Chap. 26:-🕊 [Cerita Mereka]

7K 727 12
                                    

●H a p p y    R e a d i n g●

✨🕊✨

Mata Jeffrey bergerak meneliti map yang tadi dijatuhkan Damara. Dahinya mengernyit dalam ketika mendapati surat lamaran yang ditujukan Damara untuk bekerja di cabang kafenya. Jadi, wanita yang dimaksud Tania ingin melamar pekerjaan dikafenya itu---Damara?

"Awh!"

Jeffrey terperanjat. Suara rintihan Damara membuatnya tak sengaja menjatuhkan map ditangannya.

Damara ikut terkesiap. Matanya membola ketika mendapati Jeffrey didepannya. Ada apa ini? Mengapa pria itu bisa berada disini? Atau jangan-jangan Jeffrey yang membawanya kesini? Tetapi, bagaimana bisa?

"Hai?" Jeffrey meringis malu. Dia segera mengemasi isi map Damara yang tercecer karena ulahnya lalu meletakkannya di meja nakas.

Damara terdiam. Ia menatap tangannya sambil mencerna hal yang sedang terjadi saat ini. Tenggelam dalam pikirannya sendiri, membuat Damara tak sadar jika Jeffrey sudah duduk disampingnya seraya menyodorkan segelas air padanya.

"Kata dokter, kamu pingsan karena kecapean. Ditambah lagi, karena kamu ngga sarapan." Jeffrey tersenyum kecil saat Damara mulai mengulurkan tangan untuk menerima segelas air yang baru saja diambilnya kemudian meneguknya hingga setengah.

"Makasih, Mas.." kata Damara pelan. Dalam hati, ia menggerutu kesal. Padahal-kan dirinya hanya meninggalkan sarapan pagi tadi saja. Huh!

Jeffrey mengangguk. Panggilan Damara ternyata masih bisa menggelitik hatinya hingga membuatnya terbang. Dia sebisa mungkin untuk tidak tersenyum lebar saat ini.

"Kamu makan dulu ya?" ujar Jeffrey sembari mengambil bubur ayam diatas meja lalu menyendoknya untuk disuapi pada Damara. "Aaa? Oiya. Kamu tim diaduk atau enggak?" tanyanya sambil menatap Damara penasaran.

Damara tergelak geli. "Aku tim diaduk, Mas. Udah deh! Biar aku sendiri aja," jawab Damara seraya merebut styrofoam berisi bubur ayam itu dari tangan Jeffrey.

Jeffrey tersenyum tipis karena ternyata pertanyaan absurd yang diajukannya dapat membuat Damara tertawa dan lebih terbuka dari sebelumnya.

Setelah memasukkan sesendok bubur kedalam mulutnya. Damara menatap Jeffrey dengan senyuman manis. "Mas. Makasih banyak ya, buat semuanya. Aku--"

"Iya-iya. Mendingan kamu abisin buburnya dulu. Baru boleh ngomong sama saya. Liat kamu kayak gini, saya jadi keinget Chani." ucap Jeffrey karena teringat akan anaknya itu.

Damara mengerjap. "Chani?"

"Iya. Anak saya itu sekarang, jadi banyak omong. Setiap sarapan, dia selalu ceritain kejadian disekolahnya kemarin. Sarapannya dibiarin gitu aja." Jeffrey berujar sambil membayangkan Chani dengan mata yang berbinar-binar saat bercerita padanya. Perlahan senyum cerah terbit dibibirnya.

Damara ikut tersenyum mendengarnya. Hah! Ia jadi teringat dengan Arkan dan Ardan. Rasa rindu pada mereka juga langsung menyeruak paksa kedalam dirinya. Perasaan ingin bertemu pun terasa mengebu-gebu sekarang. Bagaimana keadaan mereka sekarang ya? Hah! Bagaimanapun, mereka harus hidup bahagia meskipun dirinya tidak berada disana. Damara harap, mereka tetap bahagia.

Melihat Damara yang terdiam, membuat Jeffrey merasa bersalah. Damara pasti jadi merindukan Arkan dan Ardan gara-gara ceritanya.

"Ngomong-ngomong. Kamu lagi mau ngelamar kerja?" tanya Jeffrey mengalihkan topik pembicaraan. Dia ingin saat ini, Damara tak memikirkan Arkan dan Ardan dulu. Setidaknya sampai keadaannya membaik dari sebelumnya.
Cukup kali ini saja dirinya melihat Damara pingsan tadi.

Become a Single Mom, Seriously?! [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang