kenapa Non?" lanjut Mbok Ratna sendu.

Damara tak menjawabnya. Ia malah kembali mengemasi pakaian yang akan dibawanya kini. Rencananya, Damara hanya akan membawa sedikit uang tunai di lemari dan beberapa pakaian untuk digunakannya nanti.

"Non?" Damara tetap tak merespon.

Merasa selesai dengan semuanya, Damara bergegas keluar rumah dan langsung menaiki ojek online yang sudah dipesannya tadi.

Become a Single Mom, Seriously?! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang